Gadis itu terdiam seribu bahasa. Ia menatap sayu sebuah bingkai dan fotonya yang terpajang diatas meja belajar. Dua manusia saling merangkul yang seharusnya diciptakan untuk hidup bersama selamanya. Hidup dalam dunia abadi yang tiada tandingannya.
Semua itu sirna.
Hilang dalam sekejap.
Ia masih ingat persis wajahnya. Wajah seorang lelaki yang dulu pernah mengisi hidupnya, bukan, lelaki yang pernah menjadi alasannya untuk hidup. Ia masih ingat persis seluruh memori yang terukir dengannya. Setiap kejadian yang pernah ia lalui bersamanya.
Air matanya menetes.
Gadis itu tidak percaya sampai saat ini. Ia tidak percaya memori itu telah pergi. Ia tidak percaya kejadian-kejaadian itu telah hilang. Ia tidak percaya semuanya tidak bisa diulang.
Suaranya tercekat, tak ada lagi nyanyian merdu yang menggema di dalam ruangan. Dentingan piano tak lagi dapat bergeming dalam telinganya. Sorot cahaya lampu panggung telah padam. Pria yang memberi tepukan paling keras telah hilang.
Dunianya telah gelap, Jutaan warna yang tampak seperti saat bersamanya telah pudar. Dunianya berubah menjadi abu-abu, di ambang antara harapan dan keputusasaan. Ia tenggelam dalam laut terdalam. Tersesat dalam hutan gelap tanpa cahaya bulan.
Namun gadis itu tahu, bahwa lelaki itu tidak suka ia yang putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dera dan Pilihan.
Teen FictionDera Reneva. Siapa anak SMA Pusaka yang tidak tahu namanya? Gadis yang suka mencari masalah, masalah dan masalah hanyalah ia seorang. Meskipun sahabatnya, Dimas, sudah berusaha keras agar Dera menjadi manusia yang lebih baik, namun perjuangan it...