"Thank you for loving me - Bon Jovi" mengalun pelan di seluler ku... dengan enggan ku tengok layar handphone ku dan sedikit malas ku tekan tombol OK.
"Yes, hello... Eight, ade ape? Tumben nelpon jam segini" Tanya ku sembari menguap kecil.
"Busyet, jam segini masih molor, bangun lu... Gue ketempat lu yee" Seloroh Eight tanpa basa basi.
"Hoaaa... Uayaam bakar... terserah lu deh, entar kalo udeh di depan pagar telpon balik yaa" Jawab ku enggan.
"Siip dah, tunggu yaa... Udah gih mandi dulu sono, bau tuh. Byeee..." Jawab Eight sembari menutup telpon tanpa mendengarkan jawaban ku lagi.
Dengan malas ku bangkit mengambil handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi ku. Mencoba membuka telak kedua bola mata ku yang masih menempel.
Srrrrrrrr... suara shower mulai terdengar. Untung airnya gak macet lagi, ucapku dalam hati.
Ach, masih sama seperti 9 tahun lalu, saat kita bertemu untuk pertama kali di Salon ku. Masih saja dengan cara yang sama, datang dan pergi bagai Jalangkung. Tidak di undang dan tidak di antar.
Tanpa terasa, ingatanku kembali kepada masa silam, perjalanan ku bersama Eight dulu. Semua ini terjadi karena ulah salah seorang karyawan salon ku, Byby.
Kala itu, aku membeli sebuah Salon berukuran 5m X 12m yang di ambang kebangkrutan, semua ini ku lakukan di luar akal sehat ku, bukan karena aku menginginkan sebuah bentuk usaha. Ini semata karena ucapan kawan mama ku yang mengatakan kepadaku, bahwa pemilik dari Salon tersebut terlibat hutang yang tidak sedikit. Aku membeli lantaran kasihan dan berniat menolong, itu saja.
"Umiiiii, sini cepetan" Teriak Byby.
"Yup... yup... bentar kaliii..." Teriak ku kembali dari dalam toilet.
"Yowes, pokoke cepetan yah!" Teriak Byby tidak sabar.
Dengan langkah tergesa-gesa aku menghampiri Byby menuju meja kasirku, sembari bertanya "Aya naon sih? Busyet ude kaya nini-nini kebakaran konde aje"
"Hehehe, teu naon-naon Umi. Umi kenalin temen eike, namanya Eight. Eight kenalin kasir gue di sini, Umi" Jawab Byby sembari cengengesan.
"Hi, nama gue Eight, nama lu Umi kan. Lu karyawan baru ya disini, kasir ya? Wah, megang duit terus dong tiap hari, kudu hati-hati ya, banyak rampok. Rampok sekarang macem-macem jenisnya dan gak keliatan dari penampilannya. Rampok sekarang ganteng-ganteng kaya gue, hehehe" Seloroh Eight tanpa titik koma.
Byby sibuk mengedip-ngedip mata di belakang punggung Eight
"Hah... Heh... Iya... Iya... nama gue Umi, gue karyawan baru, iye gue kasir yang baru di sini" Jawab ku bingung, sembari mengutuk-ngutuk Byby dalam hati. Kurang ajar ini karyawan, aku di katakan kasir dan karyawan baru.
"BTW, lu kan udah gue kenalin ma Umi, terus jatah rokok gue mana? Ntar gue kasi no Hp Umi sekalian, bukan begitu Umi ku yang cantik?" Jawab Byby kembali sembari mengedip-ngedip matanya.
"Iya... Iya... nih lu beli sendiri" Jawab Eight sembari menyodorkan uang dua puluh ribuan.
Byby dengan cepat menarik uang yang di sodorkan Eight dan kemudian ngeloyor pergi meninggalkan ku berdua dengan Eight.
"Ntar tutup jam 8 malem kan, gue jemput ya. Lu tunggu aja di sini, gue pasti dateng. Kalo gue telat, lu tunggu aja ya. Sekarang gue ada gawean, gue jalan dulu ya" Seloroh Eight tanpa memberi ku kesempatan menjawab, dan berjalan meninggalkan ku yang tetap melongo memandangi punggungnya.
Aku hanya terdiam tanpa bahasa...
YOU ARE READING
YOU NEVER KNOW
RandomAkhirnya masa yang aku tunggu tiba, sebuah kepahitan… kenyataan yang tak terelakkan. Aku pahami keadaan, keterbatasan yang ada padaku. Tetapi salahkah aku ? Aku hanya manusia biasa, seperti umat lainnya, aku memiliki hati dan rasa yang tidak jauh be...