Ada Apa dengan suamiku??

126 1 0
                                    

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman. Aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis. Jadi aku tak terlalu kesepian di tinggal pergi olehnya..

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Perutku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit ini, tiba-tiba darah bercucuran dari alat vitalku. Aku pun segera menghubungi adik laki-laki ku yang kebetulan kerja di kota tempat aku bersama suamiku tinggal. Ia pun segera membawaku kerumah sakit .

Ketika di rumah sakit. Usai ditangani oleh dokter, keadaanku pun mulai membaik. Dan aku bertanya apa penyebab dari ini semua. Ternyata aku di vonis terkena kanker rahim stadium 3.

Aku menangis. Tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari diriku..

Mertuaku pasti akan semakin menghinaku. Suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dariku, ternyata aku tak bisa menuai impiannya itu. Aku hanya menangis sambil memeluk adik ku..

Aku kangen pada suamiku. Aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia akan pulang?" aku tak tahu..

Aku tak tahu kenapa akhir-akhir ini, ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku Bisa menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah padaku?

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak ingin membuatnya khawatir selama ia berada di sabang..

"lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari sabang, aku akan ceritakan padanya tentang penyakitku ini." gumamku. Setiap hari aku aku menanti suamiku pulang. Hari demi hari aku hitung..

Sudah 3 minggu suamiku di sabang. Malam itu, ketika aku asyik melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk..

Kubuka inbox ponselku. Ternyata itu pesan dari suamiku. Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang. Aku pulang satu hari lagi. Aku akan kabari kamu".

Hanya pesan itu saja yang ia kirimkan padaku. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yang aku tunggu pun tiba. Aku menantinya di rumah..

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfume kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang. Dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yang buruk akhir-akhir ini..

Bel pun berbunyi. Ku buka kan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk ke rumah, aku pegang tangannya ke depan teras.. Namun ia hanya berdiri. Aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya. Aku tak mau ada syaitan yang masuk ke dalam rumah kami..

Setelah itu, aku pun berdiri dan langsung mencium tangannya. Tapi apa reaksinya??

Subhanallah.. Ia tidak mencium keningku. Ia hanya diam dan langsung naik ke ruangan atas kemudian mandi dan tidur tanpa mepertanyakan keadaanku..

Namun, aku hanya berfikir, mungkin dia lelah. Aku pun segera merapikan bawaannya lalu ikut tidur di sampingnya. Waktu menunjukkan 1/3 malam. Mengingatkan aku pada Allah, sang maha Pencipta. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur untuk menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim..

Biasanya aku dan suamiku selalu shalat berjama'ah. Tapi karena melihatnya tidur sangat pulas, aku tidak tega membangunkannya. Aku hanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya lalu aku segera menunaikan shalat tahajjud 8 rakaat disertai witir 3 rakaat..

***

Aku mendengar suara mobil. Aku terbangun lalu aku melihat suamiku dari balkon kamar yang sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan segera berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yang berceceran dari rahimku untuk mengejarnya. Tapi suamiku berlalu begitu cepat..

Aku merasa ada yang aneh pada suamiku. "ada apa dengannya? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?" ujarku..

Aku tidak bisa diam begitu saja. Firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon ke rumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya. Aku bercerita dan bertanya apa yang sedang terjadi pada suamiku. Dengan enteng dia menjawab, "loe pikir aja sendiri!!" telpon pun langsung terputus.

"ada apa ini?" gumamku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku??

Semakin hari, suamiku menjadi orang yang pendiam. Seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami untuk ku. Kami hanya berbicara seperlunya saja. Aku selalu di introgasinya. Ia selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat. Bahkan ia berujar dengan nada yang keras. Suamiku telah berubah..

Bahkan yang membuatku kaget, aku pernah di tuduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yg telah menuduhku serendah itu. Tapi aku selalu ingat. Sebagaimanapun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri. Itu pedoman yang aku pegang..

Aku hanya berdoa semoga suamiku sadar akan perilakunya..

***

Nantikan Aku Di Syurga-nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang