When someone else's happiness is your happiness, that is love.
-Lana Del Rey-Kejadian di loker adalah terakhir kali aku bertemu dengan anak baru itu. Aku terus bertanya-tanya, dia masuk kelas mana, pelajaran apa,atau apapun itu. Aku tidak dapat informasi lebih lanjut tentangnya lagi setelah itu. Hingga esok paginya Teresa mendatangiku dan bercerita.
"Lacey!! Aku punya kabar yang sungguh menggembirakan. Kau mau dengar?"
"Ehm yaa.. Tentu saja. Apa kabar baiknya?"
"Kau yang menebak. Aku ingin melihat kemampuanmu,Lace."
Kata Teresa menantang."Oke fine. Baiklah Teresa, jika itu yang kau inginkan. Apakah kabar gembiranya adalah les bahasa Africa mu libur?"
Tebakku."Tidak. Astaga aku benci bahasa sialan yang tidak berguna itu. Aku saja tidak pernah pergi ke Africa. Apa yang ibuku pikir hingga dia mendatangkan musibah bagi anaknya sendiri dengan menyuruhku mengikuti les bahasa Africa!"
"Baiklah. Apakah ibumu merajut sweater imut lagi untuk Lucky Charms?"Tebakku.
"Hm tidak. Kau salah. Coba lagi ya."
"Apa kau mengadopsi kucing Anggora?"
"Bego, aku aja alergi kucing, bekicot, bulu. "Kata Teresa.
"Ehm.."Aku menatap keatas dan berusaha berpikir. Aku mulai menggigit bibirku yang berlapiskan lip balm beraroma raspberry.
"Oh aku tau!"Kataku tiba-tiba. Aku pun memajukan wajahku hingga mendekati telinganya dan berbisik.
"Apa?"
"Ga jadi deh. Aku tidak tau. Hehe."
"Kabar baiknya adalah.. Evan Haythe, si anak baru itu sekelas denganku."Kata Teresa. Setelah aku mencerna apa yang ia katakan, aku langsung terkejut hampir tidak percaya. Aku memang kadang melebih-lebihkan suatu hal. Teresa membalas dengan tatapan mata yang mengejek seolah-olah dia berkata"Hell yeah! Cowo tampan itu berada dikelasku."
"Astaga! Itu tidak adil!"jawabku histeris. Teresa mengangkat jarinya dan membentuk jari Metalica sambil menyibakkan rambut hitamnya.
"Aku tau kalau Evan sangat tampan. Kurasa dia akan menjadi incaran setiap gadis di sekolah ini."kata Teresa.
"Ya Tuhan,aku sungguh ingin berkenalan dengannya. Siapa tadi namanya?"
"Evan Haythe. Kuulangi ya,Evan Haythe. Ingat namanya baik-baik ya,karena kurasa dia akan menjadi idola di sekolah kita segera."Kata Teresa.
"Okey. Evan Haythe. Nama yang bagus kok,tentu saja aku dapat mengingatnya."
Teresa mendongak dan menatapku. Matanya menyipit, terlihat mencari sesuatu dariku."Kau menyukainya kan?"Tanya Teresa. Aku menyembunyikan beberapa helai rambutku dibelakang telinga dan tersenyum kecil.
"Saat pertama kali melihatnya,aku merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tak pernah kualami sebelumnya."Jelasku.
"Hm, aku tidak peduli. Aku ada kelas Matematika, bye."Lalu Teresa malah berjalan meninggalkanku sendirian. Sementara aku masih sangat ingin bertemu lagi dengan anak baru itu dan berkenalan dengannya.
Dan keinginanku pun terkabul. Saat pergantian jam pelajaran, aku berjalan menyusuri lorong,melewati barisan loker. Seketika aku mengarahkan pandanganku kedepan dan melihat Evan Haythe sedang menyandarkan badan berototnya di loker yang jaraknya beberapa langkah dariku.
Dia terus memperhatikanku, memusatkan pandangannya kepadaku. Wajah tampannya sedikit berseri seiring aku membalas tatapannya. Aku tersenyum simpul lalu berpaling darinya dan berhenti didepan lokerku. Aku mengambil kamus bahasa Perancisku dan beberapa catatan yang kuperlukan dari loker.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST AND FOUND
Romantizm"Teenagers are wild and free creatures. No, they're wrong. Teenagers are wild and free creatures, but they mostly like broken and lost creature"