Already End

19.7K 1K 42
                                    

Betapa terkejutnya Anin, saat dia melihat Bayu sedang bersandar di dinding dekat pintu apartement-nya. Anin baru saja kembali setelah menghadiri makan malam keluarga di rumah Eyangnya.

"Apa yang kamu lakukan disini, Mas?"

"Menemui kamu," jawab Bayu singkat.

"Menemui saya? Sekarang mau Mas apa?"

"Saya mau bicara Nin, biarkan saya masuk."

"Maaf Mas, saya tidak bisa. Mas bisa bicara sekarang, disini."

"Saya mohon, biarkan saya masuk."

Anin terlihat menimbang kembali keputusannya. Anin bisa saja membiarkan Bayu masuk. Tapi, dia takut pertahanannya akan runtuh. Dan kalau mereka berbicara di luar, Anin takut kalau tiba-tiba ada orang yang lewat dan akan berfikiran yang tidak-tidak.

"Saya mohon, untuk kali ini saja Nin." Kembali, Bayu mencoba memohon kepada Anin.

"Baiklah."

***

Mereka duduk berhadapan di meja makan. Hanya dipisahkan oleh dua cangkir teh. Setelah mengganti baju, Anin membuat teh dan dia siap untuk menghadapi Bayu.

"Saya akan bercerai dengan Hanna." Adalah kata pertama yang keluar dari mulut Bayu.

"Apa?"

"Iya Nin, saya akan menceraikan Hanna dan kembali sama kamu."

"Mas, kamu seperti bukan Mas Bayu yang saya kenal ya. Kenapa kamu seperti ini?"

"Saya masih mencintai kamu," Bayu menggenggam tangan Anin namun buru-buru dilepaskan oleh Anin.

"Lalu, bagaimana dengan anakmu?"

"Saya masih bisa menyayangi dia meski nantinya saya dan Hanna bercerai."

Anin tidak habis pikir, mengapa Bayu bisa jadi seperti ini. Bisa seegois ini. Anin memang masih mencintai Bayu. Tapi, untuk kembali dengan Bayu, rasanya sudah tidak mungkin lagi. Karena sekarang Bayu telah memiliki istri dan anak.

"Kenapa kamu sangat egois Mas? Kamu tidak memikirkan perasaan istri kamu? Dia juga wanita Mas. Dia adalah Ibu dari anak kamu. Wanita yang kamu nikahi dihadapan Allah."

"It was a mistake, saya khilaf dan saya menyesal."

"Bukan khilaf namanya kalau dia sampai mengandung anak kamu, Mas."

Bayu tak dapat berkata-kata. Semua yang Anin katakan memang benar. Seharusnya dia tak pernah bermain api, kalau tahu akhirnya malah dia yang terbakar.

"Sudah malam Mas, sebaiknya kamu pulang."

Anin berjalan mendekati pintu dan menunggu Bayu untuk beranjak.

"Kamu mengusir saya?"

"Ya."

Dengan terpaksa, Bayu beranjak tapi masih belum keluar dari apartemen Anin.

"Apalagi, Mas?" Tanya Anin yang mulai kesal.

"Tolong jawab pertanyaan saya."

"Untuk apa?"

"Saya janji, setelah ini saya tidak akan menemui kamu lagi, Nin."

"Baiklah, apa?"

"Apa kamu sudah memaafkan saya?" Bayu menatap mata Anin saat bertanya.

"Sa-ya, saya sudah memaafkan kamu." Setetes cairan bening lolos dari mata Anin.

"Terima kasih Nin. Selamat tinggal."

Dan Bayu pun berjalan keluar dengan langkah gontai. Andai, andai saja waktu bisa dia ulang kembali, dia ingin memperbaiki semuanya. Mungkin saat ini dia dan Anin telah sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Tapi... Kadang takdir tak pernah mau sejalan dengan apa yang kita harapkan.

Bayu telah menjauh namun Anin masih mematung memandangi punggung Bayu. Ada kala dimana Anin berharap kalau Bayu tidak pernah mengkhianatinya. Ada kala dia berharap Bayu menjadi suaminya. Namun, semua telah terjadi, Anin harus menatap ke depan.

Dengan tiba-tiba, Anin berlari mengejar Bayu dan langsung memeluk Bayu dari belakang.

Bayu sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Anin memeluknya setelah wanita itu melepaskannya pergi.

Mungkinkah dia berubahah pikiran?

"Nin apa yang?-"

"Sebentar Mas, sebentar saja."

Dan Bayu pun membalikan badannya, memeluk Anin-mungkin untuk yang terakhir kalinya.

"Maafkan Anin, Mas." Bisik Anin dalam pelukan Bayu.

Bayu memegang wajah Anin dengan kedua tangannya.

"Ayo kita mulai semuanya dari awal, Nin!"

Air mata Anin sudah menetes dengan derasnya.

"Saya gak bisa, Mas."

"Tapi kenapa? Saya masih mencintai kamu dan begitu pula dengan kamu kan?"

"Sa-ya, aku akan menikah, Mas."

"Apa?"

"Saya dijodohkan."

***





Fix You (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang