Last Chapter

928 58 1
                                    


"Ambillah!"

Changmin menatap ragu pada cangkir berisi teh hangat yang diangsurkan Yunho tepat di depan wajahnya. Jantungnya bahkan seperti dipompa cepat oleh ratusan tenaga kuda. Keringat dingin tidak luput membasahi setiap inci dari kulit yang membalut tubuhnya. Sedikit perasaan takut menghinggapi benak Changmin. Namun, semua ketakutan itu tidak lagi berarti jika Yunho telah kembali ke sisinya.

Ya, mereka telah kembali bersama.

Kembali dalam artian yang sebenarnya.

"Terima kasih," ucap Changmin menerima teh hangat pemberian Yunho dengan senyum tulus yang jarang ditunjukkannya pada dunia. Hanya pada Yunho ia akan menunjukkan senyum kedamaian tersebut. Kembali Changmin berkata, "Mana minumanmu?"

Yunho menjauh untuk sampai ke meja di sudut ruangan, dan kembali membawa secangkir teh hangat seperti yang diberikannya pada Changmin. Yunho pun mendudukkan diri dan menyesap teh miliknya dengan khidmat. Dirasa tenggorokannya sudah hangat, Yunho meletakkan cangkir teh hangat yang masih tersisa setengah ke atas meja. Tatapan mata musang itu kembali memenjarakan Changmin seperti beberapa saat lalu.

"Aku senang bisa bersamamu dalam situasi semacam ini, duduk berhadap-hadapan, dan hanya ada kita berdua. Sebenarnya aku sangat merindukan saat di mana kita tidak pernah membicarakan masalah lain selain cinta kita. Ya, aku sangat merindukan situasi semacam ini," ungkap Yunho dengan sungguh-sungguh. "Changmin-ah, berapa banyak kesakitan yang kau rasakan, hingga kau berani mengingkari ucapanmu yang dulu pernah mengatakan tidak ingin lagi bersamaku untuk menjaga perasaan keluarga kita?"

Changmin menghela napas panjang sebelum meletakkan cangkir teh miliknya ke atas meja. Kini, Changmin mulai memberanikan diri membalas tatapan Yunho dengan tatapan penuh cinta. Tentu, Changmin sangat mencintai Yunho. Tidak ada alasan untuk Changmin menyangkal perasaan menggebu yang menyiksa batinnya tersebut.

"Mungkin karena aku terlalu mencintaimu, hingga aku tidak mempunyai rasa malu meski harus mengingkari ucapanku sendiri. Bodohnya aku karena baru menyadari hal tersebut setelah Jihye datang, dan memintaku untuk menjadi pendampingnya membawakan cincin pernikahanmu. Aku tidak sanggup, aku tahu itu. Namun, aku tidak berani mengecewakan Jihye. Terpaksa aku menerima tawaran itu dengan berat hati. Dan, di sinilah aku sekarang," ungkap Changmin yang pada akhirnya memilih egois. "Bukan berarti aku datang karena menerima permintaan Jihye, melainkan untuk berbicara padamu mengenai hatiku."

"Tanpa kau harus mengatakannya, aku sudah tahu isi hatimu, Min-ah. Aku tidak sebodoh yang kau pikirkan." Yunho mengulas senyum, sebelum melanjutkan, "Kupikir semua akan benar-benar berakhir. Tapi melihatmu di sini, aku tahu jika semuanya baru saja dimulai."

Changmin kembali menghela napas panjang. Sungguh, kesempurnaan nyata dari ciptaan Tuhan ada pada diri Yunho, dan Changmin mengakui hal tersebut. Walau Yunho selalu membuatnya khawatir sepanjang waktu, namun Changmin tahu perasaan khawatir itu dikarenakan cintanya. Ya, Changmin begitu mencintai ciptaan Tuhan dalam sebuah karya nyata benama Jung Yunho.

Seharusnya dari awal tidak perlu ada perpisahan jika akan menyakiti kedua belah pihak. Baik Changmin atau pun Yunho sama-sama tahu jika perpisahan akan mematikan hati mereka yang sudah terpaut satu sama lain. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah lagi. Kini, mereka telah mengikrarkan janji untuk bersama selamanya. Walau tidak ada perjanjian tertuliskan cap darah, mereka tahu jika mereka telah kembali bersama. Bukankah keajaiban cinta sangat menakjubkan?

"Changmin-ah, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu."

"Kau tidak akan marah?"

Changmin menggeleng. "Untuk apa aku marah?" tanyanya dengan lembut. "Katakan apa yang ingin kau katakan, dan tanyakan apa yang ingin kau tanyakan! Bukankah kau kekasihku?" lanjutnya membuat Yunho terkekeh pelan. "Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu, Hyung?"

HOW CAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang