Tidak banyak orang yang suka membaca kejadian di sekitarnya, untuk kemudian direnungkan dan difikirkan. Padahal di dalam peristiwa-peristiwa itu ada banyak tanda tanda kebesaran Allah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita. pantas saja nabi Muhammad pernah bilang “اطلب العلم من المهد إلى اللحد” Tuntutlah ilmu mulai dari buaian ibu hingga ke liang lahad. dalam bahasa kekinian nya kira-kira ‘long life education’ kehidupan yang kita jalani adalah sekolahan yang sebenarnya.
Sudah siap membaca? saya jamin anda akan tersenyum setelah selesai membaca cerita ini.
Sebut saja pak ‘Adi’ Ia adalah seorang pengusaha sukses, di kalangannya ia termasuk pengusaha papan atas, ia memiliki kebiasaan memperhatikan kejadian-kejadian disekitarnya, dari mulai yang dialaminya langsung, pengalaman tetangganya, pengalaman teman bisnisnya atau siapa saja yang menggelitik fikirannya. tentu saja dengan pola fikirnya sendiri yang seorang pebisnis.
‘Menikah adalah perintah agama, dalam hal ini menikah memiliki kedudukan yang sama dengan solat dan ibadah-ibadah lainnya, yaitu sama-sama ibadah. logikanya karena itu ibadah berarti Allah akan memudahkan jalan menuju ke jenjang pernikahan dan setelah pernikahan. tetapi kenapa kok banyak dari orang-orang yang saya kenal hampir semuanya, bahkan saya sendiri setelah menikah kok malah mengalami kemunduran’. Begitulah pak Adi bergulat dengan pikirannya sendiri, apalagi ketika ia datang ke pesta pernikahan, seakan ia tidak sabar menunggu apa yang akan terjadi dengan si mempelai.
Sekian lama ia memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang membayangi fikirannya, pak Adi tetap saja tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, bahkan ia sering dibuat pusing sendiri dengan permasalahan itu. Di dorong oleh rasa ingin taunya yang besar, sambil bersilaturahim ke rumah Ustad Endi ia pun mengungkapkan permasalahan yang selama ini mengganjal dalam fikirannya.
‘Ustad, saya punya sedikit permasalahan nih. Kenapa kalo habis nikah keadaan ekonomi jadi memburuk? Si anu abis nikah ordernya ilang, si anu abis nikah tagihan nya macet, si anu abis nikah ketipu, trus yang terakhir si anu nih abis nikah beasiswanya ilang tanpa jejak, kenapa begitu yah?’ Pak Adi mengemukakan permasalahannya dengan penuh antusias. Ia berharap mendapatkan penjelasan yang panjang lebar, karena menurutnya ini masalah tauhid (keyakinan agama). ia sendiri tidak dapat menemukan jawaban yang memuaskan.
Sambil bercanda Ustad Endi memberikan jawabannya ‘ Ya wajar aja, kalau Allah mengurangi sedikit dari rizkinya. Karena diakan abis ngambil rapelan” Maksud pak ustad? Pak Adi semakin penasaran. “Coba bayangkan, seandainya si pengantin laki-laki harus mengurus calon isterinya dari sejak masih bayi. Berapa biaya yang dibutuhkan, ini kan enak oleh mertua kita diserahi anak gadis nya tanpa harus susah payah mengurus dari kecil, betul gak?” He he he he. . . Sambil tertawa Pak Adi bilang ‘ Hebat Ustad nih, saya memikirkannya berbulan-bulan tapi gak ketemu jawaban yang bikin saya puas. Tapi pak ustad hanya memberikan jawaban singkat sambil bercanda lagi.
‘itulah bedanya ustad sama pedagang. ustad berfikir dengan keustadannya, pebisnis berfikir dengan logika bisnisnya. yang penting adalah bagaimana mensyukuri apa yang kita punya. walaupun setelah menikah ekonomi merosot tapi kan di rumah kita punya obatnya, he he he . . .”. kata ustad Endi