PART II

1.1K 100 10
                                    

Suho P.O.V.

Bel berbunyi menandakan waktu makan siang. Kami merapihkan buku-buku kami sebelum pergi meninggalkan kelas. Dan seperti biasa, tugas Minseok atau Luhan atau Kris atau Lay untuk menyeret Mirae makan siang bersama kami dikantin. Anak itu kadang kelewat kutubuku dan bisa mendekam di perpustakaan selama jam makan siang bersama dengan kelompok kutubukunya. Aku, Kris, Luhan, dan Lay hendak keluar kelas sedangkan Minseok sudah siap menyeret Mirae bersama kami.

"Jakkaman," kata Mirae yang terdengar jelas oleh kami, membuat kami berhenti berjalan.

Aku menengok, melihat Mirae mengeluarkan sekotak bekal dan dua kaleng kopi dari ranselnya. Aku mengangkat alisku, sejak kapan Mirae bawa bekal?

"Yah, Taekwook-ah," panggil Mirae kepada teman sekelas kami, Leo. "Tangkap!" suruhnya melemparkan kotak bekal yang dibawanya itu disusul dengan salah satu dari kaleng kopi itu.

Leo, pria pendiam yang terkenal dingin di sekolah kami itu, menangkap pemberian Mirae itu dengan mudahnya dan menatap Mirae dengan satu alisnya terangkat.

"Makanlah dulu sebelum belajar, kurasa kau hanya butuh 5 menit untuk menghabiskan semuanya," kata Mirae santai pada Leo dengan senyum manis menghiasi wajahnya.

Leo -aku tak percaya aku mengatakan ini- membalas senyuman Mirae dengan senyum kecil namun bersahabat. Ia mengangguk dan pergi dari kelas kami dengan bekal dan kopi pemberian Mirae.

Seketika itu juga, teman-teman sekelasku langsung bergossip dengan hebohnya. Tentu saja, Leo dan Mirae dinobatkan sebagai pasangan pendiam beberapa bulan terakhir ini. Orang-orang mengatakan bahwa sebenarnya mereka sudah pacaran diam-diam. Luhan pernah mencoba mengkonfirmasi pada Mirae, yang dijawab dengan sentilan di keningnya dan pertanyaan retoris 'kau gila?'. Jadi kuasumsikan mereka tidak pacaran, dimana hal itu membawa kelegaan bagiku.

"Kita tidak jadi ke kantin?" tanya Mirae yang sudah berdiri di pintu keluar kelas, sedangkan kami berlima masih membeku di tempat kami. Terlalu terkejut dengan perhatian Mirae pada Leo.

"O-oh!" jawab kami tersadar dan segera mengikutinya ke kantin.

"Yah, apa sebenarnya hubunganmu dengan Leo?" tanya Luhan heran dan penasaran.

"Teman belajar," jawabnya logis.

"Dan kenapa juga kau membawakannya bekal? Seumur-umur kami mengenalmu, kau tak pernah membawakan kami bekal!" kata Minseok pura-pura tersakiti.

"Sebenarnya Mirae selalu membawakan makanan ketika hari-hari penting. Seperti turnamen sepak bola kalian, atau kompetisi menari Lay, atau kompetisi rapping-ku, atau kompetisi-kompetisi Suho," koreksi Kris, membuat Minseok dan Luhan meliriknya tajam.

"Masakan Mirae sangat enak, aku ingin makan masakan Mirae," kata Lay sambil berandai-andai.

Mirae mengacak-acak rambut Lay kilat. "Aku akan buatkan untukmu," katanya tersenyum kecil.

"Serius?" tanya Lay penuh harap.

"Ya, setelah kita lulus dan aku punya waktu luang," jawabnya serius dan jalan mendahului kami, meninggalkan Lay yang cemberut.

"Serius, dia menjadi sadistik sekarang ini. Bahkan Kyungsoo saja tak tega menolak permintaan Lay," kata Luhan menggeleng dan menyusul Mirae.

Kris berjalan berdampingan denganku, sedikit di belakang lainnya. "Kau okay?" tanyanya pelan.

"Ya, tentu saja," jawabku tersenyum kilat. "Dia membalas sapaanku tadi pagi, tapi hanya itu. Entahlah, aku sendiri tampak sulit bicara dengannya. Aku iri betapa mudahnya kalian bicara dengan Mirae."

Arch-Enemy [EXO Suho Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang