DELAPAN

8.5K 1K 43
                                    

Tangan lelaki itu bergetar hebat seraya menggenggam ponsel yang masih menampilkan foto wanita bercadar dengan abaya hitam yang tampak sangat familier.

Mulutnya semakin mengatup rapat dan matanya terpejam. Tiba-tiba terbesit bayangan seorang gadis cantik dengan lesung pipi yang menari-nari dalam pikirannya.

Zulmi.

Hatinya tersekat ketika mengingat gadis itu. Gadis yang sudah ia janjikan sebuah pernikahan. Gadis yang sudah ia iming-imingkan kebahagiaan. Lalu mengapa pada saat dirinya telah memantapkan hati dengan menentukan pilihan, tiba-tiba bayangan Gadis Jabal Rahmah itu muncul kembali tanpa pernah ia duga sebelumnya?

Ya Allah, apa lagi ini?

Mengapa ada rasa asing yang menghinggapinya saat menatap foto Gendis? Bahkan, kini wajah siapa yang ada di dalam pikirannya pun, tak dapat lagi ia kenali. Hanya bayang kelabu samar-samar yang dapat ia tangkap. Antara gadis berdarah Arab atau gadis asli Sunda yang mengapit seorang wanita bercadar. Dua-duanya memiliki mata yang indah, dua-duanya wanita salihah, dan dua-duanya berhasil membuatnya gamang.

Namun Ello menepis pemikiran itu. Belum tentu Gendis adalah gadis Jabal Rahmah yang ia cari selama ini. Di Makkah, penampilan seperti itu sudah sangat umum. Banyak akhwat yang menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan niqab yang menutupi wajahnya.

Ya, Ello yakin semua itu hanya kebetulan.

Ello berjengkit kaget ketika gawainya tiba-tiba berdering. Ada nama Zulmi berkedip-kedip menanti jawaban.

"Assalamualaikum," sapa Ello.

"Waalaikumsalam. Mas El sudah sampai rumah?" tanya Zulmi.

"Sudah, Mi."

"Zulmi pikir Mas masih di jalan karena WA Zulmi belum dibalas."

"Oh, iya... maaf, tadi Mas baru selesai mandi. Sepertinya ada yang penting, Mi?"

"Sebelumnya Zulmi minta maaf kalau Zulmi jadi sedikit memaksa Mas El."

"Memaksa apa?"

"Jadi gini, Mas, akhir minggu ini Ammar dan orang tuanya akan datang ke rumah untuk mengkhitbah Zulmi. Sebenarnya Zulmi mau menunggu sampai Mas El merasa siap bertemu orang tua Zulmi, tapi, Zulmi juga butuh alasan yang pasti supaya Zulmi bisa menolak lamaran Ammar secara baik-baik. Kalau Mas El sudah lebih dulu mengkhitbah Zulmi, maka Zulmi akan punya alasan untuk menolak lamaran Ammar."

Ello terdiam. Seharusnya ia tidak keberatan untuk mengkhitbah Zulmi dengan segera karena hal itulah yang ia inginkan, tetapi kali ini ada yang berbeda. Entah kenapa Ello merasa belum siap. Seperti ada yang menghalanginya untuk melakukan hal itu.

"Maaf karena Zulmi jadi menuntut Mas El seperti ini," ucap Zulmi lagi karena Ello tidak meresponnya sama sekali. "Seandainya aja Ammar nggak datang, Zulmi nggak akan memaksa Mas El segera mengkhitbah Zulmi. Tapi Zulmi nggak punya pilihan lain, Mas."

Ello masih terdiam. Tarikan napasnya terdengar semakin berat.

"Mas? Mas El bisa dengar Zulmi?"

Pria itu mengerjap. Ia berdeham lebih dulu sebelum bicara. "Iya, Mi, Mas dengar."

"Kenapa diam aja, Mas? Mas El keberatan mengikuti permintaan Zulmi?"

(Ello Series #1) Gadis Jabal RahmahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang