PUPUS

432 13 2
                                    

Kau seperti kilauan jingga di setiap senja.
Hanya bisa ju pandang dari jauh, tanpa bisa ku sentuh.
Warnanya menentramkan hati, sama seperti senyummu. :)

---------

Seperti biasanya aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan.. memperhatikan setiap gerakmu dari sudut mataku. Senyum mu mengembang sempurna, saat kau berhasil melakukan triple point.

"Yeeee... riooo...rioo...riiooo"

Sontak semua anak anak meneriakkan namamu. Itu tandanya kemenangan untuk sekolah kita.

Siapa yang tidak tahu dengan "mario angelo". Seorang kapten basket SMA BRAWIJAYA. Bertubuh tinggi, dengan mata tajam berwarna coklat pekat, dan senyumnya yang khas.

Ku lihat jam tanganku telah menunjukkan pukul 17.15 wib. Aku bergegas untuk segera pulang, takut nanti aku kehabisan angkot jika pulang kemalaman. Ku tinggalkan segera hiruk pikuk pertandingan. Sudah cukup bagiku melihatnya.

Sudah 30 menit lebih, tapi mikrolet yang biasa ku tumpangi tak kunjung lewat. Ini semua krna para supir sedang berdemo di depan istana. aku mengeluh kesal, tak seharusnya tadi aku menonton pertandingan. Seharusnya aku langsung pulang setelah pelajaran usai. Kalau sudah begini aku harus bagaimana. Aku harus berfikir seribu kali untuk menggunakan jasa ojek online, ongkosnya lumayan mahal di banding aku naik mikrolet. Jikalau harus berjalan pun itu tidak mungkin, bisa bisa besoknya aku tidak bisa berjalan lagi.

"Tiittt.....Lo kenapa belum pulang? Nunggu jemputan?"

Aku menoleh kearah sumber suara. Ku lihat rio ada di sana. Aku melihat ke kiri kanan dan belakang, memastikan dia berbicara dengan siapa. Tidak mungkinkan dia berbasa basi dengan ku.

"Gue ngomong sama lo. Kenapa lo malah celingak celinguk?"

"Iitu.. aku lagi nunggu mikrolet lewat"
Jawabku tergagap.

"Oh.. kalo gitu gue duluan deh"

Aku menganggukkan kepalaku "hati-hati" ucapku dalam hati. Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya secara langsung. Andai saja aku bisa pulang bareng rio. Ah,, sudahlah. Jangan kebanyakan berkhayal. Mungkin saja tadi rio hanya salah orang, makanya dia menyapa ku tadi. Aku mencoba menenangkan fikiranku kembali. Menunggu mikrolet yang tak kunjung lewat.

Sudah hampir satu jam aku berdiri di sini, sudalah aku akhirnya memutuskan untum berjalan menyusuri trotoar, siapa tau nanti ada mikrolet lewat.

"Tiittt....tiittt...tiittt....." ku dengar kendaraan di belakangku membunyikan klaksonnya. Perasaan aku sudah berjalan di atas trotoar tapi mengapa pengendara itu masih saja membunyikan klaksonnya. Aku tetap berjalan terus tanpa menoleh ke belakang.

"Ttiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnn" klaksonnya tambah panjang. Aku mempercepat labgkah kakiku.. tiba tiba ku dengar bunyi klakson itu berhenti. Aku sedikit lega.

"Daripada lo jalan kaki, mending lo pulang bareng gue"

Aku menoleh kesamping, ku lihat rio sudah mensejajari jalanku. Aku heran kenapa dia masih disini. Bukankah tadi dia sudah pulang? Atau memang dia sengaja berbalik untuk mengajakku pulang bareng.? Ah.. sudahlah.. aku lagi lagi kembali berkhayal. Mengharapkan pangeran tampan mencintai itik buruk rupa.

"Terima kasih, tapi rumah gue udah dekat kok" .. bodoohhhhh... batinku dalam hati. Padahal rumahku masih berkilo-kilometer dari sini.

"Gak usah gengsi, kasian sama kaki lo yang harus berjalan jauh. Gue tau rumah lo masih jauh dari sini"

Rio menarik tanganku, membukakan pintu mobilnya untukku.

"Lo tinggal duduk diam disitu, gak usah banyak protes. Dan lo bakalan sampai rumah dengan aman"

Aku masih tidak percaya, aku berada di dalam mobil seorang kapten basket idola sekolah. Ku hirup udara yang ada di dalam mobil ini, membiarkan semua wangi maskulinnya menyeruak ke dalam paru-paruku. takkan ku biarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.

"Makasih, sudah memberiku tumpangan" ucapku agak terbata

"Yaelah,, biasa aja kali fy. Dan lo gak usah gugup gitu juga kali"

Aku tercengang mendengar perkataannya. "Fy?" Apa aku tidak salah dengar? Benarkah dia tahu namaku?

"Kenapa lo bengong? Gue salah manggil nama lo ya? Setau gue sih nama lo "ify" anak kelas akselerasi 1. Tapi gak tau juga kalo lo udah ganti nama atau belum"

" "Saya belum ganti nama kok, masih nama lama"

"Hahahaha... ify.. ify.. lo itu polos banget ya"

Rio tertawa terbahak bahak mendengar perkataanku.. apanya yang lucu? Perasaan jawabanku biasa saja.

***

Seperti halnya senja, selalu datang dengan sejuta keindahannya.
Begitupun kau, selalu hadir dengan sejuta pesonamu.

Aku masih tak menyangka jika rio mengenalku. Bahkan alamat rumahku pun dia tahu. Saat aku menanyakan padanya kenapa dia bisa tahu, dia dengan entengnya menjawab "gue tahu semua tentang lo, bahkan yang lo gak tau"

Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat, menghapus semua ingatan tentang kemarin sore. Anggap saja semuanya tak pernah terjadi, aku tak mau semakin terbawa perasaan.

"Lo kenapa fy?" tanya sahabatku -sivia- rupanya dia melihatku menggeleng-gelengkan kepala tidak jelas.

"Gak apa-apa vi.. cuma mikirin tentang olimpiade bulan depan" kilahku. Mana mungkin aku dengan jujur menceritakan semuanya, bisa bisa nanti mulutnya yang ember itu berkoar-koar kemana-mana.

"Gak usah terlalu di fikirin fy,, ntar lama lama itu otak penuh dengan angka-angka" ujar sivia sambil menyantap siomay yang ada di depannya.

"Nih buku lo ketinggalan di mobil gue kemaren"

Aku menoleh kearah sumber suara, ku lihat rio berdiri dengan tenangnya disana. Aku memperhatikan sekelilingku, semua mata menatap tajam kearahku saat ini. Seakan menuntut penjelasan kenpa buku catatanku bisa ketinggalan di dalam mobil seorang most wanted sekolah.

"Terimakasih. Maaf sudah meninggalkannya" ujarku selembut mungkin

Dia hanya mengacungkan jempolnya kearahku dan kemudian berlalu begitu saja.

Hal yang ku takuti terjadi, semua teman teman memburuku meminta penjelasan. Saat ini aku seperti buronan yang ketahuan. Aku melarikan diri, termasuk dari sahabatku sendiri. Aku naik ke atap gedung belakang sekolah, agar anak-anak tak bisa menemukanku. Dan aku berniat untuk bolos saja saat pelajaran terakhir. Toh juga aku tidak menyukai pelajaran kesenian.

Aku menikmati semilir angin menerpa wajahku.

KUMPULAN ONESHOOT "IC"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang