Kalian pernah suka sama lawan jenis? Pernah? Gue juga.
Pernah pacaran? Pernah? Gue juga.
Pernah ngerasa jadi cewek paling bahagia di dunia ini dan di hari berikutnya kalian ngerasa jadi cewek paling menyedihkan? Pernah? Gue juga.
Ini cerita gue, Anintabila Amalia
$$$$$$$$$$$$$$$
Author's PoV
Matahari yang bersinar, suara kendaraan bermotor, suara dentingan antara sendok garpu dengan piring, suara anak kecil yang menangis, serta bunyi lonceng yang menempel di atas pintu masuk cafe yang menandakan ada tamu yang masuk ke cafe sama sekali tidak mengganggu apa yang sedang dilakukannya.Ia tetap fokus pada novel yang berada di genggamannya. Berusaha menjiwai apa yang dirasakan oleh tokoh utama di novel yang dibacanya tanpa memperdulikan iphone nya yang sedari tadi terus menerus menerima panggilan masuk.
Tak lama terdengar lagi bunyi lonceng pintu masuk cafe.
"Heh gila lo, gue nelpon dari tadi gak lo angkat." Ucap seseorang sambil duduk di kursi kosong di depan Aninta.
"Ya salah sendiri lama. Lo yang ngajak ke sini tapi lo nya yang ngaret, " Ucap Aninta sambil memberi tanda pada halaman novel yang dibacanya sebelum menyimpan kembali novel tersebut ke dalam tas ranselnya.
"Ya maaf kali Nin. Lagian tadi itu macet tau, mana bang Niko susah banget dibangunin." Seru Maula menggebu mengingat kembali betapa susahnya membangunkan kakak laki-lakinya itu.
"Yaudah, lo mau ngomong apa?" Ucap Anin sambil meminum latte yang sudah tidak ada kepulan asap lagi di atasnya.
Maula terdiam sebentar mengingat apa yang ingin diberitahukan kepada sahabatnya itu, lalu, "Rafa balik Nin."
Dan seketika itu juga Anin mematung dari menyesap latte nya dengan cangkir masih berada di bibirnya. Memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan shocked nya dan perasaan lain yang muncul karena satu nama, Rafa.
Melihat Anin yang tak bereaksi Maula pun melanjutkan, "dan Rafa bakalan sekolah di sekolah kita." dengan pelan dan mata melirik ke arah Anin ingin tahu bagaimana reaksinya.
Namun yang dilihat sungguh mengejutkannya. Bagaimana tidak? Anin tersenyum. Bukan senyum yang bahagia, tapi senyum palsu yang telah lama tidak muncul di wajah cantik temannya itu semenjak kejadian itu.
"Oh ya? Bagus dong, berarti kita bertiga bisa bareng-bareng lagi." Ucap Anin masih dengan senyum palsunya.
&&&&&&&&&&&&&&&&&
Ditemani angin malam yang menenangkan serta sinar rembulan yang seakan tidak ingin membiarkan Anin sendirian di balkon kamarnya. Mengingat apa yang dikatakan oleh sahabatnya tadi siang bahwa orang yang telah lama pergi akhirnya kembali.
2 tahun adalah waktu yang lama. Namun tak cukup lama bagi Anin untuk melupakan Rafa.
Knock knock
"Ya?" Sahut Anin
"Gue disini pinter" sahut seorang pria. Anin pun langsung menoleh ke sebelah kanannya dan mendapati Alva, tetangga dan juga teman sekelasnya sedang tersenyum yang dianggap menyebalkan bagi Anin.
Anin mengerutkan kening lalu bertanya "Ngapain lo?" ke Alva
"Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain? Gak baik tau cewek malem-malem gini belum tidur"
"Bukan urusan lo," ketus Anin karena merasa kesal waktu menyendirinya diganggu oleh Alva.
"Galak amat, mbak, pms?" ucap Alva yang tidak menghasilkan reaksi apapun dari Anin.
Melihat Anin yang tidak memberikan respon apapun Alva merasa aneh, karena biasanya jika diganggu Anin pasti memberikan reaksi, entah itu membalas ucapannya atau hanya memberikan tatapan mautnya.
Alva masih memerhatikan Anin, memperhitungkan haruskah ia bertanya atau tidak keadaan Anin yang menurutnya aneh saat ini, saat Anin tiba-tiba menoleh kearahnya dan bertanya,
"Al, lo mau gak jadi pacar gue?"
&&&&&&&&&&&&&&&&
Dengan nafas terengah-engah Anin merapikan kemeja dan rok seragam sekolahnya dengan menariknya sekilas di depan pintu kelas yang ditutup yang menandakan pelajaran sedang berlangsung atau mungkin teman-temannya sengaja menutup agar tidak ketahuan guru piket karena tidak ada guru, entahlah, kemungkinan alasan pertamalah yang menjadi alasan pintu kelasnya ditutup karena pelajaran Bahasa Indonesia Bu Dwi guru mereka tidak pernah tidak masuk mengajar ataupun sekedar telat mengajar.
Tarik nafas, buang, tarik nafas, buang, batin Anin sambil melaksanakan apa yang diperintahkan oleh otaknya.
"Lo telat Nin, bukan mau lahiran," cetus Alva yang sedari tadi berada di sisi Anin. Ya, mereka berdua terlambat datang ke sekolah karena kemarin malam.
"Berisik lo," ketus Anin lalu mengetuk pintu dan menunggu respon dari dalam. Setelah terdengar suara Bu Dwi yang mengizinkan masuk terdengar, Anin membuka pintu dan masuk ke dalam kelas diikuti Alva tepat di belakangnya.
"Kenapa kalian terlambat?" tanya Bu Dwi
"Mogok bu" jawab Anin dan Alva bersamaan
"Yasudah karena kalian hanya telat 5 menit kalian boleh duduk setelah 10 menit berdiri di sana," ucap bu Dwi sambil menunjuk di depan kelas tepat di sisi papan tulis, "dan kaki kiri kalian diangkat."
Sekitar 8 menit berlalu saat suara ketukan pintu terdengar kembali, dan seperti biasa, kepala seluruh siswa yang ada di kelas termasuk yang sedang menjalani hukuman di depan kelas menolehkan kepalanya ke arah pintu. Setelah Bu Dwi mempersilakan untuk masuk tak lama masuklah seorang anak cowok yang menggunakan seragam berbeda dengan yang lain.
"Oh, kamu murid pindahan itu ya? Arafa Alif?" tanya Bu Dwi dengan ramah kepada cowok tersebut
"Iya Bu," jawab Arafa
"Kalau begitu silakan perkenalkan diri kamu ke teman-teman sekelas kamu"
"Baik Bu." ucap Arbani, lalu, "Nama gue Arafa Alif. Gue pindahan dari SMA Harapan Denpasar. Salam kenal." lanjutnya yang ditujukan untuk teman-teman sekelas barunya.
"Ada yang ingin ditanyakan kepada Arafa?"
Setelah Bu Dwi menanyakan hal tersebut para siswilah yang gencar bertanya macam-macam seperti menanyakan ID Line ataupun Instagram, dan semuanya dijawab oleh Arafa hingga satu pertanyaan dari Riska, cewek cantik dan populer menanyakan, "udah ada yang punya belom nih?"
"Udah ada kok," lalu Arafa menolehkan kepalanya kearah Anin dan berkata, "iya kan, Bil?"
&&&&&&&&@@@&&&&&&&&
A/n : yang Untold gue unpublish soalnya nggak ada niat mau ngelanjutinnya😅 do'ain aja semoga yg ini lancar nulisnya
Thank you

KAMU SEDANG MEMBACA
Same Old Love
Roman pour AdolescentsMantan datang kembali, taruhan sama cowok nyebelin, dan dijodohin sama temen online. Kalau kalian jadi Anintabila, apa yang akan kalian lakukan? Cuma cerita mainstream