Hari masih gue lalui tanpa dia, tanpa Enriko. Satu pekan berlalu setelah kejadian di Purple Cafe. Tapi hati gue masih belum berubah, masih menanti. Menunggu penuh harap dia bakal muncul lagi. Gue baru bangun dari tidur malem gue yang gak terlalu lelap. Sejak enam bulan lalu hari kelam itu-tidur gue jauh dari kata nyenyak. Mimpi buruk seolah ngeburu gue,dan ngebuat gue bangun dan berteriak histeris. Sejak itu pula Zhafero makin enggan ngebiarin gue sendirian. Pintu kamar gue terbuka, muncul Zhafero yang udah berpakaian rapi.
"Lo udah bangun?" tanyanya retoris.
Gue bangkit dan menyenderkan punggung ke headboard ranjang.
"Lo udah siap berangkat kuliah?"
Zhafero duduk ditepi ranjang, lalu menggeleng,
"Ngga, Papah minta gue buat pulang. Kaya nya ada hal penting yang mau di omongin."
"Jadi,lo mau pulang?"
"Iyaaa, lo gapapa kan sendirian? Mungkin gue nginep disana malem ini."
Gue tersenyum tipis.
"Gue gapapa kok, Gue bukan anak kecil lagi. Gue bisa jaga diri gue sendiri dengan baik."Zhafero mengacak-ngacak rambut gue.
"Tapi, bagi gue lo bakal selalu jadi adik kecil yang harus selalu gue lindungi."Gue merengut kesal.
"Kapan lo bakal nganggep gue dewasa sih,Fer?"Gak akan pernah!" tegasnya.
"Lo nyebelinnnnn!"
"Itu demi kebaikan lo, Kinal. Udah sana lo mandi,trus sarapan! Gue udah buatin lo sandwich dan segelas susu hangat."
"Gue paham kok, udahlah sana berangkat! Paman dan bibi pasti nungguin lo."
"jangan berulah selama gue pulang ke rumah!"
"Arghtt...! Lo lebih mirip kaya Bapak-bapak kalo terus cerewet ke gue."
"Mana ada Bapak-bapak seganteng gue? Gue pergi dulu ya."
Zhafero bangkit dan berjalan meninggalkan kamar gue. Gue menatap punggungnya yang gak lama kemudian menghilang dibalik pintu. Gue membenamkan diri lagi kebalik selimut, mencoba kembali terlelap. Mungkin gue hari ini gue gak berangkat kuliah. Gue gak suka nyetir mobil sendirian karna selama ini Zhafero yang selalu nganterin gue kemanapun gue mau. Dia udah buat hidup gue bergantung ke dia. Mau gak mau gue mengakui itu.
Ah.. Gue gak bisa terlelap lagi. Kenapa sulit banget bagi gue buat tidur? Sejujurnya tidur ataupun terjaga gak ada bedanya bagi gue. Bagaimanapun gue tetap mikirin Enriko sepanjang waktu. Bel flat-gue berbunyi, gak mungkin itu Enriko. Gue bangkit dan pergi keluar kamar.pas gue ngebukain pintu dan terbelalak gak percaya. Dia.. Dia datang! Enriko sekarang berdiri dihadapan gue, di depan pintu flat gue. Ini bukan imajinasi liar gue,kan?
"Apa kabar, Kinal?"
Dia menyapa gue dengan senyum yang gue sukai. Dua lesung pipit terukir jelas di kedua pipinya. Enriko mengangsurkan sebuket bunga lili ke gue, bunga yang gue suka. Ini Enriko yang gue kenal,yang gue cintai.
"Ini,gue bawain bunga kesukaan lo."
Gue nerima buket bunga itu dengan hati riang. Apakah ini akhir indah dari penantian gue ke dia satu bulan terakhir?
"Terimakasih,En."
"Lo gak nyuruh gue masuk? Oh my god.. Lo sungguh kejam"
Gue tersipu malu.
"Maaf,En. Gue lupa. Silahkan masuk!"Kami berdua masuk dan duduk berdampingan di sofa. Senyum Enriko gak sedikit pun lenyap dari wajah rupawannya.
"En, lo mau minum apa?" tawar gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gila
JugendliteraturCintaku padamu telah mengubur jauh akal sehatku. Namun, sekalipun aku tak pernah menyesali itu. Bahkan jika harus merasakan sakit berulang kali karena itu, tak mengapa. Karena hatiku selalu meyakini,cinta kita memang ditakdirkan begitu -Kinal Bukank...