Jika memang aku yang telah menghancurkan hatimu, berkeping-keping. Maka ijinkan aku menyatukan kembali kepingan-kepingan itu, satu demi satu.
-------------------------------------
Aku memperlambat langkah kakiku ketika aku menyaksikan puluhan buket bunga berjejer di sepanjang jalan menuju meja kerjaku. Mawar putih, bunga kesukaanku.
"Untukmu semua." Wei, rekan kerjaku yang meja kerjanya bersebelahan denganku, membuka suara sambil menunjuk ke arah buket-buket bunga tersebut. Aku menatapnya tak mengerti.
"Baca saja kalau tak percaya," ia menganjurkan sambil mengambil kartu ucapan dari salah satu buket bunga tersebut.
"Nih," ia menyodorkannya ke arahku.
"Orang sinting mana yang berniat memindahkan toko bunga ke tempat kerjaku?" gerutuku sambil menyambar kartu ucapan tersebut.
"Kau kenal dekat dengannya kok. Bahkan pernah ter-a-mat dekat." Perempuan itu kembali berkata-kata, terdengar sebal.
Bibirku berdecak sambil membalik kartu ucapan tersebut lalu mulai membacanya. Dan mataku segera membelalak. Wei benar, pengirimnya adalah orang yang ku kenal dekat, terlampau dekat malahan.
Untukmu yang tercinta, Hayun...
Dari : Seung Cheol.
Aku menatap Wei dengan kaget. "Mantan suamiku?!" teriakku bingung. Dan ia cuma mengangguk, mengiyakan.
Oh tidak.
***
Sosok itu berdiri di sana. Di sisi jalan masuk tempatku bekerja. Tatapannya lurus ke arahku. Ia tersenyum lalu melambaikan tangannya. Aku berdiri, mematung, terkejut. Dan otakku masih waras untuk tak membalas senyumannya.
Beberapa tahun telah berlalu tapi sosok itu masih saja terlihat ... tampan. Tatapan matanya teduh menenangkan. Senyum yang dihiasi lesung pipi juga masih terlihat menawan. Penampilannya masih terkesan sama. Tidak terlalu rapi dan terkesan laki-laki. Celana linen berwarna gelap yang disetrika licin dan dipadukan dengan kemeja abu-abu dengan lengan digulung sampai siku. Kancing kemeja atasnya terbuka hingga dasi yang ia kenakan terlihat sedikit kedodoran. Rambutnya sedikit messy, dan wajahnya terlihat begitu sumringah. Damn, ia masih saja tampan luar biasa!
Aku menelan ludah dan berusaha mendapatkan akal sehatku kembali. Oh, dia mantan suamiku! Orang yang telah mengkhianatiku, menghancurkan hatiku.
Tapi ... ini ibarat kau puasa selama 24 jam penuh, kemudian kau dihadapkan pada serangkaian menu berbuka puasa yang menggiurkan, lengkap dengan puding dan es buah, tentu kau ingin menyantapnya 'kan?
Nah, itu yang kurasakan saat ini. Aku ingin menyantap orang ini!
Seung Cheol, mantan suamiku, lelaki sempurna super tampan yang dulu pernah membuatku jatuh cinta setengah mati – meskipun sekarang masih – tapi kemudian ia menghancurkan hatiku berkeping-keping dan meninggalkanku demi wanita lain!
"Kau menerima bungaku? Surat-suratku?"
Aku tergagap. Suara itu membuyarkan lamunanku. Dan aku baru menyadari bahwa sekarang dia sudah berdiri di hadapanku. Kapan dia melangkah ke sini?
"Hayun?" Ia kembali memanggil, kali ini membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku mundur beberapa langkah dengan gugup, lalu tanpa berkata-kata aku beranjak melewati dirinya menuju trotoar untuk segera menunju halte bis.
Ia berlari mengejarku. Tapi tak menghalauku, melainkan malah menyamai langkahku.
"Bisa kita bicara sebentar?" Ia kembali berkata.
YOU ARE READING
Will You Marry Me (Again) ? || One Shot
FanfictionJika memang aku yang telah menghancurkan hatimu, berkeping-keping. Maka ijinkan aku menyatukan kembali kepingan-kepingan itu, satu demi satu.