SATU

34 3 0
                                    

Kevin memasuki area syuting dengan kaku. Lokasi syutingnya saat ini sudah sangat ramai dengan kru dan pemain. Hal ini membuatnya merasa bersalah karena sudah terlambat.

"Maaf, Kevin Park?". Kevin tersentak dan menundukkan kepalanya sedikit. Dilihatnya gadis mungil yang mempunyai tinggi hanya sampai bahunya, dengan wajah yang putih.

Kevin tersenyum singkat, lalu membalas, "Iya."

Gadis itu mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman, "Namaku Dinda Cantika Wardhani. Panggil aja Dinda. Aku asisten sutradara merangkap penulis skenario disini," jelasnya tanpa berhenti menyungginggan senyum.

Kevin diam sejenak, berpikir kenapa gadis ini terlihat begitu bersemangat. Namun Kinan, managernya, segera menyenggol lengan Kevin. Pria berhidung mancung itu tersentak lalu segera menyambut uluran tangan Dinda sambil tersenyum.

"Mmm.. semoga kita bisa jadi partner kerja yang baik," sahut Dinda dengan senyumnya yang masih mengembang.
Manis, pikir Kevin.

"Iya, terima kasih," balas Kevin sambil melepaskan uluran tangannya. Seingatnya, ia belum pernah bertemu gadis ini. Ia hanya menemui Satria saat mengonfirmasi kesediaannya untuk berperan dalam film berjudul 'Never Ending Love' ini.

"Tenda untuk kakak sudah disiapkan di sebelah timur," ucap Dinda setelahnya.

Kevin hanya tersenyum sambil mengangguk. Lalu beranjak pergi menuju tenda pribadinya bersama managernya. Ia memang selalu minta disediakan ruang sendiri saat bekerja. Dimana pun. Terkadang, ini membuat para kru kewalahan dan kesal. Namun, mengingat Kevin adalah sosok yang ramah, baik, dan mempunyai talenta yang sangat bagus, para kru pun bersedia untuk selalu memberikan apa yang dia inginkan.

---

"Oke, semua siap ya!" seru Satria selaku sutradara. "Camera, stand by, and action!!" sambungnya sambil menekankan suaranya pada kata terakhir.

Kevin sebagai pemeran utama pria, dan Resha sebagai pemeran utama wanita mulai beradu akting. Satria bersama asistennya, Dinda, mengamati dengan saksama.

Dinda sudah bekerja bersama Satria, yang lebih tua tiga tahun darinya, sejak dua tahun yang lalu. Saat pertama kali ditawari bekerja oleh Satria, ia sangat senang dan berusaha untuk memenuhi semua permintaan Satria. Karena hal itulah Satria merasa nyaman ber-partner dengan Dinda. Walaupun terkadang Dinda terlambat, namun Satria masih maklum karena ia sering menyuruh Dinda merevisi naskahnya dan ia pun tahu bahwa Dinda hanya sempat merevisi saat mereka sudah selesai bekerja.

"CUT!" seru Satria seketika, menghentikan aktivitas para pemain.

"Resha, kamu jangan terlalu canggung ke Kevin, kelihatan dari senyummu yang kurang natural," jelasnya.

"Iya sutradara," jawab Resha dengan nada bersalah. Ia pun mengalihkan pandangannya menuju pria di samping kanannya.

Kevin yang saat itu juga menoleh pada wanita cantik di samping kirinya lalu berkata, "Santai aja, sutradara butuh akting kita yang natural."

Mendengar ucapa Kevin, Resha pun tersenyum. Kevin membalas senyumnya singkat, lalu kembali ke posisi awal mereka untuk mengulang adegan.

"Ayo semuanya semangat ya!" seru Satria seraya menepuk-nepuk kedua tangannya di depan dadanya.

"Camera, stand by, and.. ACTION!" lanjutnya sambil mengacung-acungkan tangannya.

---

Di tendanya, Kevin merasakan perutnya seakan ingin mengeluarkan seluruh isinya. Ia ingin segera mengambil kantong plastik, namun kepalanya terasa sangat berat dan pandangannya yang menjadi semakin kabur. Kevin hanya bisa merintih sambil meremas perutnya di tempat duduknya. Peluh sudah menetes banyak dari pelipisnya.

"Loh, mas Kevin kenapa?"

Kevin bisa mendengar suara Kinan, namun rasanya sangat berat untuk membuka matanya yang terpejam erat dan menjawab pertanyaannya. Kinan yang seakan sudah paham akan keadaan Kevin langsung menyambar kotak obat milik Kevin lalu mengeluarkan jarum suntik dan sebotol cairan dari dalamnya. Ia lalu menyuntikkannya perlahan pada lengan Kevin.

"Gimana mas? Udah enakan?" tanya Kinan setelah cairan itu berhasil disuntikkan pada tubuh Kevin.

"Iya udah lumayan," jawab Kevin sambil menghela napas."Makasih ya," sambungnya.

"Iya mas. Itu semua kru sudah kumpul mau makan malam."

Kevin bingung sesaat. Kepalanya masih terasa tidak enak dan napasnya pun belum teratur. Ia tidak boleh menemui banyak orang disaat keadaannya seperti ini. "Kamu kesana saja duluan. Nanti saya menyusul," jawabnya dengan lemah.

"Iya, mas. Kalo ada apa-apa telpon Kinan ya," kata Kinan kemudian sambil beranjak pergi meninggalkan tenda.

---

"Kak, semuanya sudah kumpul. Ayo makan dulu."

Satria yang sedang fokus melihat video rekaman segera mendongak. "Eh, Dinda. Oke, yuk kesana," katanya sambil tersenyum kemudian menutup laptopnya.

Satria dan Dinda pun sampai di tempat para kru memasak dan menikmati makanan setelah seharian bekerja. Hari memang sudah gelap, tapi mereka tetap mempunyai penerangan dari lampu yang sengaja dibawa untuk keperluan syuting. Satria lantas bergabung bersama para kru, Dinda mengikuti di belakangnya.

"Sini mas, sop-nya enak nih," sahut Ryan saat mereka bergabung.

"Gimana mas akting Resha tadi? Apa masih perlu diulang?" tanya Resha tiba-tiba.

Satria memandang Resha sejenak,"Enggak kok, Sha. Sudah bagus tadi saya lihat," jawabnya sambil tersenyum. Untuk meyakinkan Resha.

"Syukurlah kalau begitu," balas Resha kemudian. Satria tertawa singkat.

"Kak, Kevin Park kok nggak kelihatan ya?" tanya Dinda tiba-tiba kepada Satria yang ada di sampingnya.

"Loh?". Satria mencoba melihat sekelilingnya, menjelajahi satu per satu orang yang duduk melingkar.

"Mmm.. itu Mas Satria masih di tendanya. Katanya nanti menyusul," sahut Kinan seketika dengan suara yang cukup keras, membuat orang-orang yang sedang menikmati makanannya menoleh ke arahnya.

"Maaf semuanya, saya terlambat." Kali ini suaranya lebih keras dan berat dari suara Kinan. Semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Kevin, yang sedang berjalan menghampiri mereka untuk menikmati makan malam bersama.

"Mas Kevin kenapa baru datang?" celetuk Ryan saat Kevin telah duduk di antara Kinan dan Resha.

Kevin tersenyum tipis. Kinan bisa melihat wajahnya yang masih sedikit pucat, dan senyumnya yang sedikit dipaksakan.

"Masih ada urusan," jawab Kevin kemudian. Kinan tahu ia berbohong. Tapi ia memilih untuk bungkam.

Resha mengambil piring untuk Kevin, "Mau diambilin apa?" tanyanya.

Kevin terdiam. Tak menyangka kalau Resha menawarkan diri untuk mengambilkan makanan untuknya.

Pria itu kemudian menjawab, "Terserah. Tapi sedikit saja."

Sebenarnya, Kevin tidak punya nafsu untuk makan sama sekali, mungkin karena ia baru mengonsumsi obat. Kalau boleh, ia akan berdiam diri dan tidur di tendanya. Namun, sebagai bagian dari film ini, ia merasa harus bergabung dan berbaur dengan para kru dan pemain, meski hanya sebentar.

"Ini, Kev." Resha memberikan sepiring nasi beserta lauknya kepada Kevin.

"Thanks, Sha."

Resha membalas dengan senyuman. Sebuah senyum yang mungkin hanya dapat Resha berikan untuk Kevin.

---


gimana part kedua nya?? ditunggu ya kritik dan sarannya.
untuk part selanjutnya, bakal lebih banyak kok tenang saja :)
so, stay tune!!
maaf juga kalau dalam part ini tulisannya belum terlalu bagus.
happy reading ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang