Satu

63 5 0
                                    

Suara gelak tawa dari sepasang kakak beradik memenuhi ruangan bernuansa gelap dengan berbagai hasil jepretan kamera yang menempel dengan apik di dinding.

"Gimana Licy gak ketawa coba, waktu ada cowok seumuran Licy yang salah beli baju di mall. Dia malah kayak ngambil celana dalem cewek kak. Hahaha." Gadis itu bercerita sambil tertawa geli.

"Udah ah, lo mah ngetawain orang mulu. Besok lo harus temenin gue." Lawan bicara nya bangkit dari kasur dan duduk di depan sebuah meja.

"Emangnya mau kemana bang?"

"Foto buat buku tahunan SMP. Gak jauh jauh banget kok dari sini." Jawab seseorang yang dipanggil Kakak itu.

"Gak ah bang, Licy males. Sendiri aja ya." Gadis itu beranjak menuju pintu dan bersiap untuk keluar.

"Gue beliin cokelat yang banyak deh, nanti lo boleh milih sesuka lo." Langkah gadis itu terhenti saat mendengar kata 'cokelat'.

Gadis berambut hitam legam itu kembali berbalik badan dan menghampiri lawan bicaranya.

"Kalo cokelat sih, Licy mah mau aja. Yaudah nanti tinggal bilang aja ya jam berapa foto nya. Daah abang sayang." Gadis belia itu mencium pipi lawan bicaranya dan belari keluar kamar.

Divan Licy Rhean, gadis lugu yang saat ini baru menginjak usia 15 tahun. Lugu tapi jail, sifat yang sangat menonjol dari gadis itu. Licy sangat menggemari yang namanya cokelat, tidak ada yang tahu apa sebabnya.
Dan Devan Leo Rhean, kakak kandung dan kakak satu-satunya Licy. Mengisi hari libur kuliah nya dengan menjadi seorang photographer. Mempunyai wajah yang tampan, membuat Devan menjadi seorang 'Player'. Dan sekarang dia masuk di jajaran Playboy paling hits di kampusnya.

Devan sangat menyayangi Licy, begitupun sebaliknya. Devan selalu melindungi Licy, dan bahkan dia akan menanyakan kabar Licy dua jam sekali. Pernah Licy merasa risih, tapi dia berpikir 'Bang Devan kayak gitu kan buat Licy juga.'

"Dasar bocah." Devan menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik satu-satunya itu.

××××××

"Bang Devan, Licy mau jalan-jalan dulu yaa." Teriak Licy dari ruang tamu.

"Iya, tapi jangan sore-sore pulang nya." Balas Devan.

"Jangan kangeen yaaa. Daah," Licy mulai melangkahkan kaki keluar rumah dan berjalan menuju perpustakaan umum yang langsung menghadap kearah taman.

"Keren juga perpustakaannya, tapi kenapa yang baca disini cuma sedikit?" Gumam Licy sambil melihat-lihat buku-buku yang tersimpan rapi di rak berwarna abu-abu.

Akhirnya dia mengambil satu buku tentang Ensiklopedia 'Terbentuknya Benua dan Samudra.'

Ia mulai membuka halaman pertama, dan mulai membaca. Tapi, baru saja ia membaca dua paragraf, tiba-tiba ada seseorang terjatuh tepat di depannya.

Licy menghampiri orang itu, "Eh mas, kalo jalan itu liat-liat sekitar ya. Biar gak jatoh kayak gini. Malu kan jadinya?"

Orang itu mendongak dan merubah posisinya untuk berdiri, "Ya kan namanya juga kecelakaan, gak ada yang tau kali."

"Makannya jangan main handphone terus kalo lagi jalan. Kalo mas gak ceroboh kayak tadi, besar kemungkinan kalo mas gak akan jatoh kayak gini." Lagi-lagi Licy menasihati orang yang kini berhadapan dengannya.

Orang itu menautkan alisnya, "Lo orang yang ngetawain gue di mall waktu itu ya? Ngapain lagi sih gue harus ketemu lagi sama lo."

"Ooh, kamu itu yang salah ngambil baju di mall ya? Hahahaha. Bahkan kamu malu-maluin diri kamu sendiri didepan aku dua kali. Mau cari perhatian ya mas?" Balas Licy terkekeh.

MichocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang