4. Persimpangan 'Cinta'

93.9K 5.7K 489
                                    


Jam istirahat adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh murid.

Setelah bel berdengung nyaring, semua murid langsung berbondong-bondong menyerbu kantin. Tanpa terkecuali rombongan cowok kelas XII-2, mereka sudah stand by di kursi singgasananya. Sebuah kursi dan meja panjang yang bertempatan paling pojok, paling strategis, dan paling dekat dengan gerobak bakso Mang Dadang.

"Jek, lo makan atau lagi nyetor di wc? Jangan buat malu pangkat senior kita dong, mana ada kakak senior kece makan jongkok!"

Arjun mengomentari posisi makan Jaka yang berada tepat di hadapannya. Sambil jongkok di atas kursi panjang, Jaka memegang mangkuk bakso dengan telapak tangan kanannya. Jaka sama sekali tidak merasa terusik, justru melahap makanan dengan hikmat.

"Percuma saja kau suruh dia kaya gitu. Si Jaka itu bisulan, jadi kalau duduk takut bisulnya pecah," sambung Bonar sambil mengangkat mangkuk baksonya ke daerah mulut dan meminum kuahnya tanpa tersisa setetes pun.

Rio, yang saat itu sedang menyeruput es jeruknya langsung tersedak. "Dari mana lo tau si Jaka bisulan? Pernah ngintip ya lo, Nar?"

"Bah, najis kali aku mau ngintip-ngintip punya dia kalau punyaku aja lebih mantap!" Bonar mencibir. Ditatapnya Jaka dengan pandangan geli.

Sedangkan Jaka-meletakan mangkuk baksonya di atas meja. Semua isinya sudah ludes di makan. Dia memukul meja pelan. "Woy, sembarangan lo nuduh-nuduh gue. Menodai harga diri gue. Mengotori kesucian gue. Ini semua gara-gara Bu Jum. Gile! Masa tadi gue di suruh menghadap dia ke ruang BK, terus dia nafsu gitu mukul bokong gue pake rotan! Bener-bener tuh guru, pedofil! Alhasil gue nggak bisa duduk. Sakit coy, perih-perih gimana gitu."

Mendengar perkataan semberono Jaka, lantas semua teman-temannya langsung tertawa-tawa. Sampai-sampai beberapa murid yang duduk di sekitar mereka merasa terganggu dan pindah tempat duduk.

"Sumpah lo? Demi apa?" Rio mengacungkan jarinya ke arah Jaka.

"Demikian!" seru Jaka masih jengkel mendengar ledekan teman-temannya. "Cuma gara-gara gue nggak masuk pelajaran dia dua kali, dia langsung nyembur gue pake marah-marah segala. Pertama sih dia pengin jewer kuping gue, tapi gue berhasil menangkap tangannya, terus gue pelintir. Eh dianya kesakitan, yaudah deh ... rotan yang super panjang itu berhasil melayang ke daerah terlarang gue." Jaka berdiri menunjuk ke arah bokongnya; lalu mengusapnya dramatis.

"Yaiyalah, Bu Sumo lo lawan!" Arjun menyebut panggilan Bu Jum. Karena memang bentuk tubuh Bu Jum yang bulat dan pendek.

"Itu peringatan Jek, karena lo udah kelas tiga. Jadi udah waktunya melakukan gerakan perubahan." Gufran berbicara kalem. Sejak tadi dia asyik mengotak-atik ponselnya, mencari lagu coldplay yang akan ia dengar melalui headset.

"Tuh, denger sesepuh ngomong," lanjut Rio kemudian masih larut dengan mangkuk baksonya yang masih berisi setengah.

"Iye-iye, mentang-mentang udah berubah sekarang. Dulu kan, elo yang ngajarin gue jadi bandel kaya gini, Guf. Lo nggak inget waktuh kelas sepuluh lo ngajak gue taruhan sama anak SMA sebelah? Terus waktu gue pulang dalam keadaan babak belur, si Nyak langsung marah-marah sama lo dan ngejar lo pake sapu." Jaka kembali bernostalgia, mengingat masa-masa terbadung mereka saat mengabdi menjadi siswa junior.

Arjun tertawa sembari menggoyang-goyangkan jarinya. "Yaya, gue ingat banget waktu itu. Gufran sampe sembunyi di balik badan si Bonar."

Gufran sudah tidak lagi nendengarkan gurauan teman-temannya yang asyik mencibir dirinya di masa lampau. Kini lagu yang berjudul Adventure of A Lifetime telah mengalun indah di gendang telinganya.

PERFECT LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang