Part 8

61 6 0
                                    

Sepulang sekolah....

Loisa masih mengingat kejadian tadi, kemungkinan dia sudah trauma denganya. Jarak sekolah Loisa dan rumahnya cukup dekat.
*toktoktok*

"Ooh....nona Loisa , masuk... " ucap bibi Rue membukakan pintu lebar-lebar.

Loisa masuk ke rumah dengan muka pucat sangat, untung saja bibi Rue tidak melihat mukanya.

Loisa langsung membantingkan tasnya dikamar, berdiri mematung ke kaca. "Lukanya memang tidak ada!! Tetapi hmm hanya berbekas merah disini " ucap Loisa yang meraba-raba lehernya. "Aww!!!" celotehnya kesakitan ketika menekanya.

Ketika Loisa menekan bekas merah, ia merasakan sakit seperti layaknya luka bakar.

"Aaahh" Loisa merintih.

"Kakak." panggil Defran.
"Ya?" balasnya.

"Ada apa? Defran katakan apa yang kau tau tentang jiwa-jiwa itu! Katakan ceritakan padaku yang jelas!" ucap Loisa memegang kedua pundak adiknya itu.

"Uh.. Hmmm " , " ayo kemarilah." ucap Defran mengajak Loisa duduk di sofa teras.

***
"Mereka menunjukan muka Felix pada dinding kamar mandi?" ucap Loisa.

"Iya kak.... Dan meng.." ucap Defran terputus.

"Aku tau itu! Felix mengatakan padaku!" sela Loisa.

"Apa ? "

"Kau liat ini ! Ha lihat! Dia hampir memenggal kepalaku asal kau tau saja. Ini hanya karena hal sepele!" desahnya sambil menyodorkan berkas memerah pada lehernya.

"Apa maksudmu?"

"Kau pasti tidak percaya bahwa leherku sudah setengah robek!! Saat dia seperti itu! Dia marah besar padaku dan mengancam keluarga kita. Felix! Dia akan membunuh keluarga kita Defran!" teriaknya.

Defran hanya melongo tak percaya.

"Sudah kubilang kau tidak akan percaya!! Dia marah padaku karena aku dulu tidak mengizinkan dia untuk bergabung ke team ku! Dulu! Kami sengaja melemparkan batu ke mukanya... Tapi... Kami hanya dengan tujuan bercanda itu saja. " ucapnya gugup.

"Sengaja dengan melemparkan batu? " tanya Defran.

"Ya" balas Loisa gugup.

"Pantas saja. Dia ingin balas dendam!" ucap Defran,
"tetapi kenapa jiwa-jiwa itu bilang kalau ia mengincarku?" tambahnya bingung.

"Defran tolong mengertilah....
Keadaanku waktu kecil itu berbeda dan jauh dari yang kau kira. Senakal-nakalnya aku dulu banyak orang yang aku meminta maafi" terang Loisa, "tapi aku tidak sempat minta maaf padanya... " ucap Loisa tersadar sesuatu.

"Jiwa jiwa itu! Mereka bilang Felix mengincarku." ulang Defran.

Loisa hanya menengok ke adek malangnya itu.

"Apa."

"Perlu ku ulang kak?"

"Mmm tidak. Tapi ... Aku kan yang salah?" ucap Loisa membela diri.

"Entahlah."

Loisa tersadar akan kesalahanya selama ini pada Felix. Loisa menangis stress terhadapnya.

" tidaaaak!!!!!" teriaknya menjambak rambut sendiri.

"Huh!" desah Defran, "oh ya kak! Kau pasti tidak percaya! Jiwa itu juga bilang kalau ... Mmmm Felix sudah meninggal! Hanya
.. Arwahnya saja .. Mungkin masih melayang di sekitar kita." ucap Defran.

"Jangan membuat aku tambah stress Defran! Oke aku tau dia jiwa Bre***** . Aku.... Entahlah bagaimana menghentikannya."
Rintih Loisa.

Defran hanya terdiam cemas.
Malam itu penuh dengan kesengsaraan. Loisa stress akan perkataan Felix sebelumnya, kalau ia akan membunuh keluarganya.

THE LAST CHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang