Emily 1

7 2 0
                                    

09.30, dan proposal milik emily belum juga selesai, dia lupa memasukkan beberapa teori dan data acuan yang dibutuhkan, kurang teliti seperti biasanya. "lana, jam berapa kau selesai mengerjakan itu? Aku ada pemotretan nanti jam 1"

''satu jam lagi, tinggal beberapa teori dan data acuan, sebisa mungkin emily sudah bisa mengeprin tugasnya besok" pandangan lana masih terfokus pada laptop, " dia depresi lagi? Ada masalah" ia menganggukkan kepala, tangan dan pandangankannya masih tertuju pada tugas laporan yang harus di selesaikan emily hari ini.
" hei, kau kebiasaan tidak pernah memandang lawan bicaramu saat mengerjakan tugas, aku ingin tau apalagi yang terjadi pada dia" lana menghentikan pekerjaannya dan menoleh kearahnya, t dia sudah bersidekap didepan lana "aku tidak tau emma, kau bisa bertanya kepada kyou, dia ada di ruangan sebelah sedang menenangkan emily". Lana kembali berkutat dengan tugas di depanya, lana memang serius dengan pekerjaanya, mahasiswa seni yang perfeksionis, dan dia kuliah di tempat yang sama dengan emily, sedangkan emma, dia seorang model profesional yang selalu menerima job pemotretan bahkan menjadi brand ambassador salah satu brand ternama. Mungkin kalian berpikiran mereka bersaudara, nyatanya bukan.
Mereka memang hidup bersama bahkan tumbuh bersama hanya kyou yang lebih tua setahun dari mereka, mereka adalah emily, dan lana yang seorang mahasiswa tingkat akhir, emma seorang model professional, Reen seorang crafter, dan bisa menguasai berbagai macam resep masakan, polyglot, reyna seorang desainer lingeri yang menyukai semua yang berhubungan dengan hal-hal yang vulgar dan sexy, dan yang terakhir kyou, satu-satunya pria yang bisa mengendalikan mereka berlima terutama emily yang selalu bermasalah dengan depresinya yang datang secara tiba-tiba.

"hei kau tau reyna dimana? Aku harus memakai lingeri yang baru saja ia keluarkan di fashion show kemarin" emma mengamati sekelilingnya intuk mencari reyna, dia wantia yang sedikit menyebalkan jika berhadapan dengan emma, mereka selalu beretengkar dan selalu akur dalam waktu beberapa menit. "emma! Aku sudah membuatkanmu bekal vegetarian untuk pemotretanmu nanti ,seperti yang kau inginkan" reen muncul di samping emma dengan senyum yang mengembang di wajahnya khas reen, " untung ada kau, aku tak bisa menggangu lana, kau tau dia selalu serius dengan pekerjaanya, dan reyna tak muncul dari tadi"

"kau mencari lingeri mu? Reyna menggantungnya di lemarimu, dia pergi sebentar, mungkin nati malam baru pulang, kau tau emily? Aku ingin mengajaknya berbelanja keperluan makan malam nanti" reen duduk di kursi kosong depan lana, tempat mereka biasa berkumpul da mengobrol. "dia sedang di ruangan, mengunci diri dan membangun tembok tebal agar kita tak bisa membantunmya, untung kyou datang tepat waktu, dan dia sedang menenangkan emily sekarang" lana yang sedari tadi berkutat dengan pekerjaanya, terlihat menutup laptop dan mengistirahatkan tubuhnya. " kau bisa menggantikan aku sekarang emma, biasanya kau membutuhkan waktu beberapa jam untuk mempersiapkan diri sebelum pemotretan" lana melepaskan kacamatanya, jarinya memijit-mijit pangkal hidungnya, "sepertinya minusku bertambah". Dan s3detik kemudian emma sudah berlalri ke kamar milik mereka melakukan ritual yang basa dia lakuka.
"jadi... kita akan menggantikan emily lagi untuk sementara ini? Apa dia di bully teman-temanya lagi? Atau keluarganya menekannya lagi?" reen menatap nanar ruangan di sammping mereka, ruangan yang biasa di gunakan emily untuk mengurung diri di saat depresi dan membangun tembok tebalnya agar tak satupun orang mendekati dia, dan berakhir dengan tangisan di pelukan mereka berlima.
"jika di bully, kurasa tidak, emily seorang mahasiswa sekarang bukan lagi seorang pelajar, jika keluarganya mungkin saja" lana mengikuti pandangan reen yang masih tetap mentapa ruangan di samping mereka. " aku hanya melihat dia berlari ke aranh ruangan, dan di saat itu juga kyou mengejarnya dan memintaku menggantikan emily".
Reen kembali memandang lana yang duudk di sofa sebranganya, terdapat sedikit bulir airmata di pelupuk matanya "aku benar-benar kasian dengan dia lana, hidupnya benar-benar berat, rasanya aku ingin membawabya ke psikiater untuk mengobati depresinya, aku merasa gagal melindunginya" reen mengusap airmtanya yang jatuh, mencoba untuk tidak menagis. " aku akan coba mencarinya, asalkan dia tidak mengganggu kita berlima, karana kita juga membantu emily untuk mendapatkan hidup yang normal" dan semoga saja dokter seperti itu memang ada.

.................................................................

3 hari, sudah tiga hari emily belum keluar dari tembok yang ia buat, dan sudah tiga hari juga kami menghandel semua kegiatan emily, kuliah, proposal tugas akhir, seminar, dan pengurusan kepanitiaan untuk acara fashion show, itu semua tak masalah bagi lana, karena kebetulan di juga seorang mahasiswa dengan jurusan yang sama, hanya saja mungkin sedikit berat bagi kyou, emma, reen, dan reyna, mereka harus membagi waktu pekerjaan mereka dengan kegiatan yang dimiliki emily, cukup menguras tenaga untuk tajaran seorang yang pemalu dan cenderung introvert sperti dia. '' kyou, apa emily baik-baik saja? Sudah tiga hari dia tidak mau keluar, biasanya hanya sehari" reen menatap sekilas ruangan yang biasa digunakan emily untuk menyendiri, ruangan yang sulit ditembus oleh semua orang termasuk keluarganya sendiri, dan dia hanya meperbolehkan orang-orang ia percayai untuk masuk termasuk mereka berlima. Tanganya yang sibuk menata makan malam untuk mereka sedikit terhenti, kemudian reen melanjutkan pekerjaannya kembali, kyou yang sedang menikmati kopi kesukaannya juga melirik sekilas ruangan tempat emily berada dia mengehela napas sebentar " keluarganya menyalahkan dia, ya secara halusnya mereka mengatakan emily pembawa sial karena musibah yang ia dapatkan beberapa bulan yang lalu, dan yang bisa kau tebak ingatan dia tentang masa kecil yang penuh dengan kekerasan, bully, dan tekanan kembali lagi. Aku sudah membujuknya seharian kemarin dan nihil'' kyou kembali menghela napas, dan meminum kopinya "coba kau yang membujuknya reen, kalian begitu dekat, kau yang selalu menolongnya dulu dia sudah menganggapmu seperti kakaknya" reen menarik kursi yang berhadapan dengan kyou, dia duduk dengan slah satu tangan menopang dagu "kau yang selalu menolongnya saja gagal, apalagi aku" reen mendengus kesal " sepertinya kita harus memangggil kak arman dan roy, mungkin mereka bisa membantu". Kyou berpikir sebentar, arman dan roy adalah temanya saat sma dan kuliah tepatnya seniornya, mereka kakak laki-laki emily dan sudah 6 tahun ini tidak berkunjung, " dengan resiko aku dipukuli hingga babak belur? Kau tak ingat aku sudah berjanji untuk menjaga emily saat mereka pergi? Menurutmu bagaimana respon mereka ketika aku mengabari jika emily menglami depresi seperti ini lagi, pasti mereka teringat kejadian enam tahun lalu reen!". Enam tahun lalu emily hampir bunuh diri karena kelalaian kyou, dia tidak tahu sama sekali jika emily di bully habis-habisan oleh tman smpnya, ibunya masih beranggapan bahwa suaminya atau ayahnya meninggal karena dia, dan saudara perempuanya menyalahnkan dia jika terjadi musibah di keluarga mereka, bahkan kakak iparnya menyalahkan dia secara terang-terangan didepannya saat ibunya masuk rumah sakit. Emily hampir saja mengiris pergelangan tanganyai jika kyou tidak nekat menerobos masuk kedalam ruangan dan kamarnya, dan setelah itu kedua kakak laki-lakinya memberikan bogem mentah kewajah dan tubuhnya. "Arman dan roy sangat mengerikan jika marah". "aku yang akan mengatakanya". Kyou menngangkat salah satu alisn dan menyuruput kopinya, ia tidak yakin. " mereka takkan berani memukulku kyou, aku akn mengatakan jika ini kelalaianku, dan sebernarnya kami sudah mendiskusikan ini, saat kau di dalam ruangan kemarin".reen memberi jeda sejenak, menunggu respon dari kyou, dia berhenti meminum kopinya, dan mempeberi isyarat untuk melanjutkan. " kami sepakat untuk mebawanya ke psikiater, kami ingin menyembuhkan depresinya". Kyou memandang wajah reen dengan serius " kau tau konsekuensinya kan?". " ya kami tau, dan kami menerima jika itu terjadi, asalkan emily sembuh, dan aku akan mengatakannya pada kak arman dan roy". Kyou menopang dagunya, tangan kirinya memijat pangkal hidungnya, dia tak masalah dengan semua konsekuensi yang dikatakan oleh reen yang dia masalahkan adalah emily, siapkah dia menghadpi dunia sendirian? Selama ini emily selalu bersama kyou dan ketempat sahabatnya, dia begitu pemalu, dan wanita itu sulit sekali berbaur dengan orang lain. " kami berharap emily memiliki satu teman yang bisa dia percayai kyou, seumur hidupnya" dan kata terakhir reen terngiang terus di otaknya.

:

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EmilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang