Part 3

92 10 0
                                    

Justin's POV

Rasanya senang sekali bisa berada di dekat Summer. Aku sudah menyukainya sejak kelas 10. Sudah 1 tahun ini aku tidak berani mendekatinya. Honestly, dia itu sedikit menyeramkan. Tidak bersahabat sekali. Tapi senyumnya itu yang membuat aku tertarik.

Dibalik kegarangannya itu, dia orang yang rendah hati. Dia tidak segan menolong orang yang tertabrak motor 2 minggu yang lalu. Sedangkan orang lain hanya melihat saja.

Aku akan berusaha mendapatkan perhatiannya. Sebenarnya masih banyak yang belum ku ketahui dari Summer. Maka dari itu aku mengajukan diriku untuk mengawasi tingkah Summer yang bengal itu kepada Mrs. Anderson. Awalnya dia keheranan mengapa aku mau-maunya mengawasi dia. Namun akhirnya dia menyetujui.

Sekarang strategiku ingin mencari tahu lebih dalam dulu. Dengan berkedok pura-pura mendekati Lydia.

***

"Lydia." Aku memanggil nya ketika jam pelajaran selesai.

"Oh hi ganteng" katanya menggodaku. Aku tahu itu hanya keisengannya semata. Dia sudah tahu aku suka dengan Summer dan dia akan membantuku untuk lebih jauh kenal dengan Summer.

"Kau tahu tidak dimana Summer? Aku sudah mencari ke kelas-kelas tapi tidak ada." Kataku mulai panik.

"Tidak usah panik begitu Justin. Dia sedang di perpustakaan. Dia sedang mencari buku untuk bahan ujian besok" Lydia menenangkanku.

"Okay. Terima kasih Lydia. Kapan-kapan aku maik kerumahmu ya. Ada banyak hal yang aku belum ketahui tentang Summer" Lydia hanya tersenyum dan berlalu entah kemana.

Sekarang fokusku ke Summer.

-

"Kau sedang apa Summer?" Aku mengejutkannya yang sedang membaca buku. Walaupun sikapnya tidak baik, dia murid berprestasi di sekolah ini. Nomor 1. Lydia nomor 2 dan aku nomor 3.

"Kau ini. Sedang baca buku. Memangnya kau tidak lihat?" Dia tidak terlalu menghiraukanku dan melanjutkan membaca buku.

"Summer" aku memanggilnya.

"Apa?" Akhirnya dia menolehku. Bahagia sekali bisa melihat wajahnya. Aku terhanyut saat menatap wajah indah itu.

"Justin!" Aku terkejut Summer meneriakki ku. Hampir saja jantungku copot. "Sorry Summer. Kau bisa tidak menemankku hari ini? Sebentar saja. Aku mau membeli kue untuk ibuku"

"Kenapa kau tidak ajak Lydia saja? Kalian kan sedang dekat. Lagian aku besok ada ujian" katanya ketus. Mengapa Summer kau jutek sekali?

"Ayolah sebentar saja. Lydia sedang sibuk." Kataku memelas.

"Baiklah" akhirnya dia luluh juga.

-

"Kau mau tidak?" aku menawari Summer kue ketika kami sampai ditoko kue.

"Tidak usah. By the way apa ibumu ulang tahun?" terlihat dia penasaran.

"Ah tidak. Aku hanya ingin memberinya kue karena kemarin dia ingin sekali kue tart. Tunggu ya aku bayar dulu." Aku langsung menuju kasir dan membayar kue ini. Lalu kamipun keluar toko.

"Bagaimana rasanya mempunyai seorang ibu?" Pertanyaannya sungguh dalam.

"Begitulah Summer. Aku tidak bisa menjelaskannya. Rasanya lengkap sekali." Aku bingung harus menjawab apa. Takut Summer tersinggung.

"Ibuku meninggalkanku. Jadi aku sudah tidak tahu lagi bagaimana rasanya memiliki seorang ibu. Yang aku ingat dia hanya memarahiku karena aku menumpahkan susu ke lantai. Grant langsung menolongku dan ibu hanya diam. Dia paling tidak bisa kalau Grant marah padanya. Sepertinya Grant itu anak kesayangannya. Setelah kepergiannya, Grant dan ayahku sangat hancur. Mereka bersumpah kalau wanita itu sampai menginjakkan lagi kerumah, kau tahulah Justin. Haha maaf aku jadi cerita masalah pribadiku." Aku merasa iba pada Summer. Ingin rasanya kupeluk dia. Hehe belum saatnya.

"Tidak apa Summer. Aku senang kau cerita kepadaku." Terlihat senyumnya mengembang.

------

Wait for part 4

Summer (A Justin Bieber Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang