Chapter 1: Malapetaka

1.5K 50 14
                                    

Tidak mudah memang hidup di dunia yang terlalu mengejutkan ini. Sudah 2 tahun gadis itu bersekolah di SMA Braga. Dan apa hasilnya? Hanya sebuah nilai yang membuatnya bangga? Tidak.

Sekolah ini hanya sebagai tempat murid yang kebanyakan memamerkan harta kekayaan orang tua mereka. Ia tak munafik dengan hal itu, kadang gadis itu juga melalukannya. Kenapa? Karena sekolah ini terlalu gila untuk disebut sebuah tempat belajar dan menerima pendidikan. Tempat ini bahkan kadang dijadikan sebagai ajang perpolitikan.

Dan ia juga harus bersyukur karena nilaiku yang baik sehingga mereka masih menganggapknya ada, meskipun mereka tidak tahu siapa ia yang sebenarnya. Mereka belum tahu orangtuaku. Yang mereka tahu adalah Vera hidup hanya dengan pembantu dan kakaknya. Dan itu benar.

Papanya terlalu sibuk dengan urusan perusahaan yang berada di luar negeri. Mamanya sibuk dengan profesinya sebagai designer. Kakaknya? Tenang saja, ia masih di Jakarta, meskipun ia sangat sibuk dengan kuliahnya yang akan menuju semester paling akhir. Paling tidak, ia masih mau kuliah di Jakarta untuk menjaga dan mengawasi adiknya.

"Vera Wayne! Dengarkan saya atau saya akan mengeluarkan Anda dari kelas?!" suara keras dan tegas yang berasal dari depan kelas membuat gadis yang dipanggil Vera itu memejamkan mata. Bagaimana tidak? Bahkan suaranya hampir memecahkan gandang telinga semua murid-muridnya.

Gadis itu menatap ke depan dan mendapati seorang lelaki dengan seragan Braga berdiri di samping Bu Mega.

"Kamu bisa duduk disamping Vera," ujarnya pelan tapi masih bisa ia dengar. Ah, dan jangan lupa, Bu Mega juga menunjuk gadis itu dengan jarinya sehingga lelaki itu langsung menuju kearah Vera.

"Dia pindahan dari kelas XII MIPA 6. Saya harap kalian bisa berteman dengannya. Dan juga jangan sampai ada yang keluar kelas. Hari ini ada rapat dengan ketua yayasan dan kepala sekolah. Jika Ibu mendapati kalian keluar dari kelas, Ibu akan menyeret kalian ke ruang BK!" serunya yang kemudian meninggalkan kelas.

Vera menoleh kepada orang di sebelahnya yang ternyata sudah menatapnya sejak ia duduk di sampingnya.

"Hai, Ve." ucapnya sambil tersenyum manis padaku. "Oh, ini kali kedua kita bertemu, benarkan?" tanyanya sambil menyunggingkan seringaian kecil di bibirnya.

"Dan setiap hari akan bertemu." ucap Vera yang mungkin terdengar dingin olehnya.

Gadis itu melipat tangannya dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar karena semalam ia hanya tidur 4 jam. Dan gilanya, adalah hari ini hari pertama masuk kelas XII dan tadi ia telat untuk memasuki mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

"Ini bukan hotel dimana lo bisa tidur seenaknya, Nona Wayne." ucapnya pelan namun Vera masih bisa mendengarnya.

Ia membuka matanya setelah dia mengucapkan itu dan menatap matanya dengan tajam. Gadis itu melipat tangannya di depan dada.

"Bukan urusan lo, Aldi Alexander Hardiardjo?" ucapnya yang masih menatap Laki-laki di depannya. Iaa tersenyum kecil.

"Bahkan lo tau nama gue. Wow, seorang Vera Wayne yang katanya jutek dan sok pintar ternyata fans gue. Haha," tawanya.

Gadis itu bisa melihat mata teman-teman tertuju pada merka. "Lo sih, Ngel! Pakek acara gak mau duduk sama gue! Gue kan jadi repot!" tembak Vera pada Angel yang duduk disebelah pacarnya, Putra.

"Njing, kemaren lo yang gak mau duduk sama gue." timpal Angel sambil tersenyum miring.

"Berisik!" serunya.

Ia berdiri dari kursi yang didudukinya. Dilangkahkan kakinya keluar dari kelas.

"Vera Wayne! Kembali ke kelas atau gue bakal laporin lo ke Bu Mega?!" seru Lion si ketua kelas yang cerewet. Ia hanya mengangkat bahu seolah tidak memperdulikan ucapannya dan pergi.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang