Part 3 - Shocked

572 66 95
                                    

'Kalian akan hancur satu persatu.'

Mata keenam lelaki itu pun terbelalak. Entah apa maksud dari foto tersebut. Mereka sama sekali tidak tahu.

"Gila, siapa, sih, yang ngirim beginian?" kata Dewa sambil menarik foto yang Yezkiel pegang dan meremasnya.

"Orang iseng kali," jawab Yezkiel tanpa minat. Ia tak pernah mengambil pusing apa pun yang terjadi. Ia selalu menganggap kalau semua itu hanya orang yang iri dengannya.

Ya, iri. Iri dengan ketampanannya, ketenarannya, dan kecerdasannya.

Namun, tak dapat Yezkiel pungkiri. Sekeras apa pun benaknya menyangkal dan beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi hati kecil cowok itu justru berkata sebaliknya. Ia merasa resah. Cemas. Terlebih lagi begitu Yezkiel teringat akan teror telepon beberapa waktu yang lalu, rasa khawatir itu kian membesar dan terasa melilitnya.

"Kiel! Woy! Malah bengong lagi!" Dewa menjentikan jarinya beberapa kali, sukses membuat lamunan Yezkiel seketika buyar. Dengan gugup, cowok itu tertawa garing lalu mengibaskan tangannya tak acuh.

"Siapa yang ngelamun? Orang gue lagi-" Mata Yezkiel mengedar ke sekitar, menyapu pandangan ke seisi kantin. Dan begitu akhirnya ia melihat Tiwi berjalan masuk ke kantin setelah sebelumnya dari toilet, Yezkiel sontak berseru heboh dan bangkit dari duduknya. "-gue lagi nyariin Tiwi. Nah, iya, nyariin Tiwi. Udah, ya, gue ke sana dulu. Mau modus bentar."

"Lah? Lah? Makanan lo terus gimana?" tukas Rama.

Yezkiel menyeringai. "Alah, gampang." Cowok itu mengedipkan sebelah mata sambil berjalan santai meninggalkan kelima temannya yang sudah siap dengan makanan masing-masing.

Tapi tiba-tiba saja, belum lima langkah Yezkiel berjalan, ponsel dalam saku celananya mendadak bergetar. Yezkiel refleks mendesah berat. Cowok itu terpaksa menghentikan langkah dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri Tiwi demi menerima telepon yang masuk.

"Halo?"

"Gimana? Lo udah terima kado dari gue?"

Yezkiel mematung di tempat. Rahangnya berubah kaku. Wajahnya pucat pasi.

"Satu hal yang perlu lo tau. Gue enggak pernah main-main dengan ucapan gue. Lo ... dan temen-temen bangsat lo, bakalan bener-bener hancur. Inget itu."

Lalu, sambungan pun terputus.

•••

"Heh, Rika," panggil Maya saat melihat Rika dan Wilda sedang duduk di bangku taman.

"Ada apa, Kak?" tanya Rika dengan wajah setengah panik. Pasalnya, Maya merupakan salah satu kakak kelas yang ditakuti.

"Lo sepupunya Yezkiel, 'kan?" tanya Maya. Rika hanya mengangguk.

"Lo harus bantuin gue jauhin Tiwi dari Yezkiel. Kalo nggak, lo tau sendiri akibatnya." Rika yang mendengar itu hanya mengangguk, tak bisa berkata apa-apa.

"Bagus, awas aja kalo si Yezkiel masih deketin si Tiwi. Lo bakal tau akibatnya." Maya pun pergi meninggalkan dua gadis itu setelah memberi aba-aba kepada sidekick-nya.

"Rik, emang Bang Kiel lagi deket sama Kak Tiwi?" tanya Wilda setelah dirasa Maya sudah menjauh.

Rika mengangkat bahunya. "Gue juga gak tau. Lagian, tuh orang aneh. Gue gak tau apa-apa juga."

"Terus gimana? Lo mau nurutin apa yang kak Maya bilang, Rik?" tanya Wilda cemas. "Lo mau ngejauhin Bang Kiel sama Kak Tiwi?"

"Entahlah. Menurut lo gimana?" tanya Rika.

"Kalo menurut gue sih, jangan deh. Gue lebih suka kalo bang Kiel sama Kak Tiwi, daripada sama Kak Maya," kata Wilda sambil bergidik ngeri. "Gak terima gue kalo idola gue berjodoh sama cabe kering itu."

TLP (1) - Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang