prolog

844 13 1
                                    

"Dia hamil anakku."

Kalimat yang keluar dari mulut Ararya membuat Anindita serasa akan roboh dari tempatnya berdiri di hadapan suaminya. Bagaiamana bisa dengan mudahnya kalimat itu diucapkan, sedangkan Anindita sendiri tengah mengandung buah hatinya sendiri.

"J--jadi, apa maumu ?"

"Mauku kamu harus ikhlas berbagi suami dengan Natasya, karena aku tidak mau anakku akan lahir tanpa seorang ayah. Aku tahu kau mengerti karena kau juga seorang wanita bukan."

Sejenak Anindita terdiam untuk berpikir. Selama ini ia tidak pernah melawan perintah suaminya. Ia tidak pernah mengecewakannya, meskipun itu selalu salah dimata suaminya. Tapi, apakah ia harus membantah permintaan itu ? Anindita memang seorang perempuan yang akan menjadi ibu, tapi dia tidak bisa merelakan untuk berbagi suami. Akan tetapi, mengingat Natasya yang sedang mengandung seorang anak tidak mungkin ia membiarkan anak itu lahir tanpa seorang ayah. Cukuplah ini kesalahan bagi Ararya juga Natasya. Tidak dengan buah hati mereka.

Dan dengan berat hati Anindita menerima permintaan itu, meskipun sakit.

"Baiklah, aku ikhlas." Suara Anindita terdengar sangat parau. Yakinkan ia bisa berbagi suami rumah san kehidupan dengan Natasnya, sahabatnya sendiri ?

Cinta suciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang