'Krrrrrrrrrghrrrr'"Argh!" Erang Mark pelan sambil bangkit dari tidur lelapnya. Rasa pusing dan mengantuk benar-benar menguasainya ketika ia sampai di Korea. Kalau saja bukan ulah si perut lapar mungkin Mark bisa tidur seharian tanpa terbangun. Mark mengerjapkan matanya berkali-kali sambil mencoba untuk menyadarkan diri.
"Argh! Pukul berapa ini?" Tangannya meraba sebuah meja kecil di pinggir tempat tidur dan menemukan jam tangannya yang tergeletak begitu saja disana.
1.40AM
"Ch" Mark mendesah kecil dan menghela nafasnya pelan. Di waktu yang selarut itu dan tentu saja dirinya belum menyiapkan segala apapun termasuk persediaan makanan.
Setelah mencuci muka, mark duduk disofa berukuran sedang di ruang apartement kecilnya, tak sadar ia tersenyum mengingat kejadian saat ia baru saja sampai di apartement itu. Gadis yang tinggal di apartement nomor 6 benar-benar lucu, bagaimana gadis itu tidak menyadari kehadiran Mark saat gadis itu bangun, dan bagaimana wajah gadis itu tercengang saat kejadian tadi pagi, semua hal itu benar-benar terlintas manis di pikiran Mark.
"Gadis yang lucu" gumam Mark sambil tersenyum memikirkan gadis yang tinggal bersebelahan dengannya. Tanpa Mark sadari, sudah lama sekali ia tak tertawa dan memikirkan hal-hal lucu yang berada di sekitarnya sejak 3 tahun belakangan ini. Sesuatu terlintas di benaknya dan kemudian Mark mengeluarkan note kecil dari dalam tas ranselnya, menulis beberapa kata di lembaran kertas note itu sambil tersenyum memikirkan gadis apartement nomor 6.
KRRRRGGHHHRRRR
"Argh! Perut sialan. Dimana aku harus mencari makanan?"
Seketika wajah Mark berubah menjadi kesal namun ia mulai mengingat perkataan nenek Kim ketika Mark tiba di Apartement ini, tentang Apartement nomor dua yang dijadikan sebagai dapur dan tempat makan penghuni Apartement. "Baiklah aku akan ke Apartement nomor 2, semoga saja ada persediaan makanan disana"
Mark menatap pintu Apartement nomor 6 dan tersenyum kecil. Apa gadis itu sudah tidur? Pasti sudah tidur. Pikir Mark sambil mengusap-usap rambutnya. Mark menempelkan selembar kertas note kecil di depan pintu Apartement nomor 6. "Goodnight gadis Apartement nomor 6" ucapnya pelan dan mulai melangkahkan kakinya untuk menyusuri lorong Apartement menuju Apartement nomor 2.
**
"Bagus sekali, isi kulkas kosong!"
Kulkas itu tertutup dengan rapat diiringin dengan helaan nafas berat dari bibir Mark. Memang tidak seharusnya ia berharap pada isi kulkas milik bersama di apartement kecil itu. Setelah membuka seluruh laci dan lemari dapur yang nyatanya kosong, Mark terduduk lemas di depan meja makan sambil bergumam karena perutnya yang tak henti mengeluarkan suara aneh.
"Tidak bisa kah kau menahannya sampai besok pagi? Dasar perut bodoh!" gumam Mark kesal pada perutnya sendiri.
"Kau yang bodoh, berbicara pada perutmu sendiri, uh?" Mark sedikit tersentak. Suara gadis yang mulai tak asing itu terdengar jelas, membuat mark menoleh kearah pintu Apartement itu dan benar, gadis apartement nomor 6 berdiri di ambang pintu dengan jaket tebal yang di penuhi oleh titik-titik salju. Apa gadis itu pergi keluar di waktu selarut ini? Bahkan tubuh itu tak terlihat kedinginan walau terselimuti salju dan angin malam yang menerpa tubuhnya.
"Aku fikir kau sudah tidur. Tidak baik wanita keluar di waktu yang selarut ini" ucap Mark dengan sedikit nada khawatir.
Gadis itu tak membalas apapun dan segera berjalan kearah dapur--mengeluarkan beberapa mi instan dan beberapa bahan makanan mentah dari kantung belanjaannya. Keadaannya hening dan terasa canggung. Apa ini karena kejadian itu? Apa gadis itu marah?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Cup (2016)
FanficMasa lalu? Haruskah itu menjadi sebuah rintangan untuk memulai cerita baru? Haruskan rasa manis yang diciptakan harus hancur karena bayangannya? Hanya mereka yang tahu...