LIMA

10.3K 1.1K 63
                                    

Zulmi tidak langsung pulang ke rumah setelah selesai mengajar. Ia sengaja mampir ke rumah Diayu untuk berbicara dengannya. Zulmi mengikuti saran Ello agar mencari tahu tentang pria itu dari sahabat terdekatnya. Selain itu, Zulmi merasa butuh seseorang yang bisa dimintai pendapat.

"Mas Egar masih di kantor, Mbak?" tanya Zulmi saat baru tiba di rumah Diayu yang dulunya rumah peninggalan orang tua Milan. Setelah Ligar mendapat pekerjaan di Pekanbaru, rumah itu diserahkan Milan pada Diayu dan Egar agar tidak kosong.

"Kalau hari kerja gini Egar biasa pulang malam. Emangnya kenapa, Mi?"

"Nggak apa-apa, Mbak. Nggak enak aja kalau ada Mas Egar, soalnya Zulmi mau curhat soal masalah pribadi."

Diayu menempatkan diri di samping Zulmi. "Ada masalah apa?" tanyanya penasaran. Tidak biasanya Zulmi menceritakan masalah pribadinya.

"Zulmi ingin minta pendapat Mbak Di. Mbak, kan, sudah berteman lama dengan Mas Ello. Pasti Mbak sudah sangat mengenal karakter Mas El itu seperti apa."

Kening Diayu berkerut saat mendengar nama Ello disebut-sebut. "Jadi ini soal Ello. Kenapa sama dia, Mi?"

Detik itu juga, cerita mengenai Ello meluncur mulus dari mulut Zulmi. Tentang Ello yang telah menyampaikan niatnya ingin mengenal Zulmi lebih dekat melalui proses ta'aruf, tentang alasan yang membuat Ello mengambil keputusan itu, hingga tentang bagaimana perasaan Zulmi pada Ello.

Diayu mendengarkan dengan saksama. Ia mencoba menelaah semuanya dengan baik tanpa sekalipun menyela. Setelah Zulmi selesai mengutarakan semua isi hatinya, barulah Diayu berani angkat suara.

"Kalau boleh tahu, perasaan Zulmi sendiri gimana sama Ello?" tanya Diayu.

Zulmi tidak lantas menjawab. Matanya menerawang, mencari tahu apa yang ia rasakan. Zulmi tahu saat seperti ini akan hadir tak terelakkan. Saat dirinya harus berani mengambil keputusan untuk masa depannya. Bila bukan ia yang memilih sendiri lelaki itu, pasti orang tuanya yang akan memilihkan. Tinggal tunggu saja kapan waktunya.

"Pasti Mbak Di juga menyadari seperti apa Mas El. Dia tampan, gampang bergaul, dan laki-laki yang taat beribadah. Rasanya nggak sulit untuk jatuh cinta pada Mas El. Zulmi yakin di luaran sana banyak perempuan yang bersedia jadi pendampingnya."

Diayu mengangguk tanda setuju dengan penilaian Zulmi. Kemudian ia melanjutkan bicara, "Jujur aja, Mi. Sebenarnya Mbak nggak mau membongkar aib sahabat Mbak sendiri, tapi Mbak merasa perlu menyampaikan hal ini pada Zulmi sebagai bahan pertimbangan supaya Zulmi nggak menyesal nantinya."

Kali ini Zulmi tidak tahan lagi. Zulmi semakin penasaran seperti apa sosok pria itu sebenarnya. "Mbak nggak perlu merasa sungkan. Mas El sendiri yang menyarankan Zulmi menanyakan tentang dia pada Mbak Diayu atau Mbak Milan karena kalian tahu semuanya."

"Ello itu bukan tipe orang yang bisa berkomitmen," ungkap Diayu terus terang. "Selama ini dia berhubungan dengan banyak perempuan hanya untuk senang-senang aja. Dia memanfaatkan kegantengannya untuk memikat banyak perempuan dan setelah bosan langsung dia tinggalkan. Tapi, jujur aja Mbak kaget banget waktu Zulmi bilang kalau Ello ingin ta'aruf dengan Zulmi. Apalagi Ello sampai punya niat akan langsung membawa orang tuanya menghadap orang tua Zulmi. Ini keputusan besar dalam hidup dia. Nggak tahu kenapa, perasaan Mbak bilang kalau Ello memang nggak main-main dengan niatnya untuk menikahi Zulmi. Mungkin memang gadis seperti Zulmi yang dibutuhkan Ello. Tapi semua keputusan kembali lagi pada Zulmi. Kalau memang Zulmi merasa nggak yakin, jangan dipaksakan. Biarin aja, Mi, itu buaya darat sekali-kali emang harus dikasih pelajaran!"

****

Sementara di tempat lain, Ello kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Tiga trafo sudah selesai mereka kerjakan. Tinggal satu trafo lagi yang letaknya sedikit berjauhan dengan lokasi trafo yang lain.

(Ello Series #1) Gadis Jabal RahmahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang