PART III

982 89 9
                                    

MIRAE P.O.V.

"Kau kosong setelah ini?" tanya Kris yang menunggu memasukkan buku-buku milikku ke tas begitu bel pulang berbunyi.

Aku hendak membuka mulutku, mengatakan aku ingin pulang ke rumah untuk belajar dan mengerjakan PR yang diberikan hari ini, tapi ia kembali bicara;
"-dan jangan tolak aku dengan alasan belajar," katanya cepat.

Aku menghela nafas. "Aku kosong," jawabku. Keluar sesekali dengan Kris takkan menjadi masalah, kan? Mungkin dia ada masalah dan butuh teman bicara?

"Bagus, aku ingin mengajakmu ke café," kata Kris.

"Sure, why not," jawabku mengangkat bahu.

Aku dan Kris dengan susah payah melepaskan diri kami dari EXO member lainnya. Terlebih Kai masih terus-terusan membahas lelucon saat makan siang tadi. Mengatakan bahwa aku kini pacarnya dan tidak benar jika sudah selingkuh beberapa jam setelah jadian. Aish, anak itu memang tak terkendali.

Begitu sampai di café, Kris yang memesan minuman dan cemilan untuk kami sedangkan aku memilih tempat duduk kami. Tak lama, Kris datang dengan pesanan kami itu.

"Jadi kau dan Leo benar-benar tak pacaran?" tanya Kris, melanjutkan pembicaraan kami yang telah dimulai ketika perjalanan menuju café itu.

"Tentu tidak, dia temanku," jawabku.

Aku heran kenapa orang-orang menanyakan tentang Taekwook, maksudnya kami berteman dan tidak ada apa-apa diantara kami. Taekwook juga bukan satu-satunya pria di kelompok belajarku, aku bahkan tidak sedekat itu dengan Taekwook, kami hanya suka belajar bersama.

"Kalau begitu kau menyukai Suho?" tanyanya langsung.

Aku membeku mendengar itu, jantungku berdebar keras seakan aku habis lari marathon. "Kau gila?" tanyaku, berusaha untuk sedatar mungkin.

Tidak, dia tak mungkin tahu, kan?

Kris menghela nafas. "Mira-yah, kau tahu kau tak perlu menyembunyikan perasaanmu dari kami, kan? Kami sahabatmu."

"Apa yang sebenarnya kau bicarakan?" tanyaku masih berusaha mengelak.

"Disadari atau tidak, kau mulai berubah sejak Suho dan Chorong pacaran. Aku, Minseok, dan Luhan jelas menyadari ketika matamu bengkak di pagi hari, kami hanya tak mau berkomentar karena kami tahu kau tak ingin membahas hal itu. Peringkatmu merosot juga karena kau terganggu oleh hubungan Suho dan Chorong. Itu benar, kan?"

'Itu benar,' batinku. "Kurasa imajinasimu cukup kreatif, tapi tidak," kataku menyangkal.

"Mira-yah, kau memang bisa dengan sangat baik menutupi perasaanmu hingga orang lain tak tahu. Tapi kami sudah mengenalmu cukup lama. Aku yakin Minseok dan Luhan sudah menyadari ini, mereka hanya tidak mau memulai pembicaraan ini. Lay dan Suho terlalu tidak peka untuk menyadari hal ini," kata Kris.

"Dan kau memang selalu mengatakan apa yang harus dikatakan meski itu membuatku tak nyaman," lanjutku sebal.

Kris tersenyum mendengar itu, sama sekali tak menyangkal. Aku menghela nafas. Aku tahu aku takkan bisa mengelak. Miseok, Luhan, dan Kris terlalu peka dan sudah terlalu lama mengenalku, tentu aku tak bisa membohongi mereka.

"Jadi? Kau mengajakku ke café hanya agar aku mengakui perasaanku?" tanyaku sebal, menyeruput kopiku. "Lagipula perasaanku pada Suho hanya mempersulit keadaan, Suho punya Chorong," lanjutku. Lidahku benar-benar terasa pahit mengatakannya, dadaku terasa sakit sekali saat itu.

"Meh, kau benar-benar harus berhenti mendekam di perpus dan mendengarkan berita di sekolah. Suho dan Chorong sudah putus sejak lama. Kurasa 2 minggu setelah semester 2 dimulai? Aku tak terlalu ingat," kata Kris.

Arch-Enemy [EXO Suho Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang