90 2 0
                                    

Tok... Tok... Tok..
Suara dari pintu kamar Fajar, Ia hanya terdiam saja tanpa menghiraukan siapa yang mengetuk pintu kamarnya tersebut. Karena Fajar tidak menggubris suara ketukan pintu itu, tiba tiba pintu kamar itu terbuka. Ternyata Ayahlah yang mengetuknya,

"Fajar, kamu marah ya sama Ayah? Ayah minta maaf." Pinta Ayah kepada Fajar.

"Kenapa Ayah minta maaf, Yah?"

"Ya karena Ayah merasa bersalah."

"Oh, Ayah masih bisa ngerasain apa itu rasanya salah? Fajar kira gak bisa, Yah. Fajar kira Ayah cuma bisanya mikirin pengobatan Io doang, Ayah gak pernah mikirin kehidupan Fajar. Io, anak yang paling Ayah sama Bunda sayang, sedangkan Fajar, enggak, Yah. Mungkin kalo Fajar ngasih dua pilihan, lebih pilih nyawa Fajar atau Io, Ayah pilih siapa?"

"Hmm...."

"Kenapa, Yah? Ayah gak bisa milih? Ayah cuma bisa mentingin Io, Io, Io, dan Io. Mungkin Fajar itu emang anak angkat Ayah sama Bunda."

Kemudian Fajar pergi meninggalkan Ayahnya sendiri di kamarnya, ternyata di depan pintu sudah ada Bunda yang mendengarkan percakapan mereka. Dilihatnya Bunda sedang menangis, seketika Fajar menyeka air mata yang ada di wajah Bundanya tersebut.

"Bunda gak usah sedih, Fajar pergi dulu ya, Bun."

Setelah itu Fajar menuruni tangga dan menuju ke garasi untuk mengambil motor ninja warna hitam miliknya. Di garasi, Fajar bertemu dengan Alex.

"Mau kemana lo?" Tanya Alex.

"Bukan urusan lo!" Jawab Fajar, pergi mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan tinggi.

"Jangan ngebut ngebut woy, lo lagi emosi!"

***

Sudah lama Alex berada di taman depan rumahnya, dengan kaos abu abu dan celana santai yang digunakannya. Di sana, dia hanya memandangi pemandangan yang sangat asri dengan menghisap rokok.

"Alex, berapa kali Ayah peringatkan. Jangan kamu ngerokok lagi!" Perintah Ayah yang tiba tiba duduk di samping Alex.

"Satu saja, Yah."

"Gak. Kamu harus sadar, kamu punya penyakit asma yang parah banget. Gimana nanti kalo dokter bilang tubuh kamu makin parah?"

Tangan Ayah yang berusaha mengambil rokok yang berada di mulut Alex.

"Yah, gimana kalo Alex ninggalin Ayah, Bunda, sama Fajar ya? Karena kan tubuh Alex udah jelek banget. Gak ada gunanya Alex hidup kalo masih sering ngerepotin Ayah Bunda, pergi ke sana ke sini buat berobat tapi hasilnya nihil, Yah."

"Ayah akan selalu berusaha banting tulang cari rejeki untuk ngebiayain pengobatan kamu, gimanapun dan dengan apapun itu caranya."

"Mending Ayah tabung aja uang yang sudah Ayah peroleh buat masa depan Fajar. Io udah capek sama semua pengobatan yang udah di jalanin. Fajar juga lebih butuh perhatian Ayah, Io liat Fajar tuh kurang perhatian Ayah sama Bunda. Ayah sama Bunda cuma mentingin pengobatan Io doang, sampai lupa kalo Fajar itu juga butuh kasih sayang kalian."

"Io, anak Ayah, coba deh kamu berusaha untuk semangat dalam hidup. Jangan pernah berpikiran negatif. Ayah tahu kalo Fajar emang butuh kasih sayang dari Ayah, Bunda. Tapi kamu yang butuh lebih banyak perhatian kami, nak. Fajar sudah di bekali tubuh sehat bugar dari Tuhan. Jadi sekarang, Ayah minta sama kamu, tolong jauhi semua sifat negatif yang bisa ngerusak tubuh kamu."

Malamnya, Fajar pulang melewati pintu belajang, Ia pulang jam 12 malam tanpa diketahui oleh anggota keluaranya satu pun.

***

"Selamat pagi Angelin, Sang Bidadari yang sempurna." Suara Alex, menghampiri Angelin yang duduk di kursi.

"Selamat pagi juga, Alex." Jawab Angelin dengan senyuman manis.

"Ada sesuatu di muka lo,"

"Ada apa, ah jangan bikin takut?"

"Ada kecantikan yang terpancar setiap hari, aw.."

"Hahaha.... Udah bisa gombal lo?" Suara Acel yang menghampiri Axel.

"Hai, Cel." Sapa Angelin.

"Hai Gel. Oh iya, Lex, kok tumben kemaren lo gak nongkrong sih?" Tanya Acel kepada Alex.

"Nongkrong itu apa?" Tanya Angelin dengan polosnya.

"Hmm.... Nongkrong itu semacam kumpul kumpul bareng temen temen gitu," jawab Acel.

"Gak, gue lagi males aja. Mending gue nongkrong di sini aja, ada bidadari cantik di hadapan gue. Sayang kalo sampai hilang,"

"Ah receh lo Lex. Oh iya ngomong ngomong lo harus ikut nongkrong ya, Gel." Ajak Acel.

"Gak, jangan, Gel." Bantah Alex.

"Kenapa?" Tanya Angelin penasaran.

"Suatu saat gue bakal jelasin ke lo. Tunggu waktu aja ya, Bidadari."

"Sumpah, Lex. Lagu lama, lo. Btw gue mau ngomong sama lo di depan kelas!" Perintah Acel.

Kemudian Alex langsung mengikuti Acel ke luar kelas,

***

"Gue mau tanya sama lo." Ucap Acel

"Nanya mah nanya aja Cel, lo tuh aneh ya, kaya ngenggep gue ini makhluk astral." Jawab Alex.

"Lo, beneran, suka, sama Angelin?"

"Kenapa lo bisa nanya gitu?"

"Karena gue gak yakin sama lo, gue gak yakin sama sikap lo kedia. Kalo gue boleh bilang, lo jangan pernah sakitin dia, Lex. Cukup terlalu banyak cewe yang lo tinggal gitu aja, lo udah banyak ngasih harapan palsu ke cewe cewe."

"Halah, paling lo suka kan sama dia? Lo jujur aja deh. Secara Rizka, cewe lo itu, udah gak respect lagi kan sama lo. Kalo lo emang suka sama dia, ambil Cel, sebelum telat waktunya, sebelum semuanya berubah, sebelum suka dan cinta gue beneran buat dia."

"Gak, Lex. Gue cuma ngingetin lo aja, banyak banget cewe yang lo deketin tapi hasilnya nol."

Setelah itu mereka berpisah. Alex pergi ke dalam kelas untuk mengunjungi Angelin lagi, sedangkan Acel pergi menuju kantin untuk bertemu dengan teman temannya.

***

"Tadi maksud kamu apa?" Tanya Angelin.

"Yang mana?"

"Yang tadi waktu sama Acel."

"Oh yang itu, enggak bermaksud apa apa kok, maksud aku baik kok, Gel."

"Ya udah deh. Mending kamu pergi aja deh sana, aku mau belajar lagi."

Setelah itu Alex langsung meninggalkan Angelin sendirian di kelas, dan menuju ke kantin. Tiba tiba di sana, Ia melihat Bianca, salah satu wanita yang yang mengejar cintanya Alex, berpenampilannya berubah 180°. Tampak terlihat di kepalanya yang kosong tanpa hiasan rambut apapun, tetapi Alex tidak menghiraukannya. Ia tetap melangkahkan kakinya ke arah teman temannya duduk.

"Tumben banget tuh Si Bianca kaga ngejar ngejar lo?" Tanya Kevin kepada Alex.

"Gak tau tuh." Jawab Alex, kepala menoleh ke arah Bianca dengan tatapan bingung.

"Udah tobat mungkin dia, gara gara kemaren si Alex ngungkapin perasaannya." ujar Aldo.

"Ya elah, gitu doang." Ucap Kevin.

"Cel, gue minta rokok lo dong!" Pinta Alex kepada Acel.

Tetapi, Acel langsung berdiri dan meninggalkan teman temannya yang sedang duduk.

"Halah, gitu doang baper. Cuma gara gara cewenya gak respect lagi. Cuma gara gara gue dibilang ngerebut gebetan orang. Cuma gara gara gue mintain rokok doang, kalo gak mau mah bilang aja, jangan kaya cewe. Oh iya gue lupa, lo kan cewe." Ejek Alex.

"Lo ngajar ribut? Boleh juga nyawa lo. Lo jual, gue beli." Suara Acel, wajah terlihat memerah seperti ingin berantem.

------------------------------------------------------
Makasih yang udah baca sampai sini.
Please ya vote gue, gue juga butuh banget saran.
hahahha.....

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang