Bukan Drama Seri Korea
Pemuda tinggi itu menyingkap lengan baju panjangnya hingga hampir mencapai otot bisepnya. Cucuran keringat mencecar hingga bahu belakang dan kerah, alisnya menyatu dan dahinya mengernyit. Sebuah Koran harian yang sepertinya sudah “out of date” sedikit bisa menjadi dewa penolong di siang bolong ini.
“Adam !” panggil seorang paruh baya lantang. Wajahnya hilang-muncul dari balik kaca jendela mobil. Pemuda tadi menoleh dan segera bergegas mendekati pria yang memanggilnya.
“Iya dok, wah di luar dugaan kita bisa ketemu di sini” ujar Adam sembari terus mendesis menahan panas.
“Kamu mau pulang ? Saya antar ya?” tawar dokter yang hampir semua rambutnya memutih itu.
“Terima kasih dok atas tawarannya, tapi saya gak mau pulang. Saya mau ke rumah sakit dulu”
“Oh kalo begitu ya sudah, saya antar ke rumah sakit saja gimana?”
“Saya jadi gak enak, sekarang kan hari libur dok” tambah Adam meyakinkan.
“Sudah gak apa-apa, hitung-hitung saling membantu. Ayo cepat naik !”
Kedua orang itu akhirnya pergi bersama ke rumah sakit.
*Di Dalam Mobil*
Adam kembali berpacu dengan kemejanya, tapi kali ini ia merapikannya seperti sedia kala.
“Mau nengokin Laras ya?” Tanya dokter nyambi menghidupkan music player di dashboard mobil. Tiba-tiba tembang lagu berjudul Cinta Ini Membunuhku melantun di udara. Adam yang seyogyanya akan menjawab pertanyaan dokter malah terenyuh, terdiam, dan terhentak hatinya.
“Oh maaf, jika lagu ini punya riwayat gak bagus buat kamu. Sebenarnya ini bukan lagu-lagu kegemaran saya, tapi anak saya selalu maksa muter lagu ini kalo di mobil. Dia juga kadang seperti kamu, melamun terus nangis….. Owalah kok saya jadi curhat (terheran dengan dirinya sendiri)”
“Ga apa-apa dok, kayaknya kita udah hampir sampai “ Adam mencoba mengembalikan suasana hatinya, seakan tak terjadi apa-apa.
“Salam saya untuk Laras ya?
“Iya dok, terima kasih atas tumpangannya”
Siapakah Laras yang akan ia temui? Begitu berhargakah bagi Adam? Lalu mengapa Adam bersedih saat mendengar lagu Cinta Ini Membunuhku? Apa sebenarnya yang telah terjadi ?
*Setahun Yang Lalu*
“Sayang aku mau ke kampus dulu ya, biar pinter” ujar Laras via telpon pada Adam.
“Hati-hati Sayang, mau aku anterin?”
“Oh ga usah-ga usah, aku nebeng temen kok” tambah Laras dengan nada meyakinkan.
“Hmm… take care,” pungkas Adam
“Tut tut …”
Laras cukup sempurna untuk seorang gadis berusia 21 tahun. Model wajahnya tirus, berkulit putih, tinggi, dan tentu sangat cantik. Laras memiliki garis keturunan antara Inggris dan China dari ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang berasal dari Bandung.
Setelah menutup panggilan singkat Adam-kekasihnya-Laras menyambangi taksi yang melintas. Taksi itu melesat cepat dan kemudian menghilang ditelan keramaian. Satu jam kemudian, taksi yang ditumpangi Laras berhenti di depan cafeteria elit di jantung kota Bandung. Laras keluar setelah membayar ongkos argo, diambilnya sebuah kosmetik dari tas, sejenak ia merapikan dandanan agar tampak seperti semula.