I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself what a wonderful world.-Bob Thiele & George D. W.-
☢
Bebas.
Kata pertama dan terdepan dalam kamus Dera Reneva, gadis remaja kelas satu di SMA Pusaka. Pilihannya adalah hal yang menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia yang memutuskan dia pula yang menanggung konsekuensinya. Maka, Bebas adalah yang paling utama dari diri Dera.
Seperti angin, melayang kemana dia bertiup tanpa takut apa yang akan terjadi. Pergi bebas kemana ia mau tanpa ada yang menghalangi. Percaya bahwa ia dapat menjadi penyayang atau malah menjadi sesuatu yang mengerikan. Percaya bahwa ia dapat menjadi yang dibenci atau dicintai.
"Udaranya sejuk." Dera menyisir rambutnya kebelakang dengan jemari tangan kanannya, menarik nafas dalam-dalam untuk merasakan aroma rerumputan hijau yang berpadu-padan dengan embun pagi. Hari libur Nasional memang tak ada yang membencinya.
Disebelahnya ada Dimas sedang dalam posisi tidur terlentang dan tangan terbaring di atas perutnya. Mata birunya menatap anggun langit terang yang telah terbalut oleh gumpalan awan putih dan seberkas cahaya mentari. Rambutnya yang berwarna hitam kecokelatan terlihat bergoyang-goyang mengikuti alunan simfoni angin lembut.
Dera terdiam menatapnya. Seseorang yang telah hadir dalam hidupnya selama hampir 4 tahun itu dapat mengisi kepingan puzzle dari papan gambaran hidupnya. Ia sering berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa karena telah menyisipkan Dimas di sela-sela kisah dongeng bernama Dera.
"Gimana tangan lo?" Dimas membuka pembicaraan, memecah keheningan yang terjadi.
"Eh?"
"Pergelangan tangan lo."
Dera menarik salah satu alisnya naik, "Pergelangan tangan gue?"
"Dua hari yang lalu kan lo abis ribut sama Gama, tangan lo jadi biru gara-gara dicengkram kuat, 'kan?"
Dera menggeleng pelan namun yakin, "Nggak."
Dimas mengangkat badannya sampai dalam posisi duduk lalu menarik lengan Dera secara perlahan dan melepas handband berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan Dera. Terlihat sebuah bekas lebam kecil berwarna biru tua yang tampak terasa nyeri. "Masih sakit?"
"Eh..., nggak kok...."
Dimas menghela nafas, memasangkan kembali handband hitam ke pergelangan tangan Dera lalu kembali ke posisi tiduran dengan tangan menyilang dibelakang kepalanya. Matanya kembali menatap lurus-lurus tumpukan awan yang berada jauh di hadapannya.
Dera memegang pergelangan tangannya dengan bingung, kemudian melihat Dimas dan kembali menatap pergelangan tangannya lagi.
"Lain kali...," Dimas berkata, namun sengaja ia gantung di pertengahan ucapannya. Dimas mengambil bunga Kamboja yang telah terpisah dari pohonnya dan jatuh di atas rerumputan tak jauh darinya, lalu menyisipkannya di atas daun telinga Dera. "Jangan suka cari ribut."
Dera berdecak, lagi-lagi Dimas berkata demikian. "Setiap orang ngelakuin sesuatu kan ada sebab-akibatnya, Dim."
"Sebabnya apa?" tanya Dimas dengan wajah masih menatap langit biru seperti tiada bosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dera dan Pilihan.
Teen FictionDera Reneva. Siapa anak SMA Pusaka yang tidak tahu namanya? Gadis yang suka mencari masalah, masalah dan masalah hanyalah ia seorang. Meskipun sahabatnya, Dimas, sudah berusaha keras agar Dera menjadi manusia yang lebih baik, namun perjuangan it...