Kala itu, ketika aku baru beranjak dewasa. Aku duduk di tepi pantai seperti biasanya. Ini adalah kali terakhir aku menikmati indahnya pantai Tritis. Kubiarkan angin menyibak setiap helai rambutku tapi bisiknya tak lagi dapat aku artikan seperti biasa. Ada rasa yang tak bisa aku jelaskan. Rumit sekali!
Matahari sembunyi. Burung camar terbang lepas di udara, lalu menghilang di ujung langit, datang dan hilang lagi. Warna langit tak lagi berwarna biru, warnanya teranyam kemuning.
"Pulang yuk mbak, sudah hampir malam," ajak Kemala adikku.
"Duluan ajah gih dik, masih mau disini, kan besok kakak ngga disini lagi."
"Yah udah kak aku tinggal ya kak, cepat pulangnya nanti ibu marah-marah."
"Iya dik, sebentar lagi kok."
Adzan magrib sudah berkumandang, suara yang sangat aku kenali, itu adalah suara pak Hambali, imam mesjid di kampungku. Malam mentah melayang lembut dari langit ,hari sudah pekat rupanya. Aku melangkahkan kaki perlahan menjauhi bibir pantai.
karya pertama.....
Happy read guys, maaf kalau ceritanya nggak terlalu bagus, hehehe maklum karena masih belajar..
jangan lupa vote + coment yaaaa guyss :)
- NONA SENJA -
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionKau pernah memendam rasa? Lalu kau tahu rasanya? Bisa kau tahu jelaskan padaku bagaimana jika kamu yang memendam rasa? Bukankah itu menyakitkan? Lalu mengapa sampai saat ini kau tak mengerti akan semua perhatian yang aku berikan tanpa kau sadari? L...