Pt 1 - First meet

606 54 16
                                    

Yeoja itu menatap bayangan dirinya di cermin. Pucat. Sangat pucat. Kondisinya kian memburuk. Hanya tersisa sedikit harapan untuknya.

"Tidak, jangan lagi." Dia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha menghilangkan pikiran yang terus muncul menghantuinya.

Dia masih memiliki kesempatan operasi. Cukup memberi harapan, tetapi tetap memiliki resiko.

Atau mungkin... Dia bisa langsung mengakhiri hidupnya tanpa menunggu waktu lebih lama.

-*-*-

Namja itu melangkahkan kakinya dengan santai. Membawa seikat bunga mawar merah yang menarik perhatian pengunjung rumah sakit yang berpapasan dengannya.

Mereka berpikir, namja muda setampan dirinya pasti sedang membawa kejutan untuk pasangannya. Tapi namja yang biasa disapa Jungkook itu ingin memberikan bunga tersebut kepada ibunya yang sedang sakit.

Dia hampir sampai didepan kamar tempat ibunya dirawat. Tapi karena terlalu bersemangat untuk menemui ibunya, ia sampai tak melihat ada seorang yeoja lewat. Jungkook menabrak yeoja tersebut hingga terjatuh.

"Kau baik-baik saja?" Yeoja itu mengangguk pesan. Jungkook membantunya untuk bangun. Ia pun terkejut melihat betapa pucatnya wajah yeoja tersebut.

"Kau yakin baik-baik saja? Akan ku panggilkan dok-"

"Jangan, kumohon." Yeoja tersebut menahan lengan jungkook. "Antar saja aku ke kamarku."

-*-*-

Jungkook mengantar yeoja itu sampai ke kamarnya. Kamar itu cukup sempit. Tetapi memiliki kamar mandi. Tak ada orang lain disini selain yeoja tersebut.

"Aku benar-benar minta maaf." Namja itu mengulurkan tangannya. "Aku jungkook."

Yeoja itu membalasnya "aku Tiffany. Terimakasih sudah mengantarku kesini. Kau boleh meninggalkanku sekarang." Yeoja bernama Tiffany itu tersenyum.

"Baiklah, kau harus berisitirahat. Aku permisi." Jungkook pun meninggalkan Tiffany sendirian dikamar itu.

-*-*-

Tiffany POV

Aku terbangun dan merasakan sakit dikepalaku tak kunjung hilang sejak tadi siang. Terakhir yang aku ingat, aku sedang berjalan dikoridor rumah sakit dan...

Oh iya, namja itu. Bagaimana dengannya? Apa aku akan bertemu lagi dengannya?

Dengan langkah berat, ku coba tuk berjalan menuju pintu kamarku. Ada sesuatu yang sepertinya ingin menarikku kesana. Aku pun menemukan setangkai mawar tergeletak disana dan mengambilnya

"Pasti namja itu sengaja menaruhnya disana"gumamku pelan.

Ada harapan kecil dibenak dibenakku untuk bertemu dengannya. Yah, karena kalau dilihat-lihat namja itu cukup tampan. Hm.. Siapa ya namanya? Aku lupa.

Tok tok tok

Aku terkejut mendengar suara ketukan pintu yang jelas terdengar ditelingaku karena aku masih berada didepan pintu sambil memegang bunga tersebut. Dan suara ketukan itu terdengar lagi.

Dengan malas, aku membuka pintu dan sosok namja itulah yang berada dibaliknya.

"Hai." Dia tersenyum kearahku dan tentu saja yeoja sepertiku terpaku melihatnya.

"K-kau?"

"Jungkook. Ingat kan?"

Aku mengangguk dan persilahkan dia masuk, karena sudah cukup lama dia berada disana. Kuharap wajah pucatku tidak berubah menjadi merah tadi.

"Bagaimana keadaanmu? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu." Ya Tuhan, bagaimana bisa namja ini- argh

"Uh, oh itu hm.. Sudah membaik." Tentu saja aku berbohong.

"Kau yakin? Karena wajahmu masih tetap pucat." Mwo... Dia memperhatikan wajahku? Aku bisa gilaaa.

"Erm.. Ya kurasa keadaanku sudah lebih baik setelah aku beristirahat tadi."

"Kau mau minum?" Tanyaku untuk mengalihkan percakapan. Ia menggeleng pelan sambil tersenyum

"Tidak, terimakasih. Aku sudah minum teh tadi dengan eomma."

"Kau kemari menjenguk ibumu ya? Bagaimana keadaannya?" Tanyaku.

"Sudah mulai membaik. Tetapi tetap saja ia tidak bisa pulang." Senyum diwajahnya mulai memudar. Dari matanya terlihat dengan jelas hal buruk pasti sedang terjadi ibunya.

"Eomma mengidap kanker stadium akhir. Dia bisa menyembunyikan penyakitnya itu cukup lama. Dan sekarang aku baru mengetahuinya." Jungkook menjelaskannya dengan senyum getir. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Seharusnya aku tau sejak awal."

Aku menepuk bahunya pelan. Ia menghela nafasnya cukup berat. Cukup lama suasana menjadi sunyi, hingga akhirnya jungkook tertawa pelan.

"Tidak seharusnya aku bercerita dan membuat suasana menjadi semakin buruk."

"Tidak apa. Aku tau persis bagaimana saat berada diposisi mu. Aku juga kehilangan ibuku."

"Benarkah?" Aku mengangguk.

"Yah.. Itu sudah cukup lama. Dan sekarang aku yang merasakannya."

"Maksudmu?" Tanya nya bingung.

"Aku pindah ke Seoul 3 tahun yang lalu. Dan setahun kemudian eomma meninggalkanku. Setelah aku lulus, aku dan appa sebenarnya akan balik lagi ke California. Tapi aku malah sakit seperti ini." Aku mencoba tetap tersenyum dan menunggu reaksinya.

"Bagaimana dengan penyakitmu?" Jungkook bertanya dengan hati-hati. Terlihat jelas dari wajahnya kalau ia khawatir.

"Masih ada kesempatan untuk sembuh jadi aku harus berjuang dengan keras sekarang." Kataku yakin.

"Aku akan mendukungmu. Fighting!, hehe."

Dan dari sinilah aku menemukan teman baru. Setidaknya ada yang menemaniku sekarang. Membuat diriku mulai berpikir dan berani untuk melawan penyakit ini.

A/N : Hello semuaa 😁, ini ff pertamaku di wattpad. Sebelumnya aku mau mengupkan thankyou very kamsha(?) for my bestie who made this wonderfull poster😚😚

Please vote and comment for next chapter yay 🙏🙏

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang