Sorot matahari perlahan berpendar, menyapa para penikmat mimpi yang masih tangguh berkeliaran di teritori keagungan masing-masing.
Cicitan burung pun belum cukup berisik dalam mengusik jiwa-jiwa yang teramat asyik melanglang jauh menembus batas realitas.
Dibubuhi kilasan-kilasan cantik gradasi warna yang tercipta dari hangat matahari dan kelembutan embun, membuat suasana pagi yang cerah terlihat menjadi lebih hidup. Lambaian bunga-bunga yang tengah merekah pun terlihat merona manis, menyambut sinar matahari yang mereka amat elu-elukan dengan penuh sukacita.
Mengundang para cantik bersayap untuk singgah, demi sekedar menyapa dan bercakap dengan kumpulan merona indah yang harum. Pemandangan kupu-kupu dan bunga dengan background sinar matahari yang hangat memang sangat indah, menarik dan tentu saja menggugah.
*
*
*
*"Mel, tugas biologi lo apa kabar?"
Melly, gadis yang tengah tenggelam dalam novel karangan Gayle Forman di pangkuannya itu mendongak, menatap kearah sahabatnya dengan pandangan sejuta tanya. "Biologi? Tugas yang mana?"
Gadis yang sedari tadi didiamkan oleh Melly itu mendesah pelan. Ia memijat keningnya pelan, bersikap seolah pening hebat tengah membombardir semua sisi kepalanya, membuat Melly menatap kearahnya dengan pandangan aneh.
"Ituloh yang kita disuruh penelitian, yang dari ulet sampe jadi kupu-kupu. Masa lupa sih, Mel? Parah." Nafa, sahabat Melly yang tak habis pikir dengan tingkah sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri itu menjawab dengan nada gemas dan membuat gestur seolah ia tengah memegang ulat dan kupu-kupu dengan penuh penghayatan, membuat Melly refleks tergelak.
Nafa mendesis sebal.
"Ih gue serius tau, lo gak inget se-'manis' apa guru biologi kita?"
Slash!
Melly seketika bungkam. Air wajahnya berubah pias ketika mengingat sifat 'teramat manis' guru biologi mereka yang tak main-main jika sudah berurusan dengan tugas telat atau tidak sesuai target. Freak! Melly baru benar-benar ingat jika kelasnya diberikan tugas untuk meneliti perkembangan ulat sampai menjadi kepompong dalam waktu beberapa bulan. And for your information, Melly belum sama sekali berurusan dengan tugas 'istimewa' itu. Gimana mau ngurusin, ingat aja barusan. Tsk.
"Lo sendiri gimana, Naf? Tugas lo apa kabar?"
"Punya gue-sih udah jadi kepompong pas gue cek kemaren, tinggal nunggu sampe jadi kupu-kupu." Nafa bersedekap. "Jangan bilang lo belum ngapa-ngapain?"
Melihat tingkah Melly yang bungkam tanpa niat bercuap sedikitpun disertai wajah perlahan pias membuat Nafa yakin jika sahabat yang satu umur dengannya itu memang belum memulai penelitian sedikitpun. "Lo musti cepetan mulai, Mel. Walaupun deadline-nya emang masih lama, tetep aja seenggaknya lo udah ambil start. Dan lagi, proses penelitian itu makan waktu yang gak sedikit, belum gagal dan ini itunya."
Mendengar ocehan Nafa yang memang berdasarkan fakta membuat Melly mendesah keras. Gusar. Jadi dia harus mencari ulat lalu ia teliti selama berminggu-minggu sampai jadi kupu-kupu?
"Ah ada-ada aja sih segala tugas musti penelitian gitu. Huh!" Dengus Melly kesal. Giliran Nafa yang tergelak melihat tingkah polah sahabatnya itu.
Ckckck, dasar.
***
Senyuman Melly berkembang seraya menutup toples terakhir berisi ulat yang akan menjadi objek penelitiannya. Menyuruh Mang Dani, asisten rumah tangga di rumahnya untuk mencari ulat merupakan perkara mudah, apalagi kalau Mang Dani sudah di-imingi uang kompensasi. Dan kabar gembira-nya, Mang Dani dapat 2 ekor ulat, tentu saja lumayan untuk jaga-jaga siapa tau salah satu objek penelitian-nya gagal.