[2]
D U A
---
Malam berikutnya, Jack terlelap disamping Jennifer lagi. Memang selalu seperti itu, Jack selalu berkata bahwa ia tidak punya tempat lagi untuk pulang. Jadi Jennifer mengajaknya tinggal di apartementnya.
Jack dan Jennifer adalah dua insan yang saling mencintai. Mereka saling melidungi, menjaga, dan menggenggam erat tangan satu sama lain jika masalah datang.
Persepsinya, Jack mencintai Jen, dan Jen pun mencintai Jack. Mudah.
Malam ini, Jack tidak lagi bermimpi buruk. Entah kenapa hatinya lebih tentram sekarang. Tapi dia sama sekali tidak tahu, bahwa mimpi buruk yang sebenarnya akan segera datang.
Telepon genggam Jack yang ada diatas meja disamping ranjang berdering. Setelah melihat siapa pemanggilnya, tubuhnya menegang. Semua perasaan bercampur aduk. Takut, bersalah, sedih. Semua hal yang menyakitkan.
Siapa pemanggilnya?;
Berlyn Sparow.
Jack kini tahu, mungkin mimpi buruknya sekarang bukan datang lewat terlelap, tapi datang lewat kenyataan.
Dengan perlahan, Jack melangkah keluar kamar menuju ruang tamu. Bersiap mengangkat teleponnya.
"Ya?" Ucap Jack setelah mengangkat panggilannya.
"Heeyy, Sparow kecil Pamann...." Sapa suara diseberang sana.
"Berlyn? Ada apa kau meneloponku hah?" Jack berkata dengan memelankan suaranya. Berbisik.
"HAHAHAHA" Pria diseberang sana tergelak. Terkadang Jack merutuki pamannya itu yang terlalu sering tertawa jelek.
"Cepatlah katakan apa maumu, Berlyn?" Jack mendesak.
"Kau belum membunuhnya, bukan?" Bukannya menjawab, Berlyn ikut bertanya. Menyudutkan Jack.
Tubuh Jack menegang, inilah yang ia khawatirkan. Sedangkan diseberang sana, merasa Jack hanya diam saja, Berlyn melanjutkan bicara.
"Apa kau mencintainya, Sparow kecil Paman?"Dalam lubuk hati Jack, ia ingin sekali menjawab 'ya. Aku sangat mencintainya.' Tapi apa daya ia tak sanggup. Dalam sejarah hidupnya, ia tak pernah gagal dalam misinya sebagai pembunuh bayaran. Karena itu ia tak bisa jika harus gagal dalam misinya kali ini. Apalagi yang memberikannya misi adalah satu-satunya keluarga yang ia punya. Pamannya.
"Tidak. Tidak sama sekali, Berlyn." Jack hanya bisa menjawab seperti itu.
"Bagus kalau begitu... lebih baik cepat kau bunuh dia Sparow, sebelum semakin lama kau jatuh cinta padanya."
'Tapi aku memang sudah jatuh cinta padanya, Berlyn'. Ingin sekali ia membalas seperti itu pada Berlyn. Tapi, tetap ia tak bisa melakukannya.
"Aku mengerti. Akan kulaksanakan secepatnya."
Setelah mengatakan sepatah kata pujian untuk keponakannya, Berlyn menutup sambungannya. Dan Jack masih berdiam diri ditempatnya duduk.
Kemudian dia bangkit dan berjalan menuju kamar. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang, dimana disana terdapat tubuh wanitanya yang sedang berada dialam mimpi.
"Aku mencintaimu, Jen. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan." Jack berbisik lembut ditelinga Jen.
Seketika, Jen membuka matanya dan tesenyum menatap wajah Jack yang kebingungan.
"Kamu hanya harus terus berada disampingku. Mudah, kan?" Jen membalas ucapan Jack tanpa tahu apa maksud ucapan pria didepannya.
Jack mengangguk. Ya, mudah. Mengatakannya memang mudah Jen, tapi kamu tidak tahu apa yang kumaksudkan. Andai kamu tahu, bahwa pria yang dengan seenaknya megatakan bahwa dirinya mencintaimu ini adalah pria yang mendekatimu karena ingin membunuhmu, pasti kamu tidak mungkin mengatakan hal semudah itu. Batinnya.
"Aku mecintaimu." Jack berucap.
Jen tersenyum, mengangguk seraya berkata. "Yeaah, i know."
Tidak. Kamu tidak tahu, Jen. Dan aku tidak mau kamu tahu.
Jack tersenyum miris, meratapi nasibnya yang menjadi pria brengsek ini. Melihat wanitanya dengan tatapan sendu. Mengetahui fakta bahwa Pamannya, keluarga satu-satunya yang ia punya, sangat menginginkan wanita tercintanya itu mati. Tanpa sepengtahuan wanitanya sendiri.
Belum saatnya Jen tahu, masih beberapa minggu lagi sebelum ia tahu kenyataan pahit tentang kekasih tercintanya.
[...]
Rabu
9 Maret, 2016-Rynerhea.Rawnie-
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?
Romance[..]Demi menuntaskan misinya, dia rela mendekati bahkan memacari seorang wanita yang menjadi targetnya dalam misi. Jack Alfredo, seorang pembunuh bayaran yang harus memilih. Menuntaskan misi rahasianya, atau mempertahankan perasaannya?