Perkenalkan, Daniel

8 2 0
                                    

Jika kamu mau tau tentang Daniel,
Aku akan menceritakan sedikit tentangnya,
Sejak hari pertama ku sekolah disini.
Aku berjanji pada diriku untuk membuka lembaran Baru dalam buku yang baru. Tetap kau tau kan itu semua tidak mudah? Ya, Tentu saja. Menulis buku Baru membutuhkan tokoh - tokoh baru didalamnya, Dan inilah yang membuatku tertarik untuk melakukan interaksi dengan para manusia di dunia ini.

Sejak hari itu aku mulai bersemangat untuk menemukan teman Baru dalam hidupku. Aku sadar bahwa aku sering menyendiri Dan hanyut dalam khayalan - khayalan ku sampai pada akhirnya aku hanya memiliki 1-3 teman di SD Dan SMP jarang sekali ada yang mengenaliku. Terkadang itulah yang membuatku malas sayang ke acara - acara reuni angkatan.

Pagi itu, di perusahaan. Entah kenapa ... Baru hari itu aku tidak merasa berminat untuk membaca buku. Hari itu aku mulai merasa menjadi manusia biasa, hujan menjadi manusia berperasaan pelangi seperti biasanya.
Aku pun terdiam Di kursi perpus sambil sesekali memainkan Pena dengan cara mengetukkannya di meja beberapa Kali.

Tidak lama kemudian, sorot mataku tertujy pada seorang lelaki yang duduk tepat di samping Kiri depan meja dimana aku duduk. Jika di deskripsikan, dia memiliki rambut yang hitam tebal yang tertata rapih, mata hitam Nya yang indah dilindungi oleh kacamata berwarna hitam, hidungnya sempurna, kulitnya berwarna putih, terlihat seperti blasteran tapi ... Tidak! Dia bukan. Dari cara duduk nya saja tegap dengan Dada yang membusung kedepan hmm ... Dia pasti orang yang percaya diri.
Selain itu, buku yang dibaca ... Ah, Sherlock Holmes! Buku yang amat sangat terkenal tapi hanya sebagian anak - anak Se basis yang menyukainya. Ia menyukai Sherlock Holmes, itu tanda Nya ada kemungkinan dia seorang observant atau hanya pembaca biasa. Tapi kalo dia observant, pasti kalo disuruh nge deskripsi in sesuatu akan di deskripsikan dengan Jelas. Inilah teman yang kucari.

Seketika sebuah senyuman terlukis dipipiku. Kemudian, lelaki itu mulai berjalan meninggalkan kursi yang tadi ditempatinya. Tiba - tiba seseorang menarik kursi yang bertempat di samping kursi yang kutempati. "Gue Daniel" sapanya.
Aku pun menoleh ke arah dimana suara itu berasal, ya tepat disampingku. Dan, tentu saja Kali ini dugaanmu benar. Itu adalah lelaki yang tadi, ia menghampiriku Dan menyapaku.
Lama - lama aku terhanyut dalam pikiranku selama 2 menit, keadaan masih hening seperti pada awalnya. Seketika ia memulai pembicaraan " nama lo siapa? " tanya nya. Dari Cara berbicara Nya saja dapat disimpulkab dengan cara dia mem fokuskan pandangan Nya ke buku yang ia baca daripada lawan bicaranya, terdapat kemungkinan bahwa ia adalah orang yang serius. Tapi, mungkin juga dia orang yang cuek, karna pada saat ia menatap buku Nya pada saat berbicara dengan orang lain sebenernya pikiran Nya masih terhanyut dalam buku tersebut Dan otaknya mungkin tidak terlalu memperdulikan apa yang akan dipikirkan oleh sang lawan bicara.
" Unicara Halsey. Panggil aja Cara " jawabku sambil mengulurkan tanganku. Dan, yap. Dia bahkan mengabaikan tanganku, padahal sekitar 5 detik tanganku ku menunggu di jabat olehnya. Aku pun menarik uluran tanganku "sori gue galiat tangan lo disitu tadi" ucapnya
" terhanyut sama buku, wajar kok. Kalo nanti lo udah mengenaliku gue lo akan tau bahwa seketika gue lagi baca buku, gaada satu pun mahluk di dunia ini yang dapat mengusik gue."
Dia hanya memberikan sebuah senyum singkat lalu lanjut membaca.

SKIP TO ISTIRAHAT

Aku melihat Daniel memasuki ruang perpustakaan lagi. Apa yang ada di pikiran Nya? Se ngayal - ngayal Dan pencinta buku Nya aku, aku masih memiliki waktu untuk makan di kantin.
Aku memutuskan untuk pergi ke perpus Dan menyusul Nya, dia masih di tempat duduk yang sama. Tempat duduk yang terletak disamping kursi yang ku duduki tadi. Aku pun menghampiri Nya,
"Daniel, gak makan?" Tanya ku
"Engga ah males" jawab nya.
"Ayolah, nanti sakit loh kalo ga makan"
"Gue yang sakit kok lo yang khawatir"
"Lo kan temen pertama gue disini jadi gue harus jaga lo baik - baik supaya ... Lo gak mati"
"Yehh ... Kurang ajar!!"
Sebuah tawa keluar dari mulutku
"Ayolah seenggaknya temenin gue makan"
"Ya udah lah" ucap Nya pasrah

Kami pun berjalan menuju kantin dengan sebuah buku di genggaman masing - masing.
Sesampai Nya dikantin ...
"Gue bawa roti nii ada dua, lo makan satu ya" aku mengulurkan selipat roti ke arah Daniel. Tak lama kemudian ia memulai pembicaraan lagi
"Ini Baru pertama Kali gue makan di kantin" ucap Nya sambil mengigit roti yang kuberikan
"Dari dulu, gue tuh gapernah yang mamanya keluar Dari perpus pas istirahat. Apalagi yang namanya ke "kantin". Paling asal lewat" tambah Nya
"Beda banget ya, suasana di perpus sama di kantin?" Tanya ku
"Itu adalah salah satu alasan gue gamau ke tempat ini. Di kantin berisik sedangkan di perpus damai. Disana gue bisa fokus dengan imajinasi gue saat membaca buku, sedang kan disini? Banyak yang teriak - teriak gajelas! Membuat imajinasi gue buyarrr." Jawab Nya
"Dasar tukang ngayal!"
"Gue bukan tukang ngayal, gue realistis tapi gue punya banyak banget lukisan - lukisan di kepala gue yang membentuk suatu gambar yang melebihi keajaiban imajinasi. Lo Kali yang tukang ngayal?"
"Tau aja hahahah"
"Keliatan dari muka lo. Rambut dikunci, kacamata dipake kalo dikelas siang biar ga keliatan nerd, baca Nya buku teen fiction, kalo lagi baca senyum sendiri, pipi tembem lagi." Jelas nya.
Kata - kata Nya tersebut membuatku tertawa kencang mendengarnya
" apa hubungan Nya coba sama pipi tembem?"
"Cewek yang pipinya tembem pasti demen ngayal."
Aneh juga dia
Tapi entah kenapa, keanehan Nya inilah yang membuatku ingin berteman dengannya Dan hingga saat ini ... Masih dengan alasan yang sama.

Haii!!! Gimana? Part yang ini bagus gaa? Udah tau karakter Daniel kann??? New character coming soon! Keep on reading gays.

Yellow MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang