KOTA PENDIDIKAN -

16 1 1
                                    

             Langit sudah terlihat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

             Langit sudah terlihat pucat. Aku melanjutkan perjalanan untuk sampai ke daerah dekat kampus UGM. Aku berhenti di Kaliurang sebelah utara kampus UGM.

 "Ibu tahu dimana tempat kost daerah sini?" Tanyaku pada seorang ibu yang aku temui di jalan.

"Iya neng tau, sekitar lima rumah dari sini."

"Makasih banyak yah bu', monggo bu."

"Iya neng."

        Setelah berjalan sekian meter, aku menemukan kos yang ditunjukkan ibu tadi.

"Apa betul disini menerima kos bu?" Tanyaku pada seorang ibu yang sedang duduk di teras rumahnya.

"Iya nak," jawabnya.

"Kenalkan bu, namaku Senja," aku mengulurkan tanganku.

"Panggil saja ibu Nia. Emang kamu asalnya dari mana?"

"Dari Solo bu."

"Kenapa kamu pindah ke Jogja?"

"Yah karena pendidikan bu, kebetulan saya lulus jalur undangan di UGM bu."

"Hebat kamu nak, kamu lulus jurusan apa?"

"Kedokteran gigi bu."

"Oh kebetulan nak, disini juga ada calon mahasiswa baru jurusan kedokteran gigi juga, dia baru masuk kemarin."

"Oh ya? Ibu bisa menunjukkan kamarnya?"

"Tentu nak, monggo saya antar."

        Suasana kos terbilang sepi, semua kamar kos tertutup rapi, hening. Aku berjalan mengikuti langkah kaki ibu kos. Sekitar 5 kamar aku lewati ibu kos berhenti dan mengetuk kamar nomor 6.

"Mariyam? Ini ibu Nia."

"Tunggu sebentar bu," sahut seorang wanita dari dalam kamar tersebut.

"Begini Mar, ini kenalkan namanya nak Senja. Dia dari Solo, katanya ia juga calon mahasiswa kedokteran gigi. Dia juga mau kos disini."

       Aku mengangguk dan mengulurkan tangan.

"Senja."

"Mariyam, lengkapnya Siti Mariyam. Bagaimana kalau kita satu kamar saja? lagian kita kan satu fakultas nantinya. Bagaimana? Kamu maukan?" tawar Mariyam.

"Kalau kamu ngga keberatan sih!"

"Tentu tidak," jawabnya singkat.

"Lagian kamarnya agak luas kok, cukup buat 2 orang," sela ibu Nia.

"Monggo silahkan masuk."

        Aku memasuki kamar yang latar catnya berwarna merah muda. Aku mengatur barang-barangku sembari bercakap dengan Mariyam.

"Mar, kalau boleh tau daerah asal kamu dimana?"

"Jakarta, jauh kan?"

"Wah jauh benner. Kok ngga kuliah di Jakarta?"

"Ah kota Jakarta penat. Aku juga bosan dengan suasana Jakarta, setiap hari macet, panas, polusi. Ngga kayak di sini, Jogja itu tenang, udaranya adem. Dan salah satu faktor utamanya karna aku lulus jalur undangan disini. Kalau kamu kenapa ngga kuliah di Solo?"

"Alasannya sih hampir sama, aku juga lulus jalur undangan."

Kamu sudah mengenal satu sama lain. Percakapan aku dan Mariyam berlanjut hingga larut malam.

"Aku tidur duluan yah Senja."

"Iya Mar."

        Mariyam menutup matanya dari malam kelabu. Nampaknya ia sangat kelelahan. Aku belum bisa menutup mataku, aku terus memikirkan ibu. Sampai saat ini ibu belum juga menanyakan kabarku. "Apa ibu ngga ingat apa sama aku?" Gerutuku dalam hati. Kuambil bingkai foto yang ada di dalam tasku, kupandangi foto bapak, ibu dan Kemala. Sedih rasanya jauh dari mereka. Baru saja sehari aku sudah rindu pada mereka, apa lagi senyuman ibu.

         01:23 AM, hingga saat ini aku belum bisa menutup mata dari kelamnya malam. Pikirku masih melayang-layang. Mungkin belum bisa beradaptasi dengan suasana baru. "Bagaimana jika nanti Mariyam ngga suka kos sama aku?" pertanyaan demi pertanyaan selalu terbayang dipikiranku.

                                                                                   ********


****

         Adzan subuh membangunkanku dari tidurku. Mariyam masih tertidur pulas, ingin rasanya aku membangunkannya untuk shalat bersama, tapi aku takut dia marah. Aku menuju kamar mandi umum kos untuk mengambil air wudhu setelah itu aku shalat subuh dan bercakap panjang dengan Tuhan. Usai shalat, aku berjalan keluar dari kamar kosku, rencananya aku ingin menghirup udara pagi kota Jogja.

       Embun masih membundar disetiap dedaunan. Dingin. Udara Jogja di pagi hari sangat dingin. Aku mendekap badanku. Aku berjalan perlahan menyusuri ruas jalan Kaliurang. Aku mampir sebentar di warung bubur ayam di pinggir jalan. Rencana aku ingin membeli dua porsi bubur ayam untuk sarapanku dengan Mariyam. Setelah membeli bubur ayam aku kembali menyusuri Kaliurang dengan semangat. Tiba-tiba anak kecil yang umurnya mungkin sama dengan adikku Kemala datang menghampiriku. Tubuhnya agak kurus. Ia bernyanyi begitu merdu. Sontak aku teringat dengan adikku.

                                                                                              ****





          Panas terik matahari menembus kulit. Aku dan Mariyam menuju kampus UGM untuk melakukan pendaftaran ulang untuk masuk Fakultas Kedokteran. Sesampainya di kampus aku dan Mariyam melakukan registrasi dan pembayaran.

"Senja bagaimana kalau kita keliling-keliling kampus dulu sebelum pulang?" ajak Mariyam.

"Boleh juga. Itung-itung hilangin stress," aku tertawa kecil.

"Hahaha iya juga sih! Lagian suntuk juga kalau di kos terus."

"Bener banget kamu."

     aku dan Mariyam tidak di tempatkan dalam satu ruangan dikarenakan urutan nama kami tak berdekatan.

****

bagaimana nih ceritanya ??? maaf kalau bagian ini  kurang baguss, hehehe soalnya lagi banyak tugas sekolah. jadi kurang fokus lanjutin ini guys:) 

jangan lupa vote + coment yaaaaaaa:) 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang