Kesan Pertama

3.3K 408 8
                                    

Ega menguap lebar, memaksakan kakinya melangkah meninggalkan unit apartemennya. Dia masih benar-benar lelah setelah pertandingan kemarin. Hari ini seharusnya dia bisa tidur seharian. Tetapi, Andrea memaksanya bangun karena berkata ada jadwal pekerjaan.

"Jadwal hari ini cuma ketemu editor majalah sama ke kantor agensi buat bahas iklan parfum yang kita omongin kemarin itu. Pertama ketemu editor majalah dulu." Andrea menggerakkan jemari di layar ponselnya, sembari mengikuti Ega berjalan menuju lift.

"Harus banget sepagi ini?" Ega mengacak rambutnya hingga makin berdiri. "Majalah apa?"

"TeenALova," Andrea sedikit meringis, bersiap mendengar amukan Ega.

"Majalah cewek?" Ega memelototinya. "Batalin. Aku nggak mau."

Andrea menghela napas sabar. "Masalahnya, ini perintah langsung dari Pak Wirya."

"Sejak kapan Pak Tua itu ikut campur urusanku di luar Geripa?" Ega meninju tombol panah bawah lift dengan kesal.

"Editor ini anaknya. Jadi dia minta kamu ...."

Ega menampilkan wajah jijik, seakan Andrea baru saja menunjukkan kotoran manusia di depan wajahnya.

"Cuma ketemu dulu, Ga," Andrea menenangkan. "Nggak aneh-aneh."

Apanya yang tidak aneh? Membayangkan dirinya masuk ke dalam salah satu rubrik majalah cewek saja sudah merupakan keanehan besar baginya. Mengerikan.

Editor yang dimaksud Andrea ternyata menunggu mereka di restoran lantai dasar gedung apartemennya. Saat kali pertama melihat gadis itu, Ega langsung mengenalinya. Putri Wirya Gardapati memiliki wajah dan penampilan yang tidak mungkin bisa gampang dilupakan, bahkan oleh manusia batu sepertinya. Dia pernah melihat gadis ini di beberapa acara Geripa, tetapi belum pernah mengobrol langsung. Rambutnya, berwarna cokelat gelap, sedikit ikal, digerai menyamping hingga tersampir melewati bahu kirinya. Saat mereka duduk berhadapan, Ega menyadari gadis itu memiliki warna mata yang tidak biasa. Cokelat terang, dengan lingkaran hijau tipis di sekelilingnya. Contact lens?

Yah, peduli amat. Secantik apa pun penampilannya, gadis ini sudah bertingkah menjengkelkan, mengganggu waktu tidurnya, dan memanfaatkan kekuasaan si ayah. Tipe Nona Muda menyebalkan.

Andrea menduduki sofa di sebelah Ega. "Ini Shareefa, Ga. Pemimpin Redaksi majalah TeenALova."

Gadis itu mengulurkan tangan. Ega menyambutnya demi sopan santun.

"Jadi, kita sekalian sarapan?" Andrea berkata dengan wajah cerah.

"Nggak usah, makasih," Shareefa menolak dengan suara halus, sedikit serak. "Saya nggak biasa sarapan."

"Brunch?" tebak Andrea.

Shareefa mengangguk, tersenyum kecil.

Andrea berpaling pada Ega. Setelah menyebutkan pesanan mereka, Andrea menyinggung masalah majalah lebih dulu. Ega mengamati wajah Shareefa sangat berbinar, seakan dia mendapat hadiah yang luar biasa.

"Jadi, kamu juga mau Ega jadi cover?" tanya Andrea.

Shareefa mengangguk. "Saya lihat banner iklannya. Dia sempurna buat jadi model cover."

"Boleh saya potong?" Suara bariton Ega menghentikan percakapan menyenangkan kedua perempuan itu. Matanya menatap gadis di depannya dengan tajam. "Kasih tawaran itu ke orang lain. Saya nggak tertarik."

***

Shareefa langsung berhenti bicara. Dia menatap Ega dengan bingung bercampur tidak mengerti, lalu berpaling pada Andrea.

Injury TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang