KARENA BEDA ITU (TIDAK) BIASA

214 4 0
                                    

"Besok, pesawat jam berapa?" Tanya suamiku sembari tangannya sibuk melipat baju ganti dan meletakkannya di koper miniku.

"Jam 10 harus di bandara. Kenapa?" Tanyaku tanpa menoleh dari laptop

"Surat tugasnya mulai besok kan? Kamis sudah pulang berarti?

"Kenapa?"tanyaku sambil mengerutkan dahi "kau juga ada pergi DL kah?" mataku sukses beralih menatap wajah manis suamiku

"Kamis malam sampai Sabtu, disposisi baru tadi pagi aku terima, cuma di Ancol kok, penyusunan laporan keuangan tapi wajib menginap. Sukur sukur Jum'at malam sudah ditutup" jawabnya tuntas menjelaskan padaku

" Ck..knapa tidak bilang di kantor sih, kalo tadi kamu bilang pas di kantor, aku bisa tukeran sama widyaiswara lain."kataku sewot

"Lha tadi siang aku cari kamu di ruangan buat makan siang bareng, nggak ada. Habis makan siang aku sibuk buat SPM. Baru inget pas kamu ngeluarin isi kopermu eh ternyata kamu mau pergi lagi." Jawabnya memelas

"Emangnya hapemu kemana sih Mas? Emosiku makin meninggi "Susah ngasih tau istri pake hape?, sms gitu..aku ke Jogja itu sampai JUm'at di surat tugasnya. Kamu itu kalo ngambil kerjaan juga dadakan, apa apa dadakan, kalau sudah begini siapa yang jaga Kayla?" Sahutku makin emosi hampir berteriak, sementara yang kuteriaki cuma menghela napas panjang sambil menutup resleting koperku.

"Nanti biar ku bilang Uwak. Biar Kamis Kayla nginep di rumah mereka" final suamiku sembari pergi meninggalkanku yang masih menatapnya sengit dan koperku yang sudah tersusun rapi.

Meninggalkanku meredam amarah yang tiba tiba muncul. Huh, sudah tak berbilang perdebatan macam ini terjadi. Perdebatan yang lumrah buat dua suami istri pekerja ketika masing masing harus dinas luar. Aku-yashinta nanda- seorang widyaiswara/ pengajar di sebuah instansi diklat pemerintah, PNS, 28 th, golongan III/c, Pendidikan terakhir S2. Sementara suamiku-Dewangga Putra- staf bagian keuangan intansi diklat pemerintah,PNS,38 th, golongan II/c, pendidikan terakhir SMA

Pasti kalian bertanya kenapa seorang Yashinta yang jauh lebih segalanya mau dipinang Seorang Dewangga. Apa aku sombong? Terserah penilaian kalian. Lima tahun yang lalu aku tidak perduli dengan perbedaan itu. Beda umur 10 tahun kuanggap berkah karena menikah dengan yang jauh lebih dewasa. Beda jenjang karier juga tidak kuanggap karena gaji PNS golongan III dan golongan II hanya selisih 500 ribu rupiah. Beda latar belakang pendidikan juga tidak ku perdulikan. Toh suamiku punya gelar D3 teknik elektro meski ijazahnya tidak digunakan untuk mendongkrak karier PNS nya. Suamiku lebih tertarik di bagian keuangan tinimbang harus mensupervisi mesin atau listrik bangunan intansi. Walhasil, ijazah SMA nya yang digunakan untuk mendaftar PNS dulu.

Pokoknya dulu, lima tahun yang lalu, aku menyepelekan perbedaan itu. Dia meminangku langsung ke orang tuaku, tanpa pendekatan, tanpa pacaran, tanpa gombalan khas ABG labil. Aku mengenalnya hanya sebatas nama ketika dipasangkan dalam kepanitiaan diklat di kantor. Aku yang masih berstatus Capeg selalu dijadikan babu oleh pegawai senior. Disuruh ini dan itu, tapi aku tabah kok, mungkin saking tabah dan sabarnya diriku inilah yang membuat Dewangga khusus meminta atasan supaya aku satu roll dengan dia di kepanitiaan kelas. Intinya, aku tahu dia senior, aku tahu dia anak emas atasan di keuangan, aku tahu dia jago nge break RAB dan POK, dan aku tahu dia single. That's it. Yang lain tentang Dewangga? Hmmm aku tidak tau, tidak perduli tepatnya. Hingga aku mendapat telpon dari ibuku di jogja. Beliau mengabarkan dua hal. Pertama bahwa aku sudah dilamar oleh teman kantorku sendiri, dan kedua ayah sedang mencari tahu bibit bobot bebetnya melalui jalur kenalannya.

Entah apa yang aku pikirkan waktu itu hingga menerima pinangannya. Mungkin lebih karena aku kesepian hidup di jakarta yang membosankan, atau mungkin aku butuh teman, atau mungkin aku butuh sosok yang bisa diandalkan, atau mungkin caranya yang gentle melamarku ke orang tuaku yang membuat logikaku macet, atau fakta aku lelah mencari pacar. atau mungkin lelah menjadi single selama 23 tahun. Intinya sih mungkin aku butuh orang yang care sama aku right here right now. Kualifikasi right here right now itu yang tidak bisa dipenuhi keluargaku. Dan boom!!!!!! Hanya hitungan minggu aku menikah dengannya, sah menjadi Nyonya Dewangga.

Kini, setelah lima tahun... bukan masalah beda umur,beda gaji, beda karier, atau beda pendidikan. Bukan karena itu, aku sendiri tidak tahu, apa yang sering membuatku uring uringan akhir akhir ini. Yang ku tahu aku hanya frustasi. Frustasi melihat suamiku. Penyebab frustasiku?nihil, aku tak tahu.

"Ini oleh oleh dari Aceh mau dikasih siapa aja dek?" Suamiku masuk ke kamar lagi sambil menenteng kardus besar kopi aceh.

"Terserah saja, ayah juga gak mungkin ngabisin kopi sebanyak itu" jawabku

"Ku kasih Mama saja ya dek, biar dia yang bagi ke tetangga, skalian mau ngomong tentang Kayla sama Uwak."katanya.

Aku hanya bisa mengangguk saja sambil terus menyelesaikan bahan ajarku di laptop.

"Kamu enggak mau ikut ke Mama, dek?"

Ck. Apa ku bilang dia pasti request yang aneh aneh. Apa sih bedanya dia datang ke Mama sendiri atau berdua sama aku? aku capek, mana bahan ajar buat ke jogja belum selesai, dilogika dong sayang... kalau aku ke Mama pasti balik rumah jam 9 malam. Masih harus nyelesein bahan ajar, mau tidur jam berapa aku?.batin hatiku

"Dek?" Tegas suamiku lagi

Kutarik nafas panjang.... "iya" jawabku lirih sambil menahan gondok dihati.

Dan, menyesal!!!
Cuma kata itu yang bisa ku ulang ulang. 3 jam basa basi basi yang bikin eneg. Cuma mengantar oleh oleh saja makan waktu 3 jam. Erggggh sumpah, aku bete. Pulang ke rumah sudah jam 10 malam. Bukan karena macet, bukan, toh rumah mama mertua hanya berjarak 5 rumah dari rumahku. Bukan juga karena Baby Kayla yang main tidak tau waktu. Tapi karena suamiku tersayang ngobrol dengan kawannya yang tiba tiba berkumpul dengan formasi lengkap di rumah Mama, sambil ngrokok dan ngopi.

"Dek, jangan cepet cepet jalannya Kayla berat ini"kata suamiku diperjalanan pulang.

"....." aku diam tak menyahut, tiba di gerbang rumah aku banting pintunya langsung masuk ke dalam. Duduk di depan laptop sambil mencoba mencari ide yang tadi terputus gegara suamiku tersayang.

"Dek...?"suamiku memanggilku di depan pintu ruang kerjaku. Kulihat Kayla sudah tidak di gendongannya. Berarti sudah ditidurkan di kamar bayi "kamu kenapa lagi sih?" oh ampun, jangan pertanyaan itu please....

"Brak!" ku gebrak meja kerjaku, kulihat suamiku kaget dan menatap sedih, tetapi dalam ketergesaan dia menghampiriku

"Kenapa lagi sih ? Kamu ndak capek marah marah terus?"

"AKU MARAH GARA GARA SIAPA COBA... SUDAH DJBILANG AKU ADA JADWAL BESOK. KUBELA BELAIN KE MAMA DEMI EGO KAMU YANG GAK MASUK AKAL ITU! NGANTER OLEH OLEH DOANG? MANA!!!! ANJRIT!!!!KERJAANKU ITU BELUM SELESEI TAU!!! BISA BISANYA NYURUH AKU NUNGGU KAMU NGOBROL NGGAK JELAS SAMA TEMEN TEMEN BUSUKMU" habis sudah sabarku.

Kutatap dirinya yang memandangku. Tatapannya terluka, tetapi dia meraih tanganku dan mengecupnya. Kutepiskan tangannya.. dia kembali memandangku

"MINGGIR, KERJAANKU MASIH BANYAK!JANGAN GANGGU AKU" tegasku. Fix aku benci kondisiku, marahku, tatapannya, dan kekurang pekaannyà. Kulihat dia akan berbalik membelakangiku dan bersiap melangkah pergi dari ruang kerjaku. Oh Tuhan manusia bebal macam apa sih yang ada di depanku ini. Istrinya marah kok malah ditinggal. Eh, aku kok? Arghhh tau lah.... kalau sudah begini pasti bakalan diam diaman. Ck.ego dia sebagai laki laki tidak pernah mau disalahkan mungkin, lha emang dia salah, ya sudahlah....alamat perang dingin selama seminggu nih.

Makan hati

Dongkol

lelaki yang tidak peka

Payah

Gak asik

........

Mungkin karena sudah tua







Ternyata Kau Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang