Bau anyir tercium menyengat di indera penciuman. Darah tercecer di mana-mana. Tampak seorang pria berdiri angkuh dengan wajah memerah karena amarah."Cari gadis itu!" Perintahnya yang segera dilaksanakan oleh beberapa anak buahnya.
"Baik Alpha."
Pria yang bukan lain adalah seorang Alpha dari kawanan werewolf, menggeram marah. "Sialan."
●●●
Seorang gadis berlari dengan langkah terseok. Beberapa luka pada kakinya tampak semakin mengeluarkan darah seiring kakinya melangkah.
Peluh keringat memenuhi pelipisnya. Matanya memerah sedikit bengkak, dihiasi jejak-jejak air mata yang mulai mengering di sudut matanya.
Peristiwa beberapa jam yang lalu membuatnya syok, peristiwa di mana ia dan teman-temannya serta Kevin sang kakak, masih tertawa lebar sembari bersenang-senang berganti dengan jeritan penuh pesakitan. Tangisan dan raungan minta tolong dari teman-temannya memenuhi pikirannya.
Gadis bernama lengkap Tania Elisa Putri itu menjerit berusaha menghilangkan bayangan tersebut.
Teman-temannya sudah mati
Kevin, kakaknya
Tania masih belum percaya itu semua, kakaknya serta teman-temannya sudah mati. Mati, mati, mati, mati.
Mati
Mati
Kata mati terus terngiang dan berputar-putar di kepalanya.
"Berhenti!"
Tania menoleh melalui salah satu sisi bahunya. Matanya terbelalak penuh ketakutan. Gadis berumur 16 tahun itu semakin mempercepat langkah kakinya. Tidak peduli dengan luka pada kakinya yang semakin parah dan terasa perih.
Ia mengusap air matanya yang mengalir tiba-tiba dengan punggung tangannya.
Tania berlari sekencang ia bisa. Tatapannya lurus ke depan. Sisa-sisa isakan tangisnya terdengar di keheningan hutan yang kini mulai berubah gelap.
Mereka semakin dekat, orang-orang yang tak dikenalnya. Mereka bukan manusia, mereka monster berbentuk serigala.
Terlampau panik, Tania tidak melihat sebuah akar pohon besar menyembul di atas tanah. Kakinya tersandung dan menyebabkan tubuh Tania terbanting ke depan dengan posisi lutut mencium tanah.
Gadis itu meringis, seolah sadar Tania segera bangkit sembari menahan sakit yang amat luar biasa pada pergelangan kakinya.
Kakinya terkilir. Pikir Tania dan rasa paniknya makin bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RUTHLESS ALPHA
Werewolf"Aku berhak menyentuhmu di manapun yang ku mau." Ujar sang Alpha, kemudian menambahkan, "Di sini, di sini, di sini, dan di sini." Pria itu menyentuh dahi, mata, hidung, kemudian pipi dan berakhir pada bibir pucat Tania. "Intinya aku bebas menyentuh...