Prolog

196 30 23
                                    

Asal kau tau saja, hidupku sangat membosankan. Bagiku, hidupku terasa seperti film yang terus diulang-ulang setiap hari. Mungkin film di hidupku ini akan seperti Les Miserable, atau mungkin Teletubbies. Karena kau tau, hidupku sangat membosankan. Biografi hidupku akan menjadi cerita yang panjang lebar, tapi tanpa makna dan arah yang pasti. Mungkin memiliki tema saja tidak. Tapi apa yang bisa kita keluhkan dari hidup yang Tuhan berikan ini,mau seberapa buruk hidupku, aku juga akan tetap bersyukur.

By the way, namaku Alecia Harth. Cukup panjang sih, tapi itu adalah nama yang bagus(setidaknya itu yang ibuku bilang). Nama panggilanku adalah Alecia. Tetapi karena nama itu relatif cukup panjang sebagai nama panggilan, maka kebanyakan orang memanggilku Lacey. Aku menduduki kelas 11 di SMA HOWARD, Boston. Sejujurnya, Itu merupakan kelas yang cukup melelahkan dan sibuk. Tetapi percayalah, aku menyukai kehidupan di sekolahku.

Detik ini,aku berdiri didepan sekolah,menatap bangunan sekolahku yang megah. Dan menikmati sedikit angin pagi,sih. Lalu beberapa detik kemudian,seseorang memecahkan lamunanku dengan menepuk bahuku.

"Hei Lacey!!!" suara nyempreng Teresa memulai hari Seninku.
Aku memiliki beberapa sahabat, tetapi diantara mereka yang paling baik adalah Teresa. Senyum manisnya yang selalu menggambarkan paras wajahnya yang cantik, dihiasi dengan rambut hitamnya yang berkilau dan panjangnya sebahu itu pun selalu menyemangatiku dan hadir untukku setiap saat. Aku sudah mengenalnya dari dulu. Seingatku,sejak kelas 5sd. Kita selalu bersama, lalu Jastin dan Jane datang ke persahabatan kami, dan membuat kelompok persahabatan kami semakin berwarna.

Ketika posisi kami masih berada didepan pintu masuk sekolah,lalu datanglah golongan cowok-yang-tampan-dan-sok-keren berjalan melewati kami. Mereka menyebut diri sendiri sebagai Howard Boys. Mereka adalah golongan anak terkeren di sekolah ini. Dengan jaket tim futbol yang selalu mereka banggakan, dan potongan rambut paling trend selama beberapa tahun ini,ditambah dengan wajah mereka yang super tampan yang dapat membuat semua gadis jatuh hati. Tapi percayalah, kebanyakan dari mereka bodoh.

Sebenarnya di sekolah ini terdapat tiga golongan siswa, yaitu Howard Boys, cheerleader, dan golongan orang-yang-biasa-saja. Aku sih sepertinya tidak termasuk dari golongan manapun. Karena aku tidak suka dengan cara mereka membeda-bedakan teman. Tapi jika golongan tersebut memang ada, sepertinya akan memasuki golongan anak-yang-biasa-saja.

Sebenarnya, di semester dua kelas sepuluh,aku dipilih untuk menjadi kapten cheerleader, posisi yang didambakan semua gadis. Tapi aku menolak. Maksudku, aku lebih memilih menjadi golongan anak-yang-biasa-saja tetapi cukup pintar, dibandingkan kelompok cheerleader yang akan diet setiap hari, make up dan terus mempercantik diri.

Dan ternyata, pilihanku adalah pilihan yang benar. Nilaiku selalu menjadi yang tertinggi. Dengan itu,semua hal positif mendatangiku. Kedua orang tuaku menjadi bangga padaku, teman-temanku menyukai sifatku yang tidak sombong, bahkan beberapa cowok dari Howard Boys pernah menyatakan perasaannya kepadaku.

Aku sungguh payah dalam hal percintaan. Statusku single selama 17thn terakhir dan tidak memiliki mantan. Memiliki banyak penggemar tetap saja tidak menambah wawasan tentang percintaan. Bahkan pengalaman pun tidak. Lagipula aku tidak pernah mempermasalahkan hal ini,malahan aku bisa fokus ke pelajaran.

Seperti semboyan yang selalu diucapkan orang tua kepada anaknya saat mendengar tentang percintaan,"Masih kecil,tidak boleh pacaran." Begitu juga dengan ini,"Masa depanmu masih panjang. Belum saatnya untuk berpacaran." Entah mengapa semboyan itu sangat sering diucapkan oleh banyak sekali orang tua.

Bel masuk sekolah pun berbunyi. Aku dan Teresa masuk bersama. Pelajaran pertamaku adalah pelajaran sejarah dengan Mrs.Helga,guru yang sering datang terlambat. Maka aku berjalan dengan santai dan mampir ke lokerku sebelum masuk kelas. Aku dan Teresa pun berpisah karena kita beda kelas dan dia mengambil kelas Matematika terlebih dahulu. Aku akan bertemu dengannya lagi saat jam makan siang. Tiba-tiba suara orang berlari dengan kencang menghampiriku. Aku menoleh dan melihat Jastin berlari dengan tergopoh-gopoh.

LOST AND FOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang