Prolog

721 46 35
                                    

Seorang gadis dengan surai hitamnya sedang berdiri seperti pohon yang tak bergerak dari akarnya menatap ke arah matahari yang beberapa saat lagi terbenam. Mata tajam bak elang menatap sendu matahari itu, wajahnya yang keras menampakan pribadi tegar. Bibir ranumnya bergetar menahan semua kata-kata yang ingin dia teriakan.

Detik kemudian mata hitam itu mengeluarkan setetes air yang bahkan tak ia harapkan. Dengan cepat ia hapus menggunakan kedua tangannya.

Hingga dia melihat perhiasan berbentuk bulat yang menempel pada jari manisnya di tangan kiri, yang menandakan sudah pernah ada seseorang yang memakaikannya.

Dengan perasaan campur aduk dia mengusap benda paling berharga bagi hidupnya itu. Dia tersenyum dan juga menangis. Jika ada yang bertanya kenapa, maka dia akan menjawab 'aku bahagia' Dia bersyukur memiliki benda itu.

Mengingat seseorang yang memasangkannya dia pun yang tadinya hanya sekedar mengeluarkan sedikit ari mata, kini air itu mengalir deras dari matanya.

"Jika aku pergi.. Berjanjilah padaku untuk selalu tersenyum"

Kata-kata itu masih tersimpan jelas di hati dan pikirannya.

'Jangan menyesal' adalah kalimat yang selalu dia ucapkan disetiap waktu

"Disini ternyata" Satu pasang lengan kekar memegang pundaknya yang masih bergetar. Dia menarik pundak itu untuk menghadap ke arahnya.

Melihat gadis dihadapannya yang sedang kacau dengan wajah memerah, hidung yang sedikit mengeluarkan air, matanya yang membengkak membuatnya iba dan segera memeluk gadis itu erat.

Gadis itu tak memberontak tetapi tidak juga membalas, dia masih terisak.

"Mau sampai kapan kau menangis?" Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, entah kenapa orang yang memeluknya pun ikut menangis melihat gadis di hadapannya seperti ini.

Tak tega? Sudah pasti. Tangan kekar namun sangat lembut itu membelai surai hitam milik sang gadis yang sedari tadi dalam pelukannya. Surai hitam itu selalu ia belai beberapa bulan terakhir ini hanya untuk menenangkannya.

"Apakah dia akan menemuiku lagi?" Setelah beberapa lama larut dalam tangisan akhirnya sang gadis mengeluarkan suaranya.

"Entahlah" Si empu yang ditanya hanya bisa menggeleng dan masih setia mengusap kepala orang yang ia sayangi.

Halooo maaf suka plin plan buat lanjutin cerita ini atau engga😂
Dan untuk kenyamanan pembaca aku ganti judul ffnya. Buat yang bingung, sebelum aku memutuskan buat ganti judul jadi Sincerity awalnya ff ini berjudul My Reason hehe.
Udah gitu aja semoga enjoy ya selama membaca😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang