02 (ternyata...)

244 31 3
                                    

Vote nya boleh lahh :v

Happy reading :*

"Gue gak peduli, yang jelas gue sukanya sama lo." ucapnya memegang pundakku. Saat dia memegang pundakku, aku melihat seorang cewek yang wajahnya sama dengan ku. Dia berada sekitar 3 meter dari sini. Tak lama dia pun pergi lari. Oh Ya Tuhan.

"Lo kenapa?" ucap lelaki yang ada dihadapanku dengan alis yang menyatu.

"Tadi di belakang lo ada Fera, dia ngeliat kita trus dia pergi." ucapku dengan mengacak rambut frustasi. Ah, aku tidak ngurus dengan rambutku saat ini, yang terpenting adalah Fera. Lebih baik aku mengejarnya.

"LO MAU KEMANA?" teriak cowok tadi. Sepertinya dia membuntutiku. Ah, masa bodo dengan cowok itu.

Aku sudah menelusuri setiap koridor yang ada di sekolah ini, untuk mencari keberadaan Fera. Tapi, Fera tetap tidak ada. Apa dia sudah kembali ke kelas?

Tanpa membuang waktu, aku pun pergi ke kelas. Cowok tadi? Ah, aku tidak ngurus.

Saat aku tiba di kelas, benar saja Fera sudah duduk manis di bangkunya. Aku tidak sanggup melihat wajahnya dari dekat, dari sini saja aku sudah melihat kekecewaan yang ada di wajahnya itu.

Tapi, kalau aku terus begini, aku dan Fera tidak akan berbaikan. Lebih baik aku meminta maaf sekarang.

Ah, sial. Saat aku hampir memanggil Fera, bel berbunyi. Huh, mungkin nanti saat istirahat kedua.

***

Benar sekali, Fera tidak mengajakku ke kantin. Dia benar-benar marah.

Huh, tidak mungkin kan aku tidak ke kantin. Tadi saja pas istirahat pertama aku tidak makan. Duh, cacing di perutku sudah berteriak.

Baiklah, aku putuskan untuk ke kantin sendiri.

Saat perjalanan, aku melihat cowok itu berjalan arah berlawanan denganku. Oh tidak. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi.

"Kok sendirian?" tanyanya saat kami berpapasan.

Tidak, aku tidak akan membalas ucapan itu.

"Mau gue temenin?" huh, kenapa dia malah memutar arahnya sih.

"Kok diem aja, biasanya diem itu tanda 'iya'. Oke deh gue anter." sekrang cowok ini berada di sampingku. Sial.

Masa aku harus mengubah keputusanku untuk tidak membalas ucapan cowok ini.

Tidak akan.

Keputusanku sudah bulat, ya, sudah bulat.

Saat tiba di kantin aku menemui Fera yang sedang duduk berhadapan dengan seorang cowok. Sialnya, aku hanya bisa melihat punggung cowok itu. Apakah Fera sudah berpaling dari cowok di sampingku ini?

Duh, Fera melihat kearahku. Apa yang harus aku lakukan?

"MESA!! SINI." ucap Fera dengan berteriak kencang dan melambaikan tangannya. Apa aku salah dengar?

"Dipanggil tuh, samperin yok." ucap cowok di sebelahku (samapai saat ini aku belum tau namanya, tidak penting juga) dengan menggandeng tanganku. Huh, apa-apaan dia?

"Duduk sini!" ucap Fera dengan menepuk kursi di sebelahnya. Loh, dia tidak marah?

"Woy bro, sini duduk!" ucap cowok yang bersama dengan Fera. Loh, ini kan cowok yang disukai Fera. Lalu, cowok yang sering menggangguku itu siapa?

"Lo jahat banget sih, punya cowok kok gak ngasih tau gue." ucap Fera dengan merengek seperti bayi.

"Hah? Cowok? Yang mana?" ucapku dengan nada polos. Apa maksud dia?

Tunggu, 2 cowok yang ada dihadapanku ini wajahnya berbeda. Hanya mirip saja. Kenapa aku bisa berpikir bahwa cowok yang sering menggangguku adalah cowok yang disukai Fera. Dan kenapa sekarang aku senang waktu tau cowok yang sering menggangguku bukanlah cowok yang disukai Fera? Tidak, aku tidak menyukainya.

"Kenalin nama gue Reksa." ucap cowok yang disukai Fera.

"Mesa." ucapku dengan tersenyum tipis.

"Lo gak mau tau nama gue?" ucap cowok yang ada di samping Reksa (cowok yang sering menggangguku) dengan menaikan alis sebelahnya.

"Sumpah demi apa? Lo belom tau nama dia?" ucap Fera setelah memukul meja (tidak terlalu kuat, kok) dan memandang ke arahku. Aku hanya mengangguk lemah.

Pikiranku kali ini sedang kacau.

Mengapa tadi Fera pergi saat melihat aku bersama cowok itu?

Mengapa wajah Fera menunjukan kekecewaan saat bertemu denganku tadi?

Mengapa dia meninggalkanku ke kantin?

Tinggalin jejak boleh lah :v

Thanks for readers and big love you :*

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang