DIGO
Aku mematikan mesin motorku tepat di parkiran sekolah. Aku menoleh pada Sisi yang kini tengah berdiri di sampingku, sambil melepas helmnya dan mengulurkannya padaku.
"Buruan. Nanti telat loh!", ucap Sisi padaku.
"Iyaa, bawel! Masuk duluan aja sana.", sahut Digo
Sisi mengangguk singkat kemudian berlalu meninggalkan aku yang masih sibuk dengan helm dan kunci motor. Tak lama berselang, aku pun melangkah menuju gedung sekolah dengan ransel yang kusandang di salah satu bahuku. Aku mengangkat tangan kananku, menyusupkan jari-jariku di antara rambutku, berusaha membuatnya tampak lebih baik setelah helmku merusak bentuknya.
"Pagi, Digoooo!", aku tersentak mendengar paduan suara cempreng yang tiba-tiba terdengar dari arah tangga.
Beberapa orang siswi tengah menuruni tangga. Aku menyebutnya Geng Gemes. Mereka teman-teman seangkatanku, tapi bukan teman sekelas. Aku menghela napas melihat penampilan mereka. Rok super pendek yang kerap menjadi sasaran guru BP, baju super mini, dan pita-pita juga bando yang menghiasi kepala mereka. Menurutku mereka lebih cocok jadi siswi taman kanak-kanak dengan aksesoris berwarna cerah seperti itu.
"Eh, pagii.", jawabku singkat.
"Kok sendirian aja?", tanya Via, salah satu dari mereka.
"Ngga kok. Gue sama Sisi.", jawabku sambil menatap ke lorong gedung mencari kembaranku yang bertubuh mungil dan sulit ditemukan di keramaian.
"SI! SISI!", teriakanku bergema di sepanjang lorong.
Akhirnya aku melihatnya. Rambut panjangnya yang bergelombang mengayun saat ia menoleh. Wajah mungilnya tampak jutek menatapku saat ia menghentikan langkahnya. Ia mengangkat alisnya ke arahku.
"Nah, itu dia! Gue duluan ya!", kataku pada Geng Gemes lantas melangkah cepat menghampiri Sisi, malaikat penyelamatku.
Aku berlari kecil menghampiri Sisi lantas merangkulnya dan menarik tubuh kecilnya berjalan menuju ke kelas. Sisi masih menatapku bingung, tapi ia ikuti saja langkahku menuju ke kelasnya.
"Kenapa lo?", tanya Sisi bingung.
"Udah, ikut aja.", sahutnya cepat.
"Geng Gemes ya?", goda Sisi sambil menahan tawa.
"Biasa lah. Pusing gue lama-lama.", sahutku.
"Pusing kenapa? Cantik-cantik kok! Hits semua lagi.", goda Sisi lagi, sambil menahan tawanya.
Sisi meletakkan tasnya di meja, lalu duduk di kursinya. Aku menatapnya malas, lantas duduk di kursi lain yang berada di depan mejanya.
"Udah deh. Jangan ngeledekin gue. Seneng banget lo, liat gue ribet.", aku menggerutu.
"Ya terus, kenapa lo nyamperin gue? Emang gue guru BP? Bisa bikin mereka kabur?", selorohku sambil terkekeh.
"Ya pokoknya, selama ini mereka ngga nyamperin gue kalo gue lagi sama lo.", sahutku lagi.
Sisi menatapku bosan, sambil mengangkat sebelah alisnya. Aku terkekeh melihat ekspresinya, lantas bangkit ketika bel masuk kelas terdengar. Aku mengulurkan tangan dan mencubit pipinya gemas.
"Digoooo!", omel Sisi.
Aku lantas melangkah meninggalkan kelasnya. Aku bergegas menuju ke kelasku yang berada di sisi seberang gedung, menembus kerumunan siswa yang berhamburan menuju ke kelasnya masing-masing.
***
Sisi mengaduk-aduk jus jeruknya sambil menatap iphone di tangannya. Aku sibuk dengan majalah motor di hadapanku. Jam istirahat berjalan seperti biasa. Aku tidak ada kegiatan dengan klub basket, Sisi juga tampak tak berkeberatan menghabiskan waktu istirahat denganku. Aku dan Sisi sibuk masing-masing diantara kebisingan kantin pada jam istirahat. Tiba-tiba beberapa orang datang duduk, di sampingku, membuatku hampir tersedak es teh manis yang sedang kuteguk.

YOU ARE READING
TWINS
FanfictionThe Way I Need Soulmate Dara Prisisilly Russell: "Digo! Stop it! Itu bukan mainan! Mana kuas make up gue yang lo bawa-bawa kemaren?" Jaka Aliandigo Russell: "What? Kuas make up? Oh, itu. I think I left it in my toolbox." Dara Prisisilly Russell: "Wh...