This is My Mind

116 12 10
                                    

Sungguh aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Berkali-kali aku mencoba meyakinkan diriku sendiri, apakah yang kulakukan ini benar? Apakah benar ini yang aku inginkan? Apakah aku bahagia menjalani semua ini?

Sungguh aku tak tahu apa yang harusnya pantas menjadi milikku. Apakah milikku sekarang benar jadi milikku? Apakah nantinya ini akan tetap menjadi milikku?

Rasanya sedih dan kesal. Tapi aku tidak tahu harus mengadu pada siapa. Satu-satunya orang yang selalu mau mendengarkanku, telah hilang entah kemana.

Hati ini kalut. Kesal. Tidak tahu harus berbuat apa. Air mata ini ingin menetes, tapi kenapa tidak mau mengalir? Justru garis bibir ini tertarik ke samping tanpa diinginkan.

Aku ingin menutup mata, melupakan semua yang terjadi. Tidur. Pergi menghilang dari dunia ini. Tapi tak bisa. Aku tetap saja terbangun seberapa pun kuat aku menolak.

Lelah. Sungguh aku lelah. Tapi aku juga penasaran, bagaimana cara melakukan hal ini. Ah, tanpa sadar, senyum ini tersungging miring.

Topeng itu bagus ya, bisa dipakai kapan pun dan dimana pun, membuat orang lain tidak tahu apa yang sedang aku rasakan. Pura-pura saja tersenyum, mereka pun akan tersenyum. Mereka tidak tahu betapa terluka hati ini.

Haus. Ada air tidak ya, hmm, jangan-jangan aku lupa membelinya. Coba liat di dapur dulu saja deh.

Aduh, apa sih ini, mengganggu saja. Aku hampir jatuh terjungkal. Lho, ini kaki siapa?

Astaga, kenapa ada cat merah?

Oh bukan, ini amis, ini ... darah?

Kenapa ada banyak darah?

Tunggu dulu, aku tersandung badan seseorang. Siapa sih ini, mukanya tidak terlihat. Habis dia tengkurap sih. Hei, balik badan dong. Kamu kenapa berdarah?

Cih, dia tidak merespon. Aku balik ya, jangan marah lho, awas saja. Ihh, berat, dasar cowok.

Lho, darahnya banyak keluar dari perut.

Eh, dari dadanya juga.

Aduh, dari kepalanya juga ada.

Cowok ini ... penuh dengan darah.

Hiiih, geli, baunya amis.

Sepertinya aku kenal cowok ini, siapa ya? Hmm, rambutnya pendek, hidungnya lumayan mancung, bibirnya tak berbentuk. Siapa sih yang menyobek mulutnya sampai ke telinga? Kan jadi seram.

Hoo, dadanya terbuka, gila, aku bisa lihat tulangnya. Jantungnya. Merah-merah itu apa ya? Ohh, paru-paru.

Perutnya bagus nih cowok. Tapi ada tusukan dan sobekan di tengah-tengahnya. Untung saja ususnya tidak keluar, hiiii.

Siapa ya cowok ini? Kok bisa ada di rumahku? Hei, kalian tahu tidak?

Aduh, haus. Mana nih airnya. Aku kok bisa lupa ya. Hmm. Aku jadi ingin minum sirup.

Sirup merah.

Darah itu juga merah.

Mungkin bisa dicoba?

Aku tidak percaya! Ternyata rasanya lebih enak daripada sirup! Kalian harus coba!

Ih, jadi lapar. Makan daging enak nih. Wehehehe ....

Tapi, aku tidak mau daging manusia ini. Daging yang lain ajaa. Tapi daging siapa?

Huhuhu, sedih. Aku baru ingat. Cowok ini kan teman sekampusku. Cowok ini yang selalu mendengarkan kekalutan hatiku. Kenapa dia bisa berdarah begini? Tega sekali! Bagaimana cara mengembalikan darahnya? Eh, tapi, sudah habis setengah aku minum juga sih.

Perutku berbunyi. Duh, nanti saja deh mikirin cowok ini. Aku harus cari makan.

Mandi dulu, ganti baju, trus dandan deh. Aku siap untuk cari makan, hahaha. Siapa yaa yang mau jadi makananku malam ini.

Bosan cari cowok ah, cari teman cewek aja. Dagingnya lebih tebal. Aku menelan ludah. Rasa lapar ini semakin menjadi.

Hihihihi .... Siap-siap yaa teman-temanku. Aku ingin bertemu dengan salah satu dari kalian. Satuu saja, tidak banyak-banyak kok.

Mungkin ... aku akan mengetuk pintu depan kamarmu sekarang.

TOK TOK TOK!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Book of WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang