Sepotong Roti yang Membenci Angin

5.3K 431 184
                                    

#Roti

Ingin duduk dan mendengarkan sebuah cerita?

Ini hanya sekelumit kisah. Ketika tak hanya awan yang harus membenci angin. Kisah ini hanya soal sepotong roti, yang dikerat angin hingga harus membenci. Seperti gunung yang akan kokoh diterpa angin, roti juga punya kisahnya sendiri. Saat tak ada bibir yang mencibir, atau menggigit dan menelan remahannya. Roti tetap berlabuh ke pelukan angin yang menerbangkannya. Meski sudah jelas kalau roti membenci angin. Meski roti tahu, angin sudah mencintai banyak hal.

Ini hanya sekelumit kisah, hanya sekerat cerita. Bukan soal kisah panjang mendebarkan dan melesak penuh konflik. Sekali lagi ini hanya sebuah mimpi dan janji. Sekelumit harap yang mengintip tabir nasib seseorang bernama Aroti Gunawan. Ingin tahu?

Dalam hidup seorang Aro, ada tiga hal yang kini mulai mengusik pikirannya. Dia tidak segan-segan untuk mengumpat apabila tiga hal ini disinggung, meski atas nama canda dan keisengan belaka. Aro sudah belajar tentang banyak hal, namun tiga hal ini mulai mengguncang prinsip dan logika yang telah dia susun sejak dini.

Pertama, dia benci kalau ada orang yang memanggilnya dengan sebutan Roti, atau Gun, atau bisa juga Hoy, dan sejenisnya. Panggil saja Aro. Kedua, dia tidak suka saat seseorang melambai ke arahnya dengan sok akrab. Apalagi kalau orang itu menepuk bahunya kencang seolah sedang bermain pukul-pukulan. Aro tidak suka itu. Bahunya bukan destinasi tepat untuk mengulik latihan mereka soal memukul. Ketiga, dia benci dengan orang yang selalu menanyakan privasinya terlebih soal hidupnya. Apalagi kalau orang itu ngintil ke sana ke mari dengan wajah bodoh menjijikkan.

Aro terdiam. Terusik. Terngaga.

Seorang lelaki berlari ke arahnya, dengan baju basah dan rambut kumal. Lelaki itu melambai riang, dengan cengiran bodoh menjijikkan seperti biasa. Hal yang paling Aro benci di dunia ini.

"Rotiiii....!" Dia melambai senang, memeluk Aro manja. Aro begidik geli, mengabaikan tatapan orang yang sudah mulai menuntutnya dengan pertanyaan. Aro tidak kenal lelaki ini. Sama sekali tidak kenal. Atau mungkin... baru kenal.

"Untuk apa mas di sini?" Aro bertanya pelan. Lelaki itu sumringah, menampakkan giginya yang putih dan rapi. Aro harus tahan nafsu untuk tidak melayangkan bogem ke gigi-gigi itu.

"Jemput kamu, lah!" Lelaki itu tersenyum lebar. Namanya Angin. Lengkapnya Angin Bagas Pancaka. Aro memanggilnya mas Angin. Lelaki ini tinggal di rumahnya, menginap di rumahnya selama dua tahun ini. Ayah mengatakan kalau Angin adalah anak sahabatnya. Angin kuliah di salah satu Universitas yang dekat dengan rumah Aro. Karena itulah Angin sengaja menumpang selama beberapa tahun.

Sejujurnya, Aro tidak suka.

Angin tidur bersamanya setiap hari. Itu artinya Aro harus berbagi kamar dengannya. Meski pada akhirnya Ayah membelikan kasur bertingkat agar mereka tidak tidur berhimpitan, namun tetap saja Aro terganggu. Ada satu kepala lagi yang tinggal di ruangan yang dulu dia klaim sebagai istananya ini. Ada orang lain yang mulai mengusik privasinya sekarang. Aro tidak suka.

"Untuk apa mas jemput saya?"

"Untuk dibawa pulang, Roti!"

Hal pertama yang Aro benci sudah Angin lakukan. Angin sudah memanggil nama yang paling Aro hindari.

"Saya tidak pernah meminta mas menjemput saya," keluh Aro ketus. Angin terkikik, lalu merangkulnya.

Hal kedua yang Aro benci juga sudah Angin lakukan. Lelaki yang sedang merangkulnya dengan cengiran sok akrab ini bahkan sudah menepuk-nepuk bahunya.

Sepotong Roti yang Membenci Angin (ONESHOOT - BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang