Give Love III

553 42 11
                                    

--------- 사랑해죠 III -----------

Bau lembab dicampur debu merasuki indra penciumanku. Gudang sekolah. Tempat penyimpanan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Ya, setelah datang ke kelas dan mengetahui bahwa mejaku hilang entah kemana, aku langsung berlari ke sini.

"Lantai paling atas. Gudang letaknya di sebelah kanan atap sekolah, mungkin mereka akan membuang mejamu ke sana." Ucap Penyihir Lee, emm ..., maksudku Lee Hayi kepadaku tadi di kelas. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa orang-orang memanggilnya dengan sebutan Penyihir. Aku pikir Hayi itu orang yang telah berlaku baik kepadaku, selain Suhyun di sekolah ini.

Karena takut menambah masalah, aku meminta Suhyun untuk tidak mengikutiku ke gudang. Lalu dia berkata, jika aku membutuhkan bantuan panggil saja dia.

Baiklah, gudang ini cukup menyeramkan untuk didatangi sendirian. Aku menyesal tidak mengajak Suhyun ke sini. Kebetulan gudang ini tidak dikunci, dan yang pertama kali menyapaku adalah jaring laba-laba yang tersebar di mana-mana, penerangan seadanya dengan hanya mengandalkan satu lampu bohlam yang bisa aku tebak mungkin hanya berkisar 5 watt. Perempuan-perempuan gila! Apa mereka benar-benar membuang mejaku ke tempat ini?

Mataku menerawang ke segala penjuru gudang, mencari mejaku. Dari sekian banyak meja yang ada di sini, kebanyakan meja yang tak layak pakai. Tapi,  bagaimana caranya aku menemukan mejaku yang baru aku pakai hari ini?

Oh! Bukannya menemukan mejaku, aku malah menemukan setumpuk putung rokok yang panjangnya tinggal sejari kelingking. Bukan hal yang aneh memang, fakta tentang gudang sekolah yang selalu dipakai untuk tempat persembunyian paling aman.

"Semua ini gara-gara Im Hanbin sialan itu!" Teriakku kesal.

"Mana mungkin aku harus pindah sekolah lagi?"

"Im Hanbin! Laki-laki gila. Bodoh. Kejam. Tak berperasaan. Tidak memiliki hati. Playboy jelek, tunggu ... memang wajahnya jelek ya? Dia memang sedikit tampan sih, tampan tidak ya?  Entahlah, aku tidak peduli! Tapi tetap saja! Buat apa berwajah tampan tapi perilaku seperti playboy gila? Terkutuk kau!" Aku mengeluarkan semua makian yang aku telah aku pelajari selama aku hidup, hanya untuk orang itu. Ini pertama kalinya aku menghina seseorang dengan suara sekeras ini.

" ... Kau jelek! Menyebalkan! Hei! Im Hanbin!! Memang apa salahku padamu hingga harus menerima semua hal menyebalkan ini? Aku hanya ingin menyelamatkan orang yang ingin bunuh diri. Dan mana aku tahu, perempuan itu mantan pacarmu? Oh, mungkin ..., karena dia hanya mantan pacarmu, jadi kau tidak ingin menyelamatkannya? Iya? Begitu ya? Wah! Selain pria jelek, kau juga pria berhati dingin ..." Tenggorokanku benar-benar sakit. Tapi aku belum puas menghina orang itu. Biar kulanjutkan semua ini,

"... Kau tidak bisa menjawabku kan? Jawab aku! Im Hanbin! Dasar bodoh! ..." Tiba-tiba suaraku tergantung di udara, ketika aku melihat seseorang yang entah kapan masuk ke ruangan ini, dan kini Ia sudah berada di hadapanku!

"Hei! Apa aku harus menyeret Hanbin supaya dia bisa menjawab semua pertanyaanmu ini?" Nafasku tercekat. Oh. Siapa itu? Karena minimnya penerangan di gudang sekolah, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang bisa kupastikan sekarang adalah kaki orang itu menginjak tanah. Maka  dia adalah seorang manusia berjenis laki-laki. Dan bukan makhluk halus, yang tiba-tiba muncul di mana saja. Syukurlah.

"Hei! Mau kupanggilkan Hanbin ke sini?" Ulangnya. Aku memutuskan untuk terus diam. Dan orang itu memutuskan untuk terus bertanya.

"Hei! Mau tidak?" tanyanya untuk kesekian kali. Ingin sekali aku berteriak tidak di telinganya. Tapi jangankan untuk berteriak, untuk membuka suara saja aku tidak berani.

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang