Apakah semua dongeng yang mereka ceritakan benar - benar sebuah kebohongan? Dongeng tentang keromantisan terlalu mudah dikarang, tapi terlalu indah. Terlalu memanipulasi.
Sayangnya, aku bukan orang yang mudah dimanipulasi.
Aku tidak percaya cinta.
Tidak pada semua cinta selain cinta pada Sang Pencipta, dan orang tuaku.
Aku sudah berhenti menyukai-atau mengagumi seseorang. Aku memutuskan untuk berhenti. Karena aku tahu, akhirnya tidak akan indah. Tidak seperti dongeng yang mendarah daging dipikiran kebanyakan orang.
Aku sudah berusaha berhenti memandanginya dari jauh, berhenti memperhatikannya diam - diam, berhenti menghubung - hubungkan segala hal dengan namanya, atau segala hal yang berbau dirinya. Berhenti menatapnya.
Tapi aku menatapnya.
Diam - diam aku memperhatikannya.
Diam - diam aku memandanginya dari jauh, memandanginya, menghubung - hubungkan segala sesuatu dengannya.
Anehnya, aku masih merasakannya-merasakan seperti ada aliran listrik menyengat tubuhku. Menegangkan tiap - tiap otot yang menempel di tulang - tulangku. Menjadikan aliran darahku lebih cepat. Mengganjal tenggorokanku seperti ada bola tenis di dalamnya sehingga aku sulit bernapas. Aku masih merasakannya ketika namanya disebut, ketika seseorang memberi tahu bahwa ia ada di sekitarku. Juga ketika aku tak sengaja mendapati bayangannya jatuh di retina mataku.
Bahkan ia tidak berubah.
Bahkan sikapnya tidak berubah sekalipun ia menyadari bahwa kita punya jarak.
Dan aku membalasnya.
Membalas sikapnya yang tidak berubah. Ia selalu sama. Dan aku juga sama.
Tapi, tidak.
Atas nama ketidakpercayaanku pada cinta-selain cinta yang kusebutkan tadi- aku tidak akan mengulanginya lagi.
Aku bisa memaafkannya.
Aku bisa membiarkan waktu seperti berhenti ketika melihatnya.
Aku bisa membiarkan tubuhku menjadi kaku saat memandangnya berjalan ke arahku.
Aku bisa membiarkan perasaanku tidak berubah. Bahkan sedikitpun.
Aku bisa membiarkan kami dekat seperti tidak ada jarak, padahal ada jarak.
Aku bisa membiarkan sebagian dari diriku menyuruh untuk mengubahnya menjadi lebih baik.
Ya, atas nama teman. Karena aku ingin kami menjadi teman. Aku ingin tetap dekat dengannya tanpa menghilangkan tuntutannya untuk bebas. Dan tuntutanku untuk bebas. Aku ingin bebas. Aku ingin ia bebas. Aku tidak ingin membiarkan perasaan yang- apa namanya? Cemburu?-itu membakar diriku lagi.
Sekali lagi, aku ingin bebas.
Ingin ia bebas.
Biarkan aku menatapnya diam - diam sampai puas.
Biarkan aku menjadi temannya lagi.
Karena aku mencintainya.
Tapi aku tidak percaya cinta.
- credit to: betamift