Menitis air mata memang sukar dilafaz. Betapa parahnya luka berdarah. Betapa hebatnya kenyataan yang hadir menghempas tanpa belas. Tiada pernah terduga akan berlaku jua. Kini hanya rindu yang menemani kalbu dan hanya kasih bertaut syahdu tanpa dia peneman setia.
"Kau tak nak cari pengganti?" pertanyaan Azza mematikan lamunan. Suasana petang yang hening menggamit hati yang lara. Keheningan tasik buatan itu menambah kehambaran hati. Di tempat itulah yang sering menjadi kunjungannya suatu ketika dulu. Tempat yang menciptakan banyak kenangan. Zara tersentak dari kisah silam yang menyapa ruang legar benaknya sebentar tadi. Sukar digambar dengan bait bicara tentang apa yang baru didengar. Mencari pengganti? Sesuatu yang tidak pernah terlintas di ruang mindanya. Segalanya terjadi begitu pantas, seakan-akan baru semalam dia merasakan bahagia itu, dan hari ini kebahagiaan itu diragut perpisahan.
Dia hanya membisu seribu bicara, malah kotak fikirannya terus melakar ingatan yang sengaja ditarik masuk ke lembah duka di dasar hatinya. Dia merelakan diri dimamah kesedihan yang bertubi-tubi datang memakan diri. Baginya, hanya itulah yang mampu melegakan hati. Biar pada persepsi orang lain, dia tidak mampu menerima suratan takdir yang telah tertulis sejak azali. Namun hanya itu satu-satunya jalan yang mampu menenangkan setiap langkah yang dilalui biarpun diri menjadi abdi dalam esakan tangisan yang mengiringi hari.
Irhan Haziqi...nama yang sering meniti di segenap bibirnya suatu masa lalu. Nama yang menjadi peneman hari-hari sepinya. Nama yang menghadirkan berjuta makna yang tidak terkira. Satu nama yang kerap kali mengukir senyuman di bibirnya tatkala dia menyebut nama itu. Acap kali kebahagiaan datang menerpa tatkala lelaki itu mencurahkan kasih di setiap sudut hatinya. Sungguh, kasih yang dicurahkan itu membawa erti yang mendalam. Sehingga hatinya tidak tega untuk mengkhianati kasih itu.
Tiada penyesalan yang membaluti jiwanya. Meskipun kebahagiaan yang dirasai cuma sebentar saja. Namun itulah kebahagiaan yang cukup bermakna. Biarpun kini tangisan menjadi igauan setia, tetap di hatinya mengenang nama itu dalam setiap doanya. Tetap jua benaknya membangkitkan setiap kenangan yang tercipta.
Kini, tegar perasaan itu bersemadi dalam pertautan kasih. Walaupun hanya tersimpan jauh di dasar hati, tetapi kasih itulah yang kuat tersimpul mati. Dan mungkin tiada siapa yang mampu membuka ikatannya lagi jika suratan takdir menginginkan itu untuk terjadi.
Awan kemulus yang memayungi alam detik itu menambahkan kesayuan hati. Ya...secebis hati yang merasai. Kesayuan yang tidak pernah hadir sebelum ini, kini datang dan telah memagar diri. Sehingga dia tidak mampu keluar dari lara yang melanda. Atau sememangnya dia tidak ingin keluar dari rasa itu. Bukan berniat untuk menyiksa diri, tetapi itulah yang menjadi pengubat sanubari di kala rindu bertandang kembali. Hanya ingatan itu yang bersemadi.
"Za..."
Wajah Irhan direnung dalam. Sedikit pun tidak terkebil kelopak matanya tatkala merenung wajah polos lelaki itu. Ada garis keresahan yang tercipta di wajah Irhan walaupun ketenangan air mukanya menyembunyikan setiap garis kegelisahan yang samar. Di saat tiba giliran Irhan merenungnya, dia malah melarikan pandangan mata, memandang sudut yang bertentangan.
"Za..." Sekali lagi namanya disebut. Menggamit hati yang sedang sarat dengan rindu yang tak tergalas. Pantas dia menoleh ke wajah itu. Sedikit demi sedikit, ukiran senyuman ketenangan membaluti wajah gundahnya.
"Han nak cakap ape?" Dia memberanikan diri menuturkan kata. Entah apa yang bermain di fikiran Irhan kini. Dia hanya menanti kata yang bakal terucap dari bibir lelaki pendiam itu.
"Han sayang Za..." Lembut saja gemersik suara Irhan mengungkapkan kata sayang itu. Zara kembali menatap wajah polos yang duduk bersebelahannya. Ungkapan sayang yang kedengaran tadi sungguh menyentuh jiwanya. Betapa dalamnya makna sayang yang diungkapkan itu.
YOU ARE READING
I MISS YOU
Random"Kau tak nak cari pengganti?" pertanyaan Azza mematikan lamunan. Suasana petang yang hening menggamit hati yang lara. Keheningan tasik buatan itu menambah kehambaran hati. Di tempat itulah yang sering menjadi kunjungannya suatu ketika dulu. Tempat y...