Daun-daun berterbangan disertai semilir angin yang sejuk menambah kesan di siang hari yang cerah. Bahagia terlihat di wajah para kedua insan remaja yang tersenyum geli mengingat kejadian mereka di masa lalu. Ya, siapa lagi mereka kalau bukan Kagami Taiga si surai merah gradasi dengan Aomine Daiki si surai biru navy. Mereka berdua tersenyum geli karena ingat sesuatu memori yang tercetak jelas di pikiran mereka.
"Kau masih ingat kejadian 5 tahun yang lalu?" tanya Aomine di halaman atap sekolah
Ya, mereka berdua, Kagami dan Aomine sekarang telah beranjak remaja, dan mereka berada di sekolah dan kelas yang sama.~×~×~×~×~×~×~×~×~
"Sekali lagi, Arigato Aomine. Aku sangat berterima kasih pada kau." ucap Kagami sambil menunjukkan senyum manisnya
"Uhm, i-iya." balas Aomine salah tingkah
"Aomine-" panggil Kagami
"Ya?" jawab Aomine "cup-" suara kecupan dari bibir Kagami yang mencium pipi Aomine
"Ah, apa yang kau-" kata Aomine menyentuh pipinya
"Mengucapkan terima kasih dengan menciummu." potong Kagami manis
Aomine dan Kagami sempat tersipu. Tetapi, setelah itu Aomine menarik salah satu sudut bibirnya ke atas, dan,
"Cup-" balas mencium Kagami tepat di bibir meskipun hanya sekilas.
*blush* Kagami sudah semerah tomat sekarang.
Sementara Aomine langsung lari masuk kembali ke dalam rumahnya.~×~×~×~×~×~×~×~×~
Seketika kedua insan remaja ini tertawa.
"Ahaha..., iya aku inget. Karena perlakuanmu, aho. Aku jadi nggak mau keluar dari rumah selama 3 hari." kata Kagami sambil tertawa
"Masa kecil kita dulu indah kan, baka?" Aomine berhenti tertawa tapi tersenyum
"Hn" kata Kagami balas tersenyum
"Makasih lagi, ya. Karena kau, baka, masa kecilku yang sepi menjadi berwarna" ujar Aomine lirih, tapi terdengar
Kagami yang mendengarnya, hanya merona dan membalasnya dengan senyuman.
"Omong-omong kau sudah mengerjakan tugas hari ini, aho?" tanya Kagami
"Ah, ya! Aku lupa!" jawab Aomine kalang kabut
"Daripada kau begitu, mending kita kembali ke kelas mengerjakan tugas." usul Kagami datar
"Iya juga, ya. Ngga kepikiran..." kata Aomine menarik Kagami dengan merangkulnya
"Itu sih, emang karena otakmu yang dang-, eh-" perkataan Kagami terpotong karena Aomine tiba-tiba merangkulnya
Aomine masih tetap merangkul (lebih tepatnya merangkul paksa) Kagami sampai di dekat pintu keluar. Ketika sudah mencapai pintu keluar, Kagami tersandung kakinya sendiri. Secara reflek, Aomine menangkap tubuh Kagami yang akan terjatuh.
'Hup'
Kagami dan Aomine berpandangan cukup lama.
2 detik...
3 detik...
Semilir angin melewati kedua insan remaja ini...
5 detik...
8 detik...
...dan akhirnya mereka tersadar kembali ke dunianya.
*blush* wajah Kagami memerah karena perlakuan Aomine lagi. Setelahnya, Aomine membantu Kagami untuk berdiri. Setelah Kagami berdiri sendiri, dia berjalan mendahului Aomine karena malu.
"Makanya, baka... Kalau jalan-" belum sempat menyelesaikan ejekkannya, Aomine sudah ditinggal Kagami
"Oi, baka, tungguu!" seru Aomine
Kagami tidak peduli karena saking malunya. Kagami tetap berjalan lurus menuju kelasnya.
"Bakaa! Ahominee!" balas Kagami tetap tidak melihat AomineSetelah langkahnya menyamai Kagami, Aomine merangkul Kagami, dan menyuruh (lebih tepatnya memaksa) Kagami untuk melepas tangannya yang menutupi wajahnya dan Aomine menyuruh Kagami untuk melihat ke wajahnya. Setidaknya menengok ke Aomine. Karena Kagami masih tetap tidak ingin melepas tangannya, tampaknya Aomine tak bisa memilih. Kemudian Aomine mengecup dahi Kagami yang tidak tertutup oleh tangannya. Merasa terkecup, Kagami kaget merasakan sesuatu benda kenyal di dahinya, dan saat itu Kagami melonggarkan tangannya. Di saat tangan Kagami longgar itulah, Aomine melepas tangan Kagami dan memaksa wajah Kagami untuk melihat ke Aomine, lalu mencium pelan bibir Kagami.
*blush* Kagami merona lagi, dan lagi-lagi karena perlakuan Aomine.
"Kau ini kenapa, sih!? Baka?" tanya Aomine
"I-ini t-tempat umum, A-ho! Ken-kenapa k-kau seenak j-jidatmu, mmencium-ku, Ahooo!" Jawab Kagami sambil menutupi mulutnya
"Habisnya, aku tanya tidak dijawab, sih..." Kata Aomine sewot "...lagipula tempat ini sepi, baka." ujar Aomine melihat sekeliling
"T-tapi- ah, sudahlah." kata Kagami
"Kau merona, tuh~ hihi~" goda Aomine
"Diam!" teriak Kagami sebal
"Yasudah, sekarang ke kelas aja yok, baka~" ajak Aomine
"..." yang ditanya hanya diam saja mengikuti langkah Aomine ke kelas mereka.~×~×~×~×~×~×~×~×~
Selama pelajaran berlangsung, Kagami masih tidak fokus ke pelajaran hari ini. Bayangkan saja, kalau kau sehabis dicium oleh sahabatmu, siapa yang tidak lupa? Kalaupun itu hanya kecupan, sih, tidak apa.
Karena melamunnya Kagami di kelas, Aomine yang terus-terusan memperhatikan Kagami, melempar sebuah kertas ke bangku Kagami. Kertas itu mendarat mesra di kepala Kagami. Kagami melirik tajam ke Aomine, sedangkan Aomine hanya tersenyum lebar menunjukkan kedua jarinya membentuk tanda peace. Kagami mengambil kertas itu, lalu membacanya, yang isinya,
'Kau kenapa? Murung terus daritadi, ada masalahkah?'
'Iyalah, ada masalah. Itu semua akibat kau, aho!' batin Kagami, yang ingin mengucapkan itu ke Aomine
Kagami menorehkan tulisan yang tidak sesuai dengan isi batinnya tadi,
'Kau kenapa? Murung terus daritadi, ada masalahkah?'
'Sepertinya tidak ada. Mungkin...'
Kagami melempar kembali kertas itu ke tuannya, dan mendarat tepat saat wajah Aomine mengarah ke Kagami. Aomine kesal, Kagami menahan tawa menang. Tak sampai sedetik, Aomine langsung membalasnya. Aomine kembali melemparnya ke Kagami. Kali ini Kagami menangkapnya,
'Kau kenapa? Murung terus daritadi, ada masalahkah?'
'Sepertinya tidak ada. Mungkin...'
'Hei, ceritalah kepada calonmu ini...' tak lupa Aomine memberikan emot ':D'
Apa!? Kagami tidak salah lihat, kan!? Disitu ada tulisan calon! Calon apa!? Akhirnya Kagami membalas,
'Terserah kau sajalah. Tapi itu calon apa?'
Kagami melempar balik ke Aomine. Aomine membalas,
'Kau kenapa? Murung terus daritadi, ada masalahkah?'
'Sepertinya tidak ada. Mungkin...'
'Hei, ceritalah kepada calonmu ini...'
'Terserah kau sajalah. Tapi itu calon apa?'
'Calon pacar lah, haha.'
Kagami kesal dan sewot, Kagami melempar buntalan kertas sebanyak-banyaknya ke bangku Aomine supaya puas. Kagami tertawa setan dalam batinannya setelah menimpuk Aomine dengan buntalan kertas.Semua berakhir dengan tatapan seram sensei yang mengajar kelas Kagami dan Aomine.
~×~×~×~×~×~×~×~×~
Kagami dan Aomine berada di luar kelas sambil mengangkat satu kaki mereka masing-masing dengan menjewer kedua telinga mereka masing-masing.
"Ini semua akibat ulahmu, Aho! Coba saja, kalau kau tadi tidak melem-" ucapan Kagami terputus oleh desisan Aomine
"Sssstt-" "Sudahlah, baka. Hanya masalah melempar kertas seperti itu saja rewel. Harusnya kau senang, karena kau bersama calon pacarmu, ehm- lebih tepatnya calon suami" jelas Aomine panjang lebar
*blush*
"Berhentilah mengatakan kata-kata calon pacarlah! Calon suamilah! Aku ngeri mendengarnya, lagipula kita masih murid SMP. Darimana kau mempunyai pemikiran seperti itu, Ahoo!?" tanya Kagami panjang lebar
"...mungkin, sejak pertama kali bertemu denganmu, di halaman rumahku..., hehehe..." Aomine terkekeh
"Hmm" jawab Kagami acuhTanpa disadari, sedari tadi, sang sensei yang mengajar kelas mereka berdua, mengawasi mereka.
~×~×~×~×~×~×~×~×~
"Ekhm! Kagami Taiga. Aomine Daiki. Kenapa kalian tidak melaksanakan hukumann kaliannn!!?"
Sembur sensei sembari mematahkan penggaris, setelah mengetahui keberadaan Kagami dan Aomine yang tidak menjalankan hukumannya.Sedangkan yang diteriaki lari terbirit-birit menuju ke kamar mandi di atap. Dengan posisi Aomine menarik tangan Kagami.
~×~×~×~×~×~×~×~×~
-bersambung-
(Huaa..., maafkanlah authormu ini yang tidak update tepat waktu :'3
Maklumilah saja, author juga masih author baru, banyak tugas, dan author lupa punya cerita di wattpadd!
Arigatou, yang sudah meluangkan waktu untuk membaca :3)×Chikaru Hayase×