Prolog

759 36 0
                                    

Seorang anak berusia 8 tahu yang meringkuk sendirian di dalam bayangan yang gelap sambil memeluk lututnya yang kecil, ia menangis dalam pelukannya sendiri, tak ada teman untuknya, orang-orang menjauhinya bahkan orang terdekatnya menjauhinya. Ia selalu bertanya di mana letak kesalahan dirinya, ia bukanlah anak yang nakal bukan pula anak yang berpenyakitan. Tapi semua orang menjauhinya seakan ia mempunyai penyakit yang menular, sekilas bayangan -bayangan itu menghampirinya.

Ia sedang berjalan menuju sekolahnya dengan kaki kaki mungilnya, setibanya di sekolah baru saja ia memasiki kelas sebuah telur mendarat di bahunya dan membuat bajunya yang bersih kotor kembali akibat lemparan telur tersebut.
"ayo teman teman lempar tepungnya, dia itu monster"ujar seorang anak perempuan. setelah seruan tadi tak lama setelahnya anak-anak tersebut lanjut melemparinya dengan tepung, hingga seluruh badannya dilumuri tepung dan telur.

"CUKUP!!"teriaknya, spontan anak-anak tersebut menghentikan aksinya dan memandangnya kaget.

"lihat!!monsternya keluar"ujar seorang anak, ia memejamkan matanya yang berwarna hitam pekat sejenak dan membukanya kembali memperlihatkan bolamatanya yang berwarna coklat gelap.
"apa...salahku??"tanyanya sambil menahan tangisnya.
"salahmu adalah, kau bersekolah di sini dan kau adalah seorang monster"ujar seorang murid.

"apa maksudmu??"tanyaya sambil menggigitbibirnya.
"kau monster!aku melihatmu berbicara sendiri di depan cermin dan bayanganmu membalas semua ucapanmu!!"ujar murid itu lagi. Murid -murid yang ada di sekitarnya langsung menjauhinya.

suaranya mulai terdengar, sungguh menyakitkan di jauhi oleh orang-orang, bahkan orang tuanya pun tak luput dari itu semua.bagi anak kecil yang tak tau apa apa justru harus merasakan ini.

"ibu kau mau kemana?"tanyanya pada ibuya yang sedang menenteng tas dan kopernya di tangannya, ia hendak mendekati ibunya.
"jangan mendekat!!k..kau..monsteerr..kau bukan anakku lagi.."teriak wanita paruh baya itu, ia sangat sedih melihat ibu kandungnya sendiri menjauhinya.ia maju selangkah wanita itu mundur selangkah.

"sudah ku bilang jangan mmendekat!!"teriak wanita itu lagi.kini air matanya suda menetes melihat ketakutan ibunya akan dirinya. "dia tidak jahat bu, dia baik, dia menjagaku, dia temanku, dia tidak akan menyakitimu karena dia adalah aku dia anak ibu juga." ujarnya, wanita itu menutup kedua telinganya.
"cukkup!!aku tidak pernah mempunyai anak monster seperti dia!!" wanita itu lalu pergi.

"ibu...ibu .."ucapnya lirih.ia bangkit dari tempatnya lalu menuju ke depan cermin.
"hey jangan bersedih ada aku!" ucap bayangan wajahnya di dalam cermin dengan tegas, perlahan tangannya bergerak sendiri untuk mengusap air matanya.

"bagaimana kau tidak sedih? ibu meninggalkan kita?" tanyanya pada bayangannya sambil ter isak.

"apa kau lupa? aku terlahir karena rasa sedih dan kebencian yang kau pendam, kau sendiri yang membiarkan dirimu terlalu baik hingga menerima rasa sedih itu dengan lapang dada" jawabnya.

"maaf kau hadir karena kebencianku yang terpendam" ujarnya sambil menunduk, ia benar-benar menghadirkannya denga kebencian, kebencian yang di pendamnya untuk ibunya karena selalu mencaci dan menyiksanya dikarenakan kekasihnya pergi karena kelahirannya, kebencian karena bulyan dari teman temannya karena alasan anak haram, kebencian itulah yang membuatnya hidup, kebencian terpendamnya. Betapa mirisnya ia adalah anak yang tak punya seorang ayah anak yang lahir di luar nikah.

"bangkitlah jangan bersedih, kau tak sendiri ada aku bersamamu, kita berdua"ucap seseorang dalam bayangan cermin yang tak lain adalah wajahnya sendiri.

Ia hanya bocah berusia 8 tahun,tapi meskipun begitu ia adalah anak yang berfikiran dewasa dan tenang, karena itu lah ia bisa mengendalikan dirinya yang lain yang ingin berontak. Alter egonya yang ada dalam tubuhnya, banyak orang beranggapan seseorang yang mempunyai alter ego adalah sosok yang menyeramkan, yang akan di kaitkan dengan pembunuhan dan sejenisnya. Berbeda dengannya alter ego yang dia miliki telah ada sejak dia berumur 5 tahun, ia mampu mengendalikan emosinya sehingga alter ego yang dimilikinya tidak dapat keluar. Orang yang tidak percaya pada dirinya sendiri itulah yang akan melemahkannya.
karena kepergian ibunya ia pun mengurus dirinya sendiri meskipun memang se dari dulu ia mengurus dirinya sendiri.

Me and My Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang