Pria itu duduk termenung di depan jendela, ia mendengar tanpa melihat.
Apa yang di dengarnya adalah gemericik air,walaupun tak dapat melihat tapi ia tau bahwa di luar sedang hujan.Beginilah el, setiap waktu dihabiskannya hanya untuk berdiam diri tanpa ada yang menemani.
kakaknya hanya menemaninya di saat malam saja, karena siang harinya kakaknya harus membanting tulang mempertahankan kekokohan perusahaan warisan ayahnya.El menilai dirinya sangat menyedihkan, andai saja ia tau akan begini akhirnya, ia tak akan berjuang mati matian untuk bertahan hidup saat peristiwa kecelakaan itu.
Motivasi terbesarnya untuk bertahan hidup kala itu hanya namira, namun ia tak menyangka ia harus terpisah dari namira selama itu.
Dan itu semua membuatnya benar benar kehilangan namira sekarang.
Ia sadar dengan kondisinya saat ini. Lemah tak berguna, bagaimana mungkin dengan kondisi seperti ini ia bisa menjaga namira, pikirnya.*
Citttt..
bunyi pintu terbuka.
Pria itu menyadari ada seseorang yang memasuki kamarnya dan mendekatinya.
Tapi ia tak menggubrisnya, suara rintik hujan ini lebih menarik dari itu."El.." ucap namira dan namira langsung menghambur kepelukan el.
"ay" lirih el, namira sungguh merindukan panggilan itu.
Namira melepaskan pelukannya, kemudian memegang tangan el dengan erat.
Namira menarik nafas untuk kemudian mencoba berbicara."ada keperluan apa kau ke sini? dan Mana glen?" ucap el membuka percakapan.
Ah apa katanya?glen? Bagaimana bisa? batin namira bingung.
"Glen?"gumam namira pelan.
"Calon suami mu kan ay?"Ucap glen perlahan.
ucapan el membuat namira tak bisa menahan bendungan air matanya, tangisnya tumpah begitu saja.
el menyadari hal itu, tangan mencoba meraba mencari wajah namira, ia mengelus pipi namira untuk menyapu tetesan air mata namira."Kenapa kamu nangis ay? aku udah tau semuanya kok, kak ryan udah cerita semuanya ke aku. Lihat aku ay, aku baik baik aja kok. Aku terima aku ikhlas dengan keputusan kamu" tutur el.
Bagaimana ia bilang bahwa ia baik baik saja dengan kondisinya seperti ini? Batin namira berkata.
"El , maafin aku udah ingkar janji "
"aku yang salah ay, aku udah khianatin kamu"
"Maksud kamu? Aku ga pernah ngerasa di khianatain sama kamu"
*
"maafkan aku namira, jika saja aku tak pergi saat itu pasti.."
"Cukup el, berhenti menyalahkan dirimu, semua terjadi karena memang harus terjadi"
"dan yang terjadi sekarang, aku kehilanganmu karena kesalahanku ay"
"Bukan , ga ada yang salah el. Mungkin takdir yang ga ngizinin kita bersama saat ini."
"takdir?" Tanya el heran
"ya takdir, dahulu kita terlampau bahagia dan seenaknya menentukan cerita takdir kita untuk bersama bahagia selamanya.
Namun ternyata semuanya tak semudah itu ya hehe""ya manusia yang salah karena selalu mendahulukan takdir"
"El.. apa kau ikhlas jika aku menikah dengan glen"
"Tentu ay, apapun itu , jika itu membuatmu bahagia, aku setujui"
"Aku mencintaimu el"
"me too, more than you know ay"
Namira memeluk el lagi, kali ini lebih lama.
Namira takut nantinya ia tak bisa lagi memeluk cintanya ini.
El memasrahkan segala yang terjadi di hidupnya sekarang, semua yang terjadi adalah kehendak tuhan,pikirnya.Kata kata pepatah yang menyebutkan bahwa Mencintai tidak berarti harus memiliki adalah benar adanya bagi el.
Ia ikhlas melepas namira. Walau sebenarnya berat ia harus tetap kuat.Jika namira memang ditakdirkan untuknya , el yakin bagaimanapun caranya namira pasti akan kembali untuknya, seperti kata namira saat itu ,
cinta tau di mana rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
seperempat abad (PROSES REVISI)
RomanceTidak mudah bagi seorang wanita berusia seperempat abad menemukan cinta kembali ..... Mari berkenalan dengan Vanessa El Zamora, temani ia menemukan tujuan hidupnya