제 1 휘

14.6K 704 14
                                    

All is Jungkook PoV
.
.
.
Happy reading ~
.
.
.

Seseorang mengguncang - guncang tubuhku dengan brutal. Siapa lagi kalau bukan Park sialan, eh Jimin, sepupuku yang kebetulan seumuran denganku.

Dia terus saja mengguncangku, heol, apa dia tidak sadar aku sudah bangun sejak tadi.

"Jungkook, irreonaaa" Suaranya benar - benar membuat kepalaku serasa pecah. Apakah dia tidak sadar aku kelelahan setelah perjalanan semalam. Dan apakah kalian tahu apa yang paling berat bagiku di dunia ini? Jawabannya adalah..

kelopak mata.

"Baiklah, fine. Aku bangun!" Aku menggerutu kesal padanya, dia hanya mengeluarkan cengirannya dan mengangkat tangannya membentuk huruf v.

"Lebih baik kau segera merapikan barangmu dan segera turun. Aku akan membuat sesuatu untuk dimakan" Jimin berlalu meninggalkanku sendiri.

Kulihat sekeliling, ternyata kamar baruku tidak buruk juga, semalam aku tidak terlalu jelas melihat sekitar, mungkin karena terlalu lelah *lebay*. Aku berjalan ke arah koperku dan mulai merapikannya.

Kalian pasti sedang bertanya siapa aku dan apa yang sedang aku lakukan disini.

Namaku Jeon Jungkook. Kata mereka sih aku ceria, moodmaker, dan cute. Aku menghabiskan masa kecilku di U.S.A bersama orang tua Jimin yang notabenenya adalah paman dan bibiku.Dan mulai besok, aku berstatus menjadi murid pindahan di Bangtan High School (BHS) bersama Jimin.

Oh iya, fyi aja, aku sebenarnya adalah anak pemilik Jeon Corporation, Jeon Seung Ri, pengusaha ternama di korea. Perusahaan ayahku menangani banyak bidang, seperti otomotif, industri, property dan masih banyak lagi. Bangtan High School, adalah sekolah asrama yang tergolong cukup elite, dan sekolah ini juga salah satu proyek milik Jeon Corp dan dalam kata lain sekolah ini adalah milik ayahku.

Namun mungkin terbesit di benak kalian bahwa aku selalu hidup dalam kebahagiaan dan kemewahan. Itu salah, ayahku selalu menyuruhku untuk disiplin dan tidak menghamburkan uang, meskipun aku juga sering dimanjakan.

Aku juga tidak pernah mengumbar identitasku secara terlalu berlebihan terhadap teman - temanku. Kata Jimin sih, itu dapat mengantisipasi dengan yang namanya fake friend.

Dan untuk kebahagiaan, aku kehilangannya setelah saat Ibuku harus rela mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku. Masih teringang di benakku kata kata terakhirnya.

Jadilah anak yang baik, ceria, dan turuti apa kata ayah. Entahlah, sepertinya ada yang kulupakan, namun entahlah. Lupakan saja.

SKIP

"Cepat habiskan sarapanmu! Setelah ini kita akan membeli perlengkapan" Aku menoleh kearah Jimin yang sedang mencuci piring bekas makanannya. "Dimana Jin hyung?"

"Jin hyung sedang dalam perjalanan menuju kesini, lebih baik kita duluan saja" aku hanya membalasnya dengan gumaman.

Kalian pasti belum mengenal Jin hyung kan? Dia adalah kakak angkatku. Semenjak ibu pergi , ayah memutuskan untuk mengadopsi anak karena tidak tega melihatku terus - terusan kesepian. Wajahnya yang cantik bak princess dan sifat keibuannya membuatku menganggapnya sebagai ibu keduaku.

SKIP

Kini kami berdua tengah berada didalam perjalanan menuju ke tempat pusat perbelanjaan terdekat.

Suasana sangat hening, Jimin sedang fokus menyetir dan tidak mungkin aku memberikannya sebuah lelucon dan berakhir tragis dengan dituliskannya namaku di papan nisan. Tidak tidak, aku masih belum siap mati muda.

Drttt..drttt

Hp ku yang kuletakkan di sakuku bergetar. Oh, telfon dari ayah, aku sampai lupa mengabarinya kalau aku sudah sampai di Seoul.

'Jungkook-ah. Kata Jimin kalian telah sampai ke Seoul semalam. Apa kau tak merindukan ayah? Sebenarnya siapa anak ayah? Jimin atau Jungkook?'

Ayahku, seorang ayah yang humoris namun tegas. Sifat kelucuannya dan ketegasannya benar - benar membuatku merasa iri.

"Hehehe, maaf ayah. Semalam aku lelah sekali sampai lupa menghubungi ayah. Tentu saja aku! Aku adalah anak ayah satu satunya"

Jimin yang berada di sampingku terkekeh, aku sengaja memode nya ke mode loudspeaker.

'Ya, ya tunggu sebentar. Maaf Jungkook, sebentar lagi meeting ayah dimulai. Nanti ayah hubungi lagi. Ayah menyayangimu'

"Tunggu, a--" sambungan telfon kami diputuskan sepihak oleh ayah. Memang hal ini sudah biasa terjadi, aku hanya menghela nafas pelan.

SKIP

Aku dan Jimin telah memutari pusat perbelanjaan ini hampir 2 jam lamanya. Maklum, banyak yang harus dibeli. Mulai dari kebutuhan rumah sampai kebutuhan sekolah.

Antrian yang panjang cukup membuatku stress. Setelah membayar kami segera masuk ke mobil dan segera pergi dari tempat tersebut.

Tujuan kami berikutnya adalah cafe. Kami dan Jin hyung sepakat untuk bertemu disana.

SKIP

Kami berjalan beriringan memasuki cafe tersebut. Saat pertama kali masuk mataku langsung mataku tertuju pada seseorang yang berada di pojok cafe, sepertinya namja itu menghindar dari kerumunan.

"Hei, sepertinya Jin hyung belum sampai. Lebih baik kita duduk dulu" kata - kata Jimin sukses membuyarkan lamunanku. Jimin menarikku ke arah meja yang kosong, tepat di depan meja namja tadi.

Aku menghadap ke belakang, namja itu seperti terlihat sendu dan tanpa ekspresi. Aku menatapnya lebih lama, dia mendongakkan wajahnya dan..
.
.
Deg-g
.
.
Mata kami bertemu

●●●●●TBC●●●●●

Hai semuanya, makasih yang uda mau nyempatin baca ff abal abal ini. Dan jangan lupa untuk sekedar vote, dan nina juga tunggu comment dari kalian. 'lanjut' 'yang ini typo..' 'ceritanya kurang menarik' 'seharusnya ini gini..' nina butuh comment dari kalian semua. Entah dalam bentuk apapun, makasih ^^
.
.
Oh iya, kalau ada yang mau kenalan lebih deket sama nina add :
▶ IG : Personal : @ninalazuardiii Kpop : @_awesomebangtan
▶ BBM : 5D376655
▶ Line : @goldenmaknaeee
.
.
.
Numpang promosi nih hehe :v btw jangan lupa add ya~ #letsbefriends
.
.
.
Regrets










Coldest Roommate [VKook Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang